Usia Paling Tepat Bagi Si Kecil untuk Deteksi Dini Diabetes

Anisha Saktian Putri diperbarui 13 Nov 2019, 15:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Hasil riset RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular seperti diabetes di Indonesia mengalami kenaikan dalam 5 tahun terakhir. Sehingga estimasi jumlah penderita mencapai lebih dari 16 juta orang.

Dari data tersebut, bukan hanya orang dewasa saja yang terserang diabetes. Melainkan anak-anak pun bisa mengidap penyakit tidak menular ini.

Sayangnya, banyak masyarakat tidak menyadari memiliki penyakit diabetes, apalagi bagi anak-anak. Menurut Prof. Dr. Agung Pranoto, dr., M.Kes., Sp.PD., K-EMD., hal tersebut karena gejalanya bervariasi mulai dari asimptomatik (tidak bergejala) hingga simptomatik. Seringnya, penyakit diabetes diketahui saat muncul penyakit komplikasi.

"1 dari 3 orang atau 30 persen yang baru didiagnosis diabetes, 70 persennya belum ketahuan karena tidak ada gejala. Bila ada komplikasi baru ketahuan, tergantung pada organ apa bisa jantung, saraf, atau kulit," paparnya di Jakarta.

2 dari 2 halaman

Gejala umum

Ilustrasi/copyright shutterstock.com/Eakphum

Walau demikian, ada gejala umum yang patut diwaspadai seperti buang air kecil terus menerus, selalu merasa haus, lapar terus menerus, hingga penurunan badan secara drastis. Jika terjadi gejala tersebut sebaiknya segera cek gula darah, begitu pun dengan anak-anak.

Orangtua sebaiknya, melakukan skrining tepat pada anak-anak. Apalagi jika anak tersebut memiliki riwayat diabetes pada keluarganya.

"Jika ada riwayat hipertensi, kolesterol atau pada anak ada keluarga yang sakit diabetes, pada usia 10 tahun harus skrining. Bisa juga pada bayi yang lahir 4 kilogram, anaknya tumbuh gendut, meski enggak ada gejala perlu skrining dengan deteksi gula darah," tutupnya.

#Growfearless with Fimela