30 Provinsi Masuk Kategori Risiko Tinggi KLB Polio

Fimela Reporter diperbarui 25 Nov 2022, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Polio disebabkan oleh penularan virus Polio terutama secara faecal-oral yaitu lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio. Kondisi lingkungan yang buruk juga dapat membawa virus Polio masuk ke dalam tubuh, seperti perilaku Buang Air Besar (BAB) sembarangan, sungai atau air kotor tempat bermain anak.

Dilansir dari liputan6.com, teridentifikasi 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota berisiko tinggi KLB Polio karena rendahnya cakupan imunisasi rutin polio, menurut Direktorat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI.

Maka dari itu, Kemenkes mengimbau kepada seluruh daerah di Indonesia untuk berhenti Buang Air Besar (BAB) sembarangan di sungai atau kali sebagai tanggapan terkait adanya 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota yang masuk kategori risiko tinggi Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.

Imunisasi Polio menyangkup pada pemberian Polio Tetes (Bivalent Oral Polio Vaccine/bOPV) dan Polio Suntik (Inactivated Polio Vaccine/IPV). bOPV biasa diberikan pada bayi usia 1 - 4 bulan, sedangkan IPV diberikan pada usia 4 bulan.

Pemetaan daerah berisiko tinggi untuk KLB Polio di atas didasarkan pada analisis menggunakan tools Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per November 2022. WHO mencatat, perlu kewaspadaan bersama dan meningkatkan cakupan imunisasi Polio.

“Kalau dilihat 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota semua masuk kriteria tinggi, high risk (risiko tinggi) yang cakupan (imunisasi) Polio rendah semua. Jadi, kita, Indonesia ini high risk terjadinya KLB Polio. Oleh karena itu, kami melakukan Bulan Imunisasi Nasional (BIAN), salah satunya juga imunisasi kejar. Kita kejar untuk salah satu antigen (imunisasi) Polio" papar Maxi saat 'Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia' ditulis Senin, 21 November 2022.

Berdasarkan data November 2022 merinci persentase 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota yang masuk kategori risiko tinggi KLB Polio, meliputi:

Provinsi

  1. Risiko tinggi 30,88 persen
  2. Risiko sedang 3,9 persen
  3. Risiko rendah 1,3 persen

Kabupaten/kota

  1. Risiko tinggi 415,81 persen
  2. Risiko sedang 54,10 persen
  3. Risiko rendah 45,9 persen
2 dari 4 halaman

Deklarasi 'Setop Buang Air Besar Sembarangan di Manapun'

Kemenkes terus mendorong agar setop BAB sembarangan. Credit: pexels.com/cdc

Maxi Rein Rondonuwu tidak hanya menyerukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi Polio, tetapi juga meminta untuk berhenti BAB sembarangan. Hal ini karena Polio dapat ditularkan melalui lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja yang mengandung virus Polio.

Faktor BAB sembarangan juga dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya KLB Polio di Kabupaten Pidie, Aceh, dimana satu kasus polio teridentifikasi pada usia 7 tahun 2 bulan. Pantauan Kemenkes di kawasan sekitar tempat tinggal pasien di Desa Mane, Kabupaten Pidie, melaporkan masih ada warga yang buang air besar sembarangan di sungai. Kemenkes juga menunggu hasil sampel air yang diambil dari sana.

"Tugas kami, Kementerian Kesehatan adalah bagaimana membuat wilayah kabupaten/kota dan desa itu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kalau pilar itu dilakukan, saya kira intervensi lingkungan akan menjadi baik. Kemenkes terus mendorong agar setop BAB sembarangan. Ini sekaligus saya minta kepada Pak Bupati untuk men-declare (nyatakan) aja langsung, bikin deklarasi untuk 'Setop Buang Air Besar Sembarangan di Manapun' di wilayah Indonesia," ucap Maxi.

3 dari 4 halaman

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Masyarakat juga diminta melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk menghindari penularan virus polio. Credit: pexels.com/Zura

Masyarakat juga diminta melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) untuk menghindari penularan virus polio. Sebagai bagian dari hal ini, jaga kebersihan lingkungan dan gunakan jamban dengan benar. Poin Germas terkait lingkungan, misalnya:

Menjaga kebersihan lingkungan

Bagian penting dari germas hidup sehat juga berkaitan dengan meningkatkan kualitas lingkungan. Salah satunya, lebih serius menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan dalam skala kecil seperti tingkat rumah tangga dapat dilakukan dengan pengelolaan sampah. Menjaga kebersihan guna mengurangi risiko kesehatan seperti mencegah perkembangan faktor penyakit yang ada di lingkungan sekitar.

Menggunakan jamban

Aspek sanitasi menjadi bagian penting dari gerakan masyarakat hidup sehat. Salah satunya, menggunakan jamban sebagai sarana pembuangan kotoran. Aktivitas buang kotoran di luar jamban dapat meningkatkan risiko penularan berbagai jenis penyakit sekaligus menurunkan kualitas lingkungan.

4 dari 4 halaman

Dampak dari BAB sembarangan

Efek kesehatan dari BAB sembarangan tidak hanya dapat menularkan virus polio dan penyakit lain di dalam tubuh, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan wanita. Credit: unsplash.com/Stephen

Efek kesehatan dari BAB sembarangan tidak hanya dapat menularkan virus polio dan penyakit lain di dalam tubuh, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan wanita. Temuan dari tinjauan studi berjudul, Health and social impacts of opendefecation on women: a systematic review menunjukkan, BAB sembarangan berdampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan perempuan.

Ini menjelaskan bahwa wanita hamil yang BAB sembarangan sangat rentan dan dapat membahayakan ibu dan janin yang sedang berkembang. Kebersihan yang buruk meningkatkan risiko komplikasi ibu dan diperburuk oleh gizi buruk. Ini karena ibu hamil terkena infeksi fecal-oral. Infeksi ini berupa penularan virus atau bakteri melalui saluran pencernaan yang ditularkan melalui mulut.

Studi yang dipublikasikan di BMJ Public Health tahun 2019 ini menyoroti risiko kesehatan yang paling banyak diteliti dalam konteks BAB sembarangan terkait kotoran (tinja) manusia yang terinfeksi mengandung beberapa organisme berbahaya

Penanganan limbah manusia yang tidak tepat juga meningkatkan risiko paparan patogen yang dapat menimbulkan dampak kesehatan yang signifikan seperti penyakit menular (diare, tipus, kolera) dan infeksi virus.

BAB sembarangan merupakan masalah yang dapat memengaruhi semua orang, namun wanita seringkali berisiko lebih tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan. Kombinasi antara penyakit dan kekurangan gizi dapat menciptakan lingkaran setan yang memperburuk infeksi dan memburuknya kesehatan wanita, terutama bagi wanita hamil.

 

*Penulis: Sri Widyastuti.

#WomenForWomen