Menjadi Dewasa, Makin Kusadari bahwa Diriku Bukan Pusat Semesta

Endah Wijayanti diperbarui 12 Mei 2022, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Bulan Ramadan senantiasa menghadirkan banyak kenangan dan kisah yang berkesan. Baik itu suka maupun duka, haru atau bahagia, selalu cerita yang sangat lekat dengan bulan suci ini. Cara kita memaknai bulan Ramadan pun berbeda-beda. Tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories bulan April dengan tema Light Up Your Ramadan ini pun mengandung hikmah dan inspirasi yang tak kalah istimewa.

***

Oleh:  Diny Aprilisyanda

Dua tahun sudah pandemi bertamu di Indonesia. Dua tahun juga bulan Ramadan terasa tidak seperti biasanya. Yang biasanya orang berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikah salat Tarawih berjamaah, sekarang dalam situasi pandemi menjadi dibatasi oleh aturan demi aturan.

Ramadan dua tahun belakangan pun terasa sepi di kampung yang biasanya ramai karena situasi pandemi. Akan tetapi meskipun masih di dalam kondisi pandemi, pemerintah memberikan kelonggaran pada bulan Ramadan tahun ini, termasuk dalam aturan mudik lebaran. Hal ini tentu saja menjadi kabar bahagia bagi kebanyakan perantau.

Bagi diriku sendiri Ramadan kali ini berbeda dari biasanya. Di tengah bulan Ramadan kali ini aku bertemu dengan umurku yang sudah menginjak 21 tahun. Dulu di usia belasan tahun aku begitu menantikan rasa seperti apa ketika aku sudah menginjak usia 20-an. Dan di tengan Ramadan kali ini aku merasakan hal yang aku nantikan itu.

Aku sudah mendapat bayangan jika usia 20-an ini memang tidaklah mudah. Aku banyak mempersiapkan diri dengan membaca, mendengar, dan menyaksikan kisah-kisah serupa.

Di hari aku 21 tahun, aku tidak punya ekspektasi luar biasa seperti halnya hari-hari lahirku sebelumnya. Aku sengaja menahan ekspetasiku sendiri untuk tidak berkelana terlalu jauh. Dibandingkan ekspetasi berlebih, aku lebih memilih untuk doa berlebih saat itu.

Begitulah adanya ketika aku menyambut usiaku yang 21 tahun. Menurut diriku yang sekarang berdoa berlebih rasanya lebih berarti dibanding berekspetasi berlebih, terlebih lagi di saat bulan Ramadan. Momen yang sangat dinantikan umat muslim seluruh dunia untuk meningkatkan ibadahnya, termasuk diriku.

 

2 dari 2 halaman

Memasuki Usia 20-an

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Bangkok+Click+Studio

Dulu ketika orang-orang sekitarku lupa akan hari ulang tahunku, aku bersedih dan menyalahkan orang-orang yang melupakan hari penting bagiku.  Akan tetapi, di tanggal dan bulan yang sama saat ini, aku mengerti dan memahami bahwa saat itu aku hanya memaksa diriku untuk dewasa.

“Ha, ternyata aku belum dewasa saat itu,” begitulah yang aku ucapkan ketika usiaku 21 tahun. Aku mengerti dengan konsep dunia nggak berputar di aku saja. Diriku sama seperti mereka yang lupa akan hal tertentu, terkadang juga lupa akan kebutuhan diri sendiri. Ya, begitulah yang aku temui saat ini.

Bulan Ramadan kali ini aku banyak belajar untuk menerima diriku sendiri. Aku banyak belajar untuk menerima kondisi lingkungan sekitarku yang tampak baik-baik saja di luar.

Aku belajar untuk menyakinkan diriku jika kali ini aku benar-benar dewasa bukan memaksa diri untuk dewasa seperti yang sebelumnya aku lakukan. Belajar menerima dengan ikhlas kedatangan dan kepergian seseorang yang sering kali tanpa aba-aba.

Bulan Ramadan kali ini benar-benar memberikan dan mengajarkan padaku makna dewasa yang sebenarnya. Makna dewasa yang pada dasarnya adalah perihal ikhlas memberi dan menerima.

 

#WomenforWomen