Diet Rendah Garam dapat Tingkatkan Imunitas Tubuh

Anisha Saktian Putri diperbarui 30 Jan 2021, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Hingga kini permasalahan gizi seperti stunting, obesitas, dan kurangnya konsumsi makanan dengan gizi seimbang, selalu masih menjadi 3 permasalahan gizi utama di Indonesia. 

Oleh karenanya, selagi 2021 masih diawal-awal tidak ada salahnya untuk kita dan keluarga hidup lebih sehat dengan makan-makanan seimbang. Apalagi Covid-19 yang belum tuntas, mengharuskan kita menjaga imunitas tubuh. 

Dr. Johanes Chandrawinata Sp.Gk, MND, pakar gizi, yang menjadi narasumber Webinar PT AJINOMOTO INDONESIA bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), mengatakan permasalahan gizi terlebih di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini menjadi semakin krusial.

 “Pandemi Covid-19 ini mengharuskan kita untuk menjaga daya tahan tubuh yang optimal dan pada saat yang sama juga menjaga serta memperbaiki kesehatan tubuh agar terhindar dari berbagai penyakit,” ujar Dr. Johanes.

Ia juga menambahkan, sistem imunitas selalu aktif melaksanakan pengawasan, namun aktifitas nya meningkat jika individu terkena infeksi. Peningkatan aktifitas ini disertai peningkatan metabolisme, yang memerlukan sumber energi dan bahan untuk biosintesa dan molekul pengatur. 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Diet rendah garam

Awas, Konsumsi Garam Berlebih Sebabkan Obesitas (Sunny Forest/Shutterstock)

dr. Johanes pun mengatakan sumber energi dan bahan molekul pengatur ini tentunya berasal dari diet. Karena itu kecukupan asupan berbagai jenis zat gizi sangat penting untuk menunjang sistem imun berfungsi secara optimal. 

Melakukan diet rendah garam menjadi salah satu cara untuk mencegah munculnya penyakit degeneratif, dengan mencegah hal tersebut, peluang kita untuk menjaga sistem imun semakin tinggi. Sudah banyak penelitian tentang penurunan asupan natrium (garam). 

Peneliti dari University of Bonn, Jerman yang diterbitkan dalam jurnal universitas pada Maret 2020, menemukan bahwa efek konsumsi garam berlebihan dapat menekan kinerja hormon yang memengaruhi sistem imun tubuh.

Konsumsi garam berlebihan dapat memicu penumpukan zat sisa buangan tubuh (urea) di ginjal. Kondisi tersebut dapat menekan kemampuan sel darah putih untuk memerangi infeksi bakteri.

Untuk diet rendah garam, dr. Jo sapaan dr Johanes mengatakan bisa mengganti bumbu umami seperti MSG. 

“Contoh, Halim dkk dalam penelitian terbaru tahun 2020 dalam Journal of Food Science juga membuktikan peran MSG dalam menjaga rasa nikmat makanan walaupun kadar natrium nya dikurangi antara 30-60%. Dari penelitian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa penurunan asupan garam dapat dicapai tanpa harus mengorbankan cita rasa makanan dengan penambahan MSG secukupnya,” lanjutnya.

Menurut Dr. Jo, kampanye Pemerintah Indonesia terkait GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat), dan juga pembatasan GGL (Gula-Garam-Lemak), tidaklah cukup untuk mengentaskan permasalahan gizi di Indonesia. 

“Peran serta industri / pelaku bisnis dibidang makanan juga perlu ditingkatkan dengan membuat produk yang lebih sehat rendah gula, rendah garam, dan rendah lemak, namun tetap bercita-rasa tinggi demi ikut aktif menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Juga mendidik masyarakat agar bertambah pengetahuannya tentang makan yang lebih sehat menuju tubuh yang lebih sehat pula,” ungkap Dr. Jo

#elevate women