Menjadi Ibu Sambung, Ternyata Ada Kehidupan Seperti Ini yang Kurasakan

Endah Wijayanti diperbarui 02 Jul 2022, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Di bulan Juni ini, Fimela mengajakmu untuk berbagi cerita tentang keluarga. Untuk kamu yang seorang ibu, anak, mertua, menantu, kakak, atau adik. Ceritakan apa yang selama ini ingin kamu sampaikan kepada keluarga. Meskipun cerita tak akan mengubah apa pun, tapi dengan bercerita kamu telah membagi bebanmu seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela dalam Lomba My Family Story: Berbagi Cerita tentang Sisi Lain Keluarga berikut ini.

***

Oleh: Indah Praditha

Tidak ada keluarga yang sempurna di dunia ini. Begitupun orang-orang yang melengkapi di dalamnya, tidak luput dari kekurangan maupun kesalahan. Aku tak pernah menyangka, kehadiranku bisa menjadi penyambung dan pemersatu anggota keluarga yang pernah kusaksikan rapuh dan runtuh.

Aku adalah seorang ibu sambung yang usianya tidak jauh berbeda dengan anak-anak sambungku, usia kami terpaut 9 tahun, sementara usiaku dengan sang suami terpaut 20 tahun. Ada perasaan khawatir akan bagaimana masa depanku begitu juga masa depan keluargaku. Tidak mudah untuk menjembatani anak-anakku yang saat itu begitu belia usianya saat berpisah dengan orang tua kandungnya.

Awal pertemuanku dengan mereka mungkin tampak berjalan sewajarnya. Tahun demi tahun yang datang selalu kusambut dengan harapan agar aku bisa menjadi pelengkap di tengah keluarga yang begitu rapuh ini.

Bersamaan dengan itu, mulai bermunculan masalah-masalah yang mulai mengganggu proses pemulihan anak-anak sambungku dari keadaan pasca traumanya. Hubunganku yang semula baik-baik saja dengan mereka menjadi renggang. Keceriaan dan raut wajah bahagia tidak lagi menghiasi sikap mereka terhadapku.

 

 

 

 

2 dari 2 halaman

Beradaptasi dan Banyak Bersyukur

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Dragon+Images

Wahai Anak-anakku, kalian mungkin tidak lahir dari rahimku. Aku mungkin tidak merasakan rasa sakit memperjuangkan kehadiran kalian ke dunia ini. Aku mungkin hanya seorang ibu sambung yang tidak memiliki ikatan darah yang mengalir dengan kalian dan aku mungkin tidak mengalami ‘’rasa kehilangan’’ seperti apa yang kalian alami.

Anak-anakku, percayalah bahwa ibu ingin memberikan kalian kebahagiaan sebagaimana seorang anak tumbuh di tengah-tengah keluarga yang penuh cinta. Meskipun, kalian tidak hidup dengan anggota keluarga kalian seutuhnya.

Terkadang, ada perasaan lelah dan sesak sempat membebani hari-hari yang kulalui. Setiap kali ingin menyerah, kuingatkan ragaku akan janji yang pernah kubuat pada diri sendiri dan kepada Tuhan untuk tetap bertahan dan memperjuangkan apa yang telah kupilih, yaitu suamiku dan anak-anak sambungku.

Terima kasih Tuhan, setelah 10 tahun tetap setia dan bersabar untuk membimbing anak-anak sambungku dan keluarga ini, engkau datangkan kebahagiaan yang melengkapi duniaku. Anak-anakku tumbuh menjadi pribadi yang dewasa, menyayangiku selayaknya aku adalah ibu kandung. Mereka menyadari bahwa hubungan tidak tercipta dengan mudah dan aliran darah tak menjadi syarat dari sebuah keluarga.

Kami saling menerima dan ‘’belajar’’ dalam menjadikan kekurangan masing-masing untuk dapat menjadi ‘’Kami’’ yang sempurna seperti dalam doaku. Tak hanya itu Tuhan, kau hadirkan satu buah hati lagi di tengah-tengah kami yang semakin mempererat hubungan kami satu sama lain.

Melalui pepatah Keluargaku adalah Surgaku, semoga aku selalu bisa menjalankan tanggung jawab menjadi ibu yang telah kau anugerahkan untuk selamanya. Satu hal yang selalu kuyakini, bila aku bersungguh-sungguh mengartikan anugerah Tuhan sebagai hal positif, maka waktu turut mendewasakanku bersama dengan ketulusan yang kuberikan.

 

#WomenforWomen