Penderita Diabetes Berisiko Tinggi Terkena Gangguan Saraf, Begini Cara Mencegahnya

Anisha Saktian Putri diperbarui 19 Nov 2019, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Data International Federation (IDF) Tahun 2017 menunjukkan bahwa 50 persen penderita diabetes berisiko terkena gejala neuropati. Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 10 juta kasus diabetes dan data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2018 sebesar 10,9% yang menggunakan konsensus PERKENI 2015.

dr. Endang Sri Wanghyuningsih, MKM Kepala Seskis Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa dan Napza, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengatakan jika dahulu penyakit menular menjadi penyebab utama kesakitan. Namun pada 2010 penyakit tidak menular seperti diabetes semakin meningkat.

"70 persen kini kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular seperti diabetes. 2013 diabetes melitus 2,5 persen namun 2018 meningkat hingga 3.4 persen. Di DKI Jakarta sendiri 260 ribu terkena diabetes," ujarnya dalam acara P&G Health: Cegah Neuropati, Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Diabetes.

Mirisnya sebagian besar penderita diabetes berisiko mengalami komplikasi, salah satunya neuropati diabetes. Tentu hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian lebih karena neuropati merupakan concealed disease, yang bila tidak diobati akan berkembang dan dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup.

Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, SpPD-KEMD, FINASIM, FACE, Ketua Pesatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok, menjelaskan, pada penderita diabetes, kadar gula dalam tubuh yang tinggi dalam kurun waktu yang lama akan melemahkan dinding pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke sel saraf, sehingga dapat merusak sel saraf.

Hal itu yang menyebabkan penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena kerusakan saraf tepi atau neuropati perifer. "Jika diabetes dan kerusakan saraf tidak segera ditangani sedini mungkin, maka akan mencapai tahap krusial, sehingga kelainan saraf tersebut  makin sulit untuk dapat pulih seperti semula," paparnya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Pencegahan

Penderita Diabetes Mellitus Rentan Terkena Infeksi Ini (Rawpixel-com/Shutterstock)

Maka dari itu, keluarga berperan penting untuk membantu mencegah dan mendeteksi risiko gejala neuropati agar penderita dapat segera mendapatkan diagnosa akurat sedini mungkin. Terutama untuk memastikan penderita diabetes mengontrol gula darah dan mampu mengelola diri secara optimal.

dr. Yoska Yasahardja – Medical & Technical Affairs Manager Consumer Health, P&G Health mengatakan pola hidup sehat seperti pola makan yang teratur dan bernutrisi, rajin bergerak, serta minum vitamin menjadi hal yang bisa dilakukan untuk mencegah Neuropati diabetes.

Menurutnya, vitamin B1, B6, dan B12 bisa direkomendasikan. Edukasi mengenai vitamin neurotropik ini berdasarkan Studi Klinis 2018 NENOIN (penelitian non-intervensi dengan vitamin neurotropik) yang membuktikan bahwa konsumsi vitamin neurotropik (kombinasi vitamin B1, B6 dan B12) dapat mengurangi gejala neuropati seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar dan rasa sakit secara signifikan hingga dalam 3 bulan periode konsumsi hingga 66% pada penderita diabetes. 

“Salah satu kelompok responden penelitian NENOIN adalah 104 pasien diabetes yang mengalami gejala ringan dan sedang. Selama masa penelitian, responden mengonsumsi satu tablet Vitamin Neurotropik sekali sehari setelah makan. Kombinasi Vitamin Neurotropik yang digunakan adalah Vitamin B1 (100mg), B6 (100mg) and B12 (5000μg) dari Neurobion Forte. Setelah monitoring berkala pada Hari ke-1, ke-14, ke-30, ke-60, dan ke-90, gejala neuropati pada pasien berkurang signifikan hingga 66%," tutupnya.

#Growfearless with Fimela