4 Alasan Membaca Sejak Dini Bisa Mengubah Masa Depan Anak

Endah WijayantiDiterbitkan 11 Agustus 2025, 14:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Di dunia yang sangat dinamis dan terus bergerak cepat, masa depan anak yang lebih baik bisa dimulai dari kebiasaan sederhana yang bisa dimulai dari rumah: membaca sejak dini. Bukan sekadar mengenalkan huruf, tetapi menanamkan benih yang kelak tumbuh menjadi ketajaman berpikir, kepekaan rasa, dan ketangguhan mental.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa masa emas perkembangan otak terjadi jauh sebelum anak masuk sekolah. Kebiasaan membaca, baik membacakan buku kepada anak maupun membiarkan mereka berinteraksi dengan cerita bisa menjadi kunci yang membuka pintu-pintu peluang di kemudian hari. Menarikanya lagi, dampaknya bisa jauh lebih positif dan lebih signifikan melampaui kemampuan akademis.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

1. Masa Emas Otak: Saat Literasi Menjadi Fondasi Hidup

Kegiatan membaca buku dengan anak./Copyright depositphotos.com/AI Generator

Mengutip laman First Things First, sekitar 90% perkembangan otak anak terjadi sebelum usia 5 tahun, menjadikan kegiatan literasi dini seperti membaca sebagai hal yang sangat penting pada masa emas ini. Informasi ini menjadi pengingat bahwa setiap cerita yang dibacakan di usia dini bagaikan batu bata yang membangun pondasi masa depan.

Pada fase ini, otak anak bagaikan spons yang menyerap informasi dengan kecepatan luar biasa. Ketika mereka mendengar kata-kata baru, melihat gambar, dan merasakan intonasi suara dari cerita, koneksi saraf di otak terbentuk lebih cepat. Inilah alasan mengapa literasi dini memiliki efek jangka panjang: ia bekerja langsung pada masa ketika otak sedang membentuk sistem yang akan digunakan sepanjang hidup.

Lebih dari itu, membaca di masa emas mengajarkan anak bahwa dunia penuh dengan kemungkinan. Mereka mulai memahami konsep waktu, hubungan sebab-akibat, bahkan belajar memprediksi apa yang akan terjadi di halaman berikutnya. Hal-hal kecil ini menjadi modal besar saat mereka beranjak dewasa—membentuk pribadi yang mampu melihat peluang dan berpikir kritis.

3 dari 5 halaman

2. Keunggulan Akademis Dimulai dari Rumah

Manfaat membaca untuk anak./Copyright depositphotos.com/AI Generator

Melansir National Center for Education Statistics,anak-anak yang rutin dibacakan buku di rumah memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi di sekolah, sekaligus menunjukkan perkembangan bahasa dan kognitif yang lebih baik.

Membaca bukan sekadar memberi mereka kosakata yang lebih kaya, tapi juga mengajarkan struktur berpikir. Saat seorang anak terbiasa mengikuti alur cerita, ia belajar memahami awal, tengah, dan akhir suatu peristiwa. Ini adalah bentuk awal dari kemampuan merencanakan dan memecahkan masalah. Sahabat Fimela, inilah yang membuat mereka lebih cepat memahami pelajaran dibanding teman sebayanya.

Dan yang lebih mengesankan, literasi dini membentuk kebiasaan belajar yang alami. Anak yang terbiasa menikmati cerita akan lebih mudah menikmati proses membaca buku pelajaran atau mencari informasi sendiri. Kebiasaan ini membuat mereka tak hanya "mengikuti" pelajaran, tapi juga mampu melampaui ekspektasi.

4 dari 5 halaman

3. Membangun Ikatan Emosional yang Tahan Uji

Membaca sejak dini untuk anak./Copyright depositphotos.com/AI Generator

Mengutip laman American Academy of Pediatrics, membacakan buku dengan suara lantang bisa menumbuhkan minat belajar, sekaligus mempererat ikatan antara anak dan pengasuhnya. Momen ini menciptakan rasa aman, kepercayaan, dan kedekatan emosional terutama pada lima tahun pertama kehidupan, saat perkembangan otak dan keterikatan emosional berada pada puncaknya.

Bayangkan seorang anak yang merasa nyaman bersandar di pelukan orang tuanya sambil mendengar cerita. Rasa aman ini akan menjadi jangkar emosi mereka saat menghadapi situasi baru atau menantang di kemudian hari. Sahabat Fimela, ikatan ini tidak bisa dibentuk oleh gawai atau hiburan instan—hanya interaksi manusia yang mampu menciptakannya.

Ketika anak merasakan perhatian penuh dari pengasuhnya dalam momen membaca, mereka belajar bahwa hubungan yang sehat adalah tentang hadir sepenuhnya untuk orang lain. Ini bukan hanya pelajaran emosional, tapi juga pondasi kecerdasan sosial yang akan mereka bawa ke sekolah, pertemanan, bahkan ke kehidupan profesional.

5 dari 5 halaman

4. Mengasah Imajinasi, Konsentrasi, dan Empati Seumur Hidup

4. Mengasah Imajinasi, Konsentrasi, dan Empati Seumur Hidup. /copyright Fimela/Guntur Merdekawan

Membaca, seperti yang dikutip dari laman Reach Out and Read/AA, juga merangsang bagian otak anak yang berperan dalam membangun imajinasi, konsentrasi, dan empati. Inilah fondasi penting bagi tumbuhnya kemampuan berpikir kreatif dan kecerdasan emosional yang akan membekalinya seumur hidup.

Imajinasi yang tumbuh sejak dini membuat anak mampu melihat berbagai sudut pandang. Saat mereka membaca cerita tentang tokoh dari budaya atau latar yang berbeda, empati pun berkembang. Mereka belajar memahami perasaan orang lain bahkan sebelum benar-benar mengalaminya. Sahabat Fimela, inilah latihan awal menjadi manusia yang tidak hanya pintar, tetapi juga bijak.

Kemampuan berkonsentrasi juga terasah melalui proses membaca. Di era serba cepat dan penuh distraksi, anak yang mampu fokus pada cerita hingga selesai memiliki keunggulan kompetitif yang jarang dimiliki. Fokus ini kelak membantu mereka menyelesaikan tugas, memecahkan masalah kompleks, dan bertahan dalam proses belajar yang menantang.

Empat alasan di atas menunjukkan bahwa membaca sejak dini bisa menjadi investasi strategis dalam membangun masa depan anak.

Setiap halaman buku yang dibacakan adalah benih yang kelak tumbuh menjadi pengetahuan, karakter, dan keterampilan yang akan mereka bawa seumur hidup.

Yang membuatnya luar biasa adalah: membaca adalah kebiasaan murah yang nilai hasilnya tidak terukur.

Di tengah gempuran teknologi dan informasi yang instan, membangun tradisi membaca adalah pilihan sadar untuk melawan arus dan memberi anak fondasi kokoh menghadapi dunia yang terus berubah.

Membaca bukan hanya tentang mempersiapkan anak untuk sukses di sekolah, tapi juga membekali mereka untuk sukses dalam kehidupan. Langkahnya bisa dimulai dari yang sederhana, yaitu dari satu cerita sederhana yang dibacakan dengan penuh cinta.