Bahagia sebagai Pengajar, Menebar Makna untuk Tangan-Tangan Kecil yang Berbicara

Endah Wijayanti diperbarui 22 Apr 2021, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita, pengalaman, dan kesan tersendiri yang dirasakan tiap kali bulan Ramadan datang. Bahkan ada kisah-kisah yang tak pernah terlupakan karena terjadi pada bulan suci ini. Tiap orang pun punya cara sendiri dalam memaknai bulan Ramadan. Tulisan kiriman Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Berbagi Cerita tentang Indahnya Ramadan di Share Your Stories Bulan April ini pun menghadirkan makna dan pelajaran tersendiri.

***

Oleh: Asyifa HK

Hal yang paling membahagiakan saat menjadi manusia adalah tentang bagaimana Tuhan memberikan kesempatan untuk selalu merasa bahagia dalam setiap waktu yang berjalan. Ramadan bukanlah bulan yang semata mata tentang bagaimana menahan haus, lapar, dan nafsu. Lebih dari itu, sisi lain Ramadan sangatlah indah. Keindahan itu, Allah kasih secara tiba-tiba. Tentang mimpi, cita-cita, dan harapan. Begitu baiknya, Allah memberikan semua itu.

Menjadi guru bagi anak-anak yang buta tentang dunia. Bukan mereka tidak bisa melihat, tapi memang zaman saat ini, kita banyak dihadapkan dengan situasi di mana seseorang membaca tanpa melihat, melihat tanpa mencerna, dan bicara tanpa berpikir. Itulah dunia yang saat ini kita hadapi. Dan mencoba menjadi penerang bagi itu semua adalah suatu kebahagiaan serta tantangan bagiku. Orang yang mungkin bukan orang yang tepat untuk menjadi penerang mereka. Tetapi, usaha dan niat akan membawa pada sebuah bahagia yang selama ini aku impikan. Yaitu, menebar makna dan memberikan manfaat bagi banyak orang. Aku percaya akan hal itu.

2 dari 2 halaman

Bahagia Bisa Menjadi Seorang Pengajar

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/airdone

Ramadan kali ini adalah Ramadan terindah. Karena selain bisa mengajar mereka, aku pun banyak belajar tentang semua hal. Bagaimana menjadi manusia seutuhnya, dan khususnya menjadi perempuan yang berperan penting dalam mengembangkan setiap mimpi yang dimiliki oleh mereka, anak-anak yang kutanya cita-citanya apa? Mayoritas dari mereka menjawab ingin menjadi dokter. Sungguh aku tertegun saat mendengar jawaban cempreng mereka. Aku merasa bahagia, karena dalam jiwa dan raga mungil itu ternyata ada sebuah mimpi yang sangat besar. Mimpi yang akan membawa mereka untuk menjadi manusia seutuhnya.

Tidak ada kebahagiaan yang lebih indah daripada melihat antusiasme mereka yang selalu bertanya kenapa sebentar belajarnya? Dan aku hanya bisa terdiam lalu tersenyum, masih bingung karena ajaran apalagi yang akan aku berikan pada mereka.

Sementara aku pun belajar banyak dari mereka. Anak-anak kecil yang sukses membuatku bersemangat dihari-hari suci ini. Karena mereka, aku mengerti bahwa menjadi manusia bukan hanya tahu tata cara makan dan minum. Tapi menjadi manusia lebih dari itu, yaitu tentang bagaimana memaknai hidup yang sebenarnya. Dan makna hidupku adalah dengan menjadi perempuan yang bermakna serta menebar bahagia bagi banyak orang.

Boleh kukatakan bahwa, baru kali ini aku merasa bahagia seutuhnya. Baru kali ini aku merasa impian dan harapan memang bukanlah satu hal yang mustahil, ketika kita mencoba untuk memulai segalanya. Hanya di hari ini, saat aku merasakan semua hal itu.

Terima kasih untuk memori-memori bahagia dalam setiap abjad yang tertulis oleh tangan-tangan kecil yang penuh cinta. Kemarin, hari ini, dan seterusnya.

#ElevateWomen