Lateral Thinking vs. Logical Thinking, Mana yang Lebih Efektif untuk Memecahkan Masalah?

Rianti Fitri WulandariDiterbitkan 21 September 2025, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Di dunia yang serba cepat ini, kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting. Setiap hari, seseorang dihadapkan pada berbagai tantangan yang membutuhkan solusi cepat dan tepat. Namun, tidak semua pendekatan dalam memecahkan masalah memiliki pola yang sama. Dua metode yang sering dibandingkan adalah berpikir lateral dan berpikir logis.

Dilansir dari AceShowbiz dan The Interaction Design Foundation, berpikir logis telah lama menjadi standar dalam banyak bidang, mulai dari sains hingga bisnis. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, berpikir lateral mulai menarik perhatian karena kemampuannya dalam menghasilkan ide-ide inovatif. Lantas, bagaimana cara kerja masing-masing metode ini, dan mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu?

Pemahaman yang lebih dalam mengenai kedua cara berpikir ini akan membantu seseorang menentukan strategi terbaik dalam menghadapi tantangan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Berikut perbedaan utama antara berpikir lateral dan berpikir logis serta bagaimana keduanya dapat dimanfaatkan secara optimal.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Apa Itu Berpikir Logis?

Lateral Thinking vs. Logical Thinking (Foto/Sumber: Freepik)

Berpikir logis adalah proses pemecahan masalah yang berbasis struktur dan analisis. Metode ini mengandalkan penalaran sistematis, di mana setiap langkah didasarkan pada fakta yang dapat diuji kebenarannya. Dalam berpikir logis, seseorang mengikuti pola sebab-akibat yang jelas dan runtut.

Sebagai contoh, dalam dunia sains dan matematika, berpikir logis menjadi pendekatan utama karena segala keputusan harus memiliki dasar yang dapat dibuktikan. Begitu pula dalam bisnis dan hukum, di mana pengambilan keputusan harus dilakukan berdasarkan data yang akurat. Dengan berpikir logis, seseorang dapat memastikan bahwa solusi yang diambil memiliki dasar yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun, pendekatan ini memiliki keterbatasan. Berpikir logis cenderung mengikuti pola yang sudah ada, sehingga terkadang kurang fleksibel dalam menghadapi situasi yang memerlukan kreativitas. Inilah yang membuat berpikir lateral menjadi metode yang menarik untuk dipelajari.

3 dari 4 halaman

Berpikir Lateral: Cara Kreatif Menemukan Solusi

Lateral Thinking vs. Logical Thinking (Foto/Sumber: Freepik)

Istilah berpikir lateral pertama kali diperkenalkan oleh Edward de Bono untuk menggambarkan pendekatan pemecahan masalah yang tidak konvensional. Berbeda dengan berpikir logis yang sistematis, berpikir lateral lebih menekankan eksplorasi ide di luar pola pikir yang biasa digunakan.

Dalam berpikir lateral, seseorang didorong untuk mempertanyakan asumsi yang ada dan mencari perspektif baru dalam menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam industri kreatif seperti periklanan dan desain, berpikir lateral sangat berperan dalam menciptakan ide-ide yang unik dan menarik perhatian.

Keunggulan berpikir lateral terletak pada kemampuannya dalam menemukan solusi inovatif yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Namun, metode ini juga memiliki tantangan tersendiri. Karena tidak semua ide kreatif dapat langsung diterapkan, diperlukan keseimbangan dengan berpikir logis agar solusi yang dihasilkan tetap realistis dan dapat dijalankan.

4 dari 4 halaman

Kapan Harus Menggunakan Berpikir Logis atau Lateral?

Lateral Thinking vs. Logical Thinking (Foto/Sumber: Freepik)

Tidak ada metode berpikir yang lebih baik daripada yang lain. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing dan dapat digunakan bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika sebuah masalah membutuhkan solusi yang berdasarkan data dan analisis, berpikir logis menjadi pilihan terbaik. Namun, jika tantangan yang dihadapi memerlukan pendekatan baru yang belum pernah dicoba sebelumnya, berpikir lateral dapat menjadi solusi yang lebih efektif.

Menggabungkan kedua cara berpikir ini sering kali menjadi strategi terbaik. Misalnya, dalam dunia bisnis, inovasi produk membutuhkan kreativitas dari berpikir lateral, tetapi strategi pemasaran dan eksekusi memerlukan pendekatan logis agar dapat berjalan dengan baik.

Dengan memahami kapan harus menggunakan berpikir logis atau lateral, seseorang dapat menjadi lebih adaptif dalam menghadapi berbagai tantangan dan menemukan solusi yang tidak hanya efektif, tetapi juga inovatif.

 

Penulis: Rianti Fitri Wulandari

#UnlockingTheLimitless