Sekali Mengecewakan Orangtua, Penyesalannya Bisa Sepanjang Masa

Endah Wijayanti diperbarui 03 Agu 2020, 11:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.

***

Oleh: Kunti SR

Sebagai anak perempuan pertama di keluarga mungkin secara tidak langsung aku sudah menanggung kewajiban dan beban sendiri. Kedua orangtuaku sangat mengharapkan kesuksesan dan keberhasilan dariku. Sedari kecil aku sudah dididik sangat keras. Orangtuaku memaksaku untuk terus belajar sehingga aku tidak memiliki cukup waktu untuk bermain bersama teman-temanku.

Setiap pulang sekolah aku selalu disuruh belajar oleh orangtua dan diberi batasan jam malam untuk pergi ke luar. Hal ini membuatku tak memiliki banyak teman. Hingga suatu hari ujian sekolah tiba. Aku tidak lulus ujian penyaringan siswa menuju bangku kuliah dengan nilai rapot (SNMPTN), lalu aku mengikuti ujian bersama yang diadakan serempak oleh pemerintah, aku juga gagal. Tahun itu bagaimanapun caranya aku harus bisa kuliah. Itu hal yang selalu aku pikirkan ketika itu, bukan untuk orangtuaku, namun aku memikirkan betapa malunya nanti aku jika aku menganggur di rumah sedangkan teman-temanku berkuliah.

Beberapa tes aku ikuti,hingga tak terhitung berapa biaya yang dikeluarkan orangtuaku, namun aku tetap gagal. Mungkin pilihan universitas dan fakultasku yang terlalu tinggi dan aku tidak dapat menembusnya. Aku sengaja tidak mengambil tes mandiri, karena aku tahu orangtuaku tak kan mampu membayar uang pangkalnya jika aku lulus. Hingga di tes terakhir aku memilih universitas di luar Jawa dengan pilihan fakultas yang menurutku jarang diminati. Alhasil akhirnya aku lulus juga. Sebenarnya aku tidak begitu bahagia lulus dan diterima disana, karena bukan pilihan pertamaku dan juga bukan fakultas yang kuidamkan, namun orangtuaku mengizinkannya. Mungkin mereka juga ingin aku dapat berkuliah tahun ini itu akhirnya aku pun memutuskan untuk berkuliah di sana.

Kisah ini baru dimulai. Karena jauh dari orangtua, aku menganggap diriku yang dulu seperti terpenjara sekarang merasakan seperti hidup bebas. Aku salah memilih teman. Kuliah pun aku seperti tidak niat, hampir setiap hari titip absen. Sungguh bahagia rasanya setiap hari aku bisa jalan-jalan bersama teman-temanku. Orangtuaku? Mereka tidak pernah tahu kelakuanku di sini, setiap bulan ayahku akan mengirimkan uang untuk biaya kost dan uang bulananku. Tak jarang ketika uangku sudah habis untuk berfoya-foya aku malah berbohong pada ayahku dan memintanya mengirim beberapa uang dengan alasan ingin membeli buku. Sungguh aku tidak merasa bersalah. 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Merasa Semakin Bebas saat Jauh dari Orangtua

ilustrasi./Photo by Anthony Tran on Unsplash

Selama aku berkuliah disni, aku belum pernah pulang ke rumah. Sebenarnya orangtuaku selalu memintaku pulang, namun dengan banyak alasan aku tidak pernah mendengarkan mereka. Alasannya sebenanrya karena aku sudah betah di sini dan tidak ingin kembali ke rumah. Ya aku jadi berubah, lingkungan yang baru dan jauh dari orangtua membuatku menjadi pribadi yang berbeda. Aku jadi tidak mempedulikan kuliahku, setiap hari aku pergi hangout bersama teman-temanku.

Puncaknya aku medapat surat peringatan dari kampus jika nilaiku rendah dan aku tercatat sering absen. Nilai IPK-ku merosot dan terancam drop out, uang untuk kost belum kubayarkan karena uangnya kupakai untuk berfoya-foya aku terancam DO. Pikiranku kalang kabut, aku bingung harus bagaimana. Aku lupa tujuanku di sini, uangku sudah habis. Sudah malu rasanya untuk meminta uang lagi. Dan hal yang membuatku kecewa adalah ketika masalahku datang namun teman-teman yang setiap hari hangout bersamaku tidak pernah bersamaku. Bahkan ketika aku ingin meminjam sejumlah uang mereka tak satu pun ada yang memberikannya. Mereka seakan-akan menjauhiku.

Untuk pertama kalinya aku menelepon ibuku sendiri, aku menagis, “Aku mau pulang, Bu." Tidak lama besoknya kedua orangtuaku datang dari kota kami menuju tempatku kuliah dan menjemputku untuk dibawa pulang. Orangtuaku tak mengatakan apa-apa, mereka tak bertanya mengapa aku ingin pulang, bahkan di luar dugaanku. Sebelum kembali ke kota asal kita, mereka mengajakku jalan-jalan, berbelanja, dan makan-makan. Orang tauku datang bersama pamanku dengan mobil pamanku, mereka jauh-jauh datang menjemputku dan mengemasi barang-barangku.

Sepulangnya, ibuku memelukku dan mengatakan hal sangat menyanyat hatiku. Oragtuaku meminta maaf padaku, mereka menyesal karena telah mengizinkan anak gadisnya pergi kuliah ke luar jawa padahal mereka tahu jika kami tidak punya kenalan atau saudara di sana, orangtuaku merasa egois karena memaksaku untuk berkuliah disana. Aku menangis tak membalas perkataan ibuku. Mereka tidak tahu tingkahku seperti apa di sana dan alasan apa aku ingin pulang. Aku merasa sungguh bersalah hingga sekarang

Tidak berhenti di sini, kepulanganku ternyata mengjadi buah bibir dan ghibahan ibu-ibu komplek perumahan kami. Namun sekali lagi ibuku dan ayahku yang menjadi benteng pertama pertahananku. Mereka yang selalu membelaku dan menyemangatiku. Aku masih ada waktu satu tahun lagi untuk mempersiapkan waktu ujian masuk kuliah lagi.

Aku sempat down dan tidak ingin lagi belajar, namun sekali lagi orangtuaku adalah alasanku. Selama di rumah aku melihat betapa kerasnya orangtuaku bekerja. Ayahku setiap hari pulang pergi mengendarai vespa tuanya. Masih kuingat dulu aku sangat malu dan marah ketika ayahku mengantarkanku ke sekolah dengan vespa tuanya, dan Ibuku setiap hari menjahit di rumah, jika ada pesanan ibuku akan mulai bekerja.

3 dari 3 halaman

Takkan Mengulangi Kesalahan yang Sama

ilustrasi./Photo by mikoto.raw from Pexels

Ibu pernah berkata jika dulunya ia pernah merasakan bangku kuliah, namun karena terkendala ekonomi ibuku belum sempat menamatkannya lalu keluar kemudian menikah dengan ayah. Makanya ibu dan ayah bekerja keras agar aku bisa sukses dan tidak perlu kesusahan dalam bekerja. Sungguh aku merasa untuk pertama kalinya menjadi anak yang paling durhaka. Aku merasa selama ini selalu mengeluh dan menganggap kedua orangtuaku egois dan jahat. Namun aku lupa bagaimana perjuangan mereka demi diriku dan adik-adikku

Aku bersyukur selama aku di rumah saja, hubunganku dengan kedua orangtuaku semakin baik. Aku jadi semakin paham dan dekat dengan orangtaku. Dulu ketika masih sekolah aku selalu menyimpan kebencian kepada orangtuaku. Kemudian ketika aku berkuliah aku malah melampiaskannya dengan hura-hura dan hampir saja merusak masa depanku sendiri.

Ternyata pemikiranku salah. Kedua orangtuaku sangat menyayangiku, bahkan benar jika dalam kondisi terpuruk pun hanya keluarga satu-satunya yang akan mendukung kita. Semakin dewasa aku jadi sadar kalau masalah keluarga setiap orang berbeda-beda, jika aku bisa melewati masalahku sendiri itu karena aku masih puya keluarga yang masih mendukungku. Mungkin mereka alasan terbesarku untuk tetap semangat dalam menjalani hidup.

Akhirnya di tahun 2018 aku lulus ujian masuk universitas negeri di Jawa. Walaupun bukan di kampus impianku namun aku senang karena kampusnya tidak sejauh tempatku dulu. Di sini aku sudah bertekad ingin memebus dosa dan kesalahanku di masa lalu. Yang lalu aku buat pembelajaran. Sekarang aku ingin serius dengan masa depanku, sudah cukup bermainnya. Aku tidak mau mengecewakan orangtuaku dan menghamburkan uang mereka dengan sia-sia. Kelak aku ingin membanggakan mereka.

Sebahagia apa pun, seberat apa pun, pada akhirnya keluarga juga lah tempat kita kembali bersama. Dari tulisan ini jika nanti orangtuaku khususnya membacanya aku ingin mengatakan kata terima kasih dan memeluk erat mereka sambil membisikkan kata-kata sayang pada mereka. Namun diriku terlalu jaim dan lemah untuk mengatakan hal tersebut.

Jika mereka tahu, ada kata-kata yang ingin aku sampaikan pada mereka namun aku tak bisa langsung mengatkannya. Lewat tulisan ini, jika nanti ayah atau ibuku membacanya aku ingin mengatakan bahwa aku berterima kasih sudah dilahirkan dari kedua orangtua yang hebat. Aku sangat menyayangi dan mencintai mereka. Semoga kita bisa hidup lama dan sehat bersama.

 

#ChangeMaker