Dengan Mencintaimu, Justru Aku Belajar untuk Tidak Meminta Lebih

Endah Wijayanti diperbarui 29 Sep 2019, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagian yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.

***

Oleh: Petric Sudewo - Tangerang

Hai Sahabat Fimela, perkenalkan namaku Petric. Aku memiliki cerita yang sudah banyak terlintas di telinga kalian. Bukan cinta jika tidak berbicara mengenai harapan untuk dicintai kembali. Sayang takdir ini tidak bersentuhan dengan dia.

Pada saat itu aku kembali bertemu dengannya melalui jejaring sosial, ya seklise itu. Dia adalah teman sekolah dasarku yang sudah lama tidak bertatapan. Sejak dulu aku sedikit menyukainya, sedikit tidak berlebih. Perlahan kami mulai bertukar pesan, bertukar angan yang malu-malu menjauh. Namun, kami berada di SMA yang waktu silam. Sempat diajak untuk nonton konser di sekolahnya, mungkin niatnya hanya untuk bertemu sebagai teman lama namun aku menolak karena malu.

Kami bertukar pesan cukup sering kala itu, setiap hari, tidak pernah terlupa, "Seperti obat," ucapnya. Kami berbicara banyak hal, mulai dari jurusan kuliah hingga film kesukaannya. Sejak itu aku mulai memimpikan masa depanku dengannya. Apa pun itu, hingga lagu yang akan diputar pada saat pernikahan kami nantinya. Semua manis, semua mulus, namun hidup selalu memiliki kerikil tajam untuk menyandung kita.

 

 
What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Tak Meminta Lebih

Ilustrasi/copyright shutterstock

Sampai suatu saat aku mulai menjauh, karena memang dia menyukai orang lain dan ia mengungkapkannya melalui ungkaian pesan pada saat kami saling bertukar masa lalu. Aku ingat bagaimana bunyi pesan terstruktur terlepas di telingaku. Dan detik itu, aku memutuskan untuk menjauh. Sesingkat itu seakan masa depan melarangku menyentuh takdirnya. Sebenarnya sejak awal aku sedikit merasakan ia hanya ingin sebagai teman, tidak lebih. Selalu ingat bagaimana, aku menyisipkan pesan "semoga keberuntungan ada" dalam bahasa berbeda kala kamu ujian.

Dua tahun berlalu. Kita sering bertatapan karena memang kita ada di kampus yang sama, namun tidak pernah sedikit pun bertukar kata. Playlist lagu juga masih tersimpan, sebagai memento. Melihatmu saja sebenarnya sudah cukup, sudah belajar untuk tidak meminta lebih.

 

#GrowFearless with FIMELA