Koleksi Deden Siswanto x MYMD Hadirkan Fashion Urban Bertemakan ‘Blue Collar Blues’

Nazwa Putri KurniawanDiterbitkan 30 September 2025, 10:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Industri fashion Tanah Air, Deden Siswanto dan label urban MYMD menghadirkan koleksi terbaru bertajuk “Blue Collar Blues” yang menyoroti dinamika kehidupan pekerja urban. Koleksi ini bukan sekadar menghadirkan busana siap pakai, tetapi juga menjadi medium ekspresi tentang rutinitas, kelelahan, dan harapan untuk menemukan kembali jati diri di tengah hiruk pikuk kota.

Mengusung dominasi warna hitam, abu-abu, hingga nuansa biru gelap dan baby blue, koleksi ini menangkap esensi malam yang panjang, dingin, dan repetitif sebuah simbol kelelahan yang akrab dengan kehidupan pekerja industri. Namun dibalik nuansa kelam itu, Blue Collar Blues juga menyisipkan pesan perlawanan sunyi, bahwa pakaian bukan sekadar seragam tanpa jiwa, melainkan bahasa dalam fashion untuk ekspresi merdeka dari rutinitas yang menekan.

Koleksi ini menjadi bukti bahwa mode dapat berfungsi sebagai cermin sosial. Setiap jahitan, potongan oversized, hingga siluet I-line dan O-line menampilkan narasi visual tentang manusia yang terjebak ritme mesin namun tetap memiliki ruang untuk berkreasi. Dengan menghadirkan 15 tampilan busana yang chic dan kasual, Deden Siswanto dan MYMD menegaskan peran fashion sebagai media yang menyatukan cerita, emosi, dan identitas lokal urban Indonesia.

2 dari 3 halaman

Konsep kreatif dan narasi sosial

Outer berpotongan asimetris dengan detail bros bunga besar di dada kiri, dipadukan rok midi bergaris vertikal dengan belahan samping yang menonjolkan lapisan inner berwarna kontras. (Foto: Deden Siswanto.doc)

Koleksi Blue Collar Blues lahir dari refleksi terhadap kehidupan pekerja yang dihadapkan pada siklus kerja tak berujung bangun terlalu pagi, pulang terlalu larut, dengan standar yang terus berulang. Tema ini menggambarkan sisi melankolis industri, tetapi sekaligus menjadi kritik terhadap konformitas yang memenjarakan kebebasan individu. Menariknya, pesan ini tidak disampaikan dengan nada muram semata, melainkan dengan sentuhan penuh harapan, bahwa dibalik kelelahan masih ada ruang untuk menemukan jati diri yang sesungguhnya.

Deden Siswanto bersama MYMD berhasil memadukan kepekaan artistik dan pendekatan urban dalam tiap potongan busana. Setiap detail, mulai dari pilihan bahan seperti katun, linen, renda, hingga kain parasut, merefleksikan keseharian kelas pekerja dengan sentuhan modern yang fungsional. Siluet longgar dengan potongan panjang yang menutupi sepatu serta pemakaian scarf baby blue di leher menjadi ciri khas koleksi yang menghadirkan kesan praktis sekaligus elegan.

3 dari 3 halaman

Identitas Lokal dan Estetika Urban

Gaya pakaian yang menjadi gambaran hiruk pikuk kota yang berisik namun tetap menyimpan sebuah simbol dan cerita. (Foto: Deden Siswanto.doc)

Koleksi  ini memperkuat peran mode sebagai media bercerita tentang identitas lokal yang berpadu dengan estetika urban kontemporer. Warna-warna gelap seperti hitam, abu-abu, dan biru tengah malam berpadu dengan nuansa baby blue yang lembut, menyimbolkan dinamika kehidupan kota yang keras namun menyimpan kehangatan. Deden dan MYMD menghadirkan koleksi yang tidak hanya relevan bagi pecinta fashion urban, tetapi juga mencerminkan realitas sosial masyarakat pekerja di perkotaan Indonesia.

Melalui Blue Collar Blues, publik diajak melihat bahwa fashion tidak melulu soal tren dan gaya, melainkan juga tentang empati dan pemahaman terhadap pengalaman manusia sehari-hari. Dengan total 15 looks yang ready-to-wear, kolaborasi ini membuktikan bahwa busana dapat menjadi suara bagi kelompok yang kerap terpinggirkan dalam narasi industri mode. Ini adalah langkah penting untuk menegaskan bahwa fashion urban lokal mampu bersaing di panggung nasional maupun internasional tanpa kehilangan akar identitasnya.