Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, setiap anak punya cara berbeda dalam mengekspresikan diri. Ada yang senang bersosialisasi dan mudah akrab dengan banyak orang, ada juga yang lebih nyaman menyendiri atau bermain sendiri.
Namun bagi sebagian orangtua, melihat anak cenderung menarik diri dari lingkungan bisa menimbulkan kekhawatiran. Apakah ini hal normal? Atau justru pertanda anak mengalami kesulitan sosial? Perlu dipahami, tidak semua anak yang suka menyendiri berarti mengalami masalah.
Bisa jadi, mereka memang memiliki kepribadian introvert, sedang butuh ruang sendiri, atau belum merasa cocok dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Namun, bukan berarti kita bisa mengabaikannya. Oleh karena itu, Fimela telah merangkum enam cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mendampingi anak yang suka menyendiri—dilansir dari understood.org.
What's On Fimela
powered by
1. Perhatikan Cara Anak Berinteraksi
Langkah pertama adalah mengamati, bukan menghakimi. Saat ada acara keluarga atau anak bermain dengan teman di rumah, lihat bagaimana ia berinteraksi. Apakah anak terlihat ragu saat mau bergabung dalam permainan? Apakah dia cenderung berdiri di pinggir dan hanya mengamati?
Atau justru terlalu antusias sampai tanpa sadar mengganggu ruang pribadi orang lain? Dari pengamatan ini, orangtua bisa mulai memahami bagian mana yang perlu dibantu—apakah itu soal percaya diri, memahami batasan, atau keterampilan sosial dasar seperti menyapa dan bergabung dalam percakapan.
2. Diskusikan dengan Guru di Sekolah
Jangan ragu untuk diskusi dengan guru anak di sekolah. Mereka punya perspektif penting soal bagaimana anak berinteraksi dalam lingkungan sosial yang lebih luas.
Tanyakan hal-hal seperti “Apakah anak punya teman dekat?”, “Apakah ia mudah berbaur atau cenderung menyendiri saat istirahat?”, atau “Apakah ada dinamika kelompok yang membuatnya merasa terasing?”
Kadang, anak mungkin sedang berusaha berteman dengan kelompok yang tidak terbuka. Atau mungkin ada teman yang sebenarnya ingin dekat, tapi belum “nyambung”. Untuk itu, peran guru diharapkan bisa membantu mengenalkan anak pada teman-teman yang lebih suportif.
3. Latih Keterampilan Sosial di Rumah
Rumah adalah tempat latihan terbaik untuk anak belajar bersosialisasi. Saat suasana santai, coba ajak anak melakukan simulasi atau roleplay seperti cara meminta izin untuk ikut bermain, apa yang sebaiknya dikatakan jika ingin kenalan dengan teman baru, maupun cara menanggapi jika orang lain tidak merespons pembicaraan mereka.
Ajarkan juga teknik menjaga percakapan tetap mengalir, seperti mengajukan pertanyaan balik atau memberikan pujian sederhana. Latihan kecil ini bisa membantu anak lebih siap saat menghadapi situasi sosial nyata.
4. Tanyakan tentang Kelompok Sosial di Sekolah
Beberapa sekolah memiliki program khusus seperti social skills group—kelas kecil yang dirancang untuk melatih kemampuan bersosialisasi. Di sana, anak bisa belajar cara membaca ekspresi wajah, bergiliran bicara, hingga mengelola emosi saat ditolak.
Jika sekolah tidak memiliki program ini, orangtua bisa mencari bantuan di luar, seperti dari psikolog anak atau terapis yang menyediakan pelatihan keterampilan sosial.
5. Kenalkan Anak dengan Teman Baru
Terkadang, anak hanya butuh teman yang “klik” dengannya. Sahabat Fimela bisa minta saran dari guru, seperti “Siapa teman sekelas yang mungkin cocok dijadikan sahabat?”
Setelah itu, coba jalin komunikasi dengan orangtua teman tersebut. Undang anaknya untuk bermain bersama di rumah, karena lingkungan yang aman dan familiar bisa membuat anak lebih nyaman membuka diri dan berlatih bersosialisasi secara alami.
6. Ajak Anak Ikut Kegiatan di Luar Sekolah
Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti klub seni maupun olahraga bisa jadi langkah awal yang menyenangkan bagi anak untuk bertemu teman baru dengan minat yang sama.
Berbeda dengan suasana sekolah yang formal, kegiatan ini biasanya lebih santai dan membuka peluang untuk membangun koneksi sosial secara perlahan tapi alami. Anak pun bisa menemukan rasa percaya diri saat berhasil melakukan sesuatu yang ia suka.
Semoga informasi di atas bermanfaat ya, sahabat Fimela! Ingat bahwa anak yang suka menyendiri bukan berarti “bermasalah”—bisa jadi ia hanya butuh pendekatan khusus.