Plaza Indonesia Fashion Week 2025 Resmi Dibuka, Dari Film “Pulang” Sejauh Mata Memandang hingga Runway Show KRATON

Hilda IrachDiterbitkan 30 September 2025, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejak pertama kali digelar pada 2009, Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) bersama Plaza Indonesia Kids Fashion Week (PIKFW) dan Plaza Indonesia Men’s Fashion Week (PIMFW) konsisten menjadi panggung penting bagi perkembangan industri mode di Tanah Air. Tahun ini, perhelatan terasa semakin istimewa karena bertepatan dengan perayaan 35 tahun Plaza Indonesia.

Dengan tema besar “Love Letters to Plaza Indonesia: Celebrating 35 Iconic Years”, rangkaian PIFW, PIKFW, dan PIMFW 2025 disatukan dalam satu perayaan mode inklusif yang lebih megah dari tahun-tahun sebelumnya. Acara berlangsung selama delapan hari, mulai 28 September hingga 5 Oktober 2025, di The Warehouse, Level 5, Plaza Indonesia, menjadi bentuk apresiasi sekaligus refleksi atas perjalanan panjang Plaza Indonesia bersama para desainer, brand, tenant, mitra, dan komunitas kreatif.

Hari pertama PIFW 2025 dibuka dengan cara berbeda melalui pemutaran film pendek dari Sejauh Mata Memandang, dilanjutkan dengan show KRATON karya Auguste Soesastro, dan ditutup dengan penampilan penuh energi dari Studio Moral.

Berikut ulasan selengkapnya dari FIMELA!

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Sejauh Mata Memandang Buka PIFW 2025 dengan Film Pendek “Pulang”

Sejauh Mata Memandang, KRATON, dan Studio Moral Hadirkan Narasi Mode Berbeda. [Dok/Plaza Indonesia].

Plaza Indonesia Fashion Week 2025 resmi dibuka dengan cara yang berbeda. Alih-alih peragaan busana tradisional, jenama tekstil Sejauh Mata Memandang (SMM) mempersembahkan film pendek berjudul “Pulang”, hasil kolaborasi dengan Lynx Films.

Ditulis dan disutradarai oleh Kathleen Malay, film ini dibintangi aktris muda Widuri Puteri dan menghadirkan narasi suara penulis sekaligus musisi Reda Gaudiamo. Pulang bukan sekadar kisah tentang kembali ke rumah, melainkan perjalanan pulang ke asal: tanah, tubuh, dan ingatan. Visualnya bergerak melalui enam lapisan cerita, mulai dari panggilan untuk kembali, luka akibat eksploitasi alam, hingga harapan lewat tindakan merawat bumi.

“Film ini seperti doa dan pengingat bahwa kita harus kembali pada akar, pada bumi yang menopang hidup. Pulang adalah ajakan untuk menjaga, bukan sekadar mengambil,” ujar Chitra Subyakto, Pendiri dan Direktur Kreatif SMM.

Dalam film tersebut, Widuri tampil anggun dengan gaun merah jambu bermotif Ombak Laut dari koleksi spesial “Puspa”. Koleksi ini memanfaatkan pewarna alami dari kayu secang (sappanwood) dengan kemiri sebagai pengikat warnanya yang menghasilkan rona fuschia berani, diproses dengan teknik tenun jacquard ATBM bersama pengrajin Mugi Batik di Pekalongan.

Salah satu adegan paling dramatis memperlihatkan kontras tajam: hamparan hutan mangrove di satu sisi, dan gunungan limbah fesyen di sisi lain, sebuah refleksi nyata krisis lingkungan.

Selain film, Sejauh Mata Memandang juga menghadirkan pop-up store di The Space, Level 2 Plaza Indonesia, menampilkan koleksi kolaborasi bersama BIASA serta rilisan terbaru dengan penyanyi TULUS. Koleksi lengkap Puspa juga dapat ditemui dalam pop-up store ini.

“Harapan saya sederhana, semoga kita lebih terbuka matanya terhadap krisis iklim. Dan yang terpenting, berani bersuara,” tutup Chitra.

Sebagai pembuka PIFW 2025, Pulang hadir sebagai medium yang tepat, lebih dari sekadar peragaan busana. Melalui bahasa audio visual yang indah, pesan tentang krisis alam tersampaikan dengan lembut namun tetap menggetarkan. Dan bila setelah menontonnya hati masih tak tergugah, mungkin bukan film ini yang kurang menyentuh, melainkan kita yang belum benar-benar membuka mata.

Sejauh Mata Memandang, KRATON, dan Studio Moral Hadirkan Narasi Mode Berbeda. [Dok/Plaza Indonesia].
3 dari 4 halaman

Auguste Soesastro Hadirkan Koleksi ‘Archipelago Cruise’ di PIFW 2025: Perpaduan Elegansi Bali dan Resort Wear Modern

Sejauh Mata Memandang, KRATON, dan Studio Moral Hadirkan Narasi Mode Berbeda. [Dok/Plaza Indonesia].

Lima belas tahun setelah menghadirkan koleksi runway dengan inspirasi Bali di New York pada Januari 2010, desainer Auguste Soesastro kembali menelusuri tema serupa. Kali ini, ia menghadirkannya dengan perspektif baru yang merefleksikan dinamika sosial dan budaya Pulau Dewata yang terus berubah.

Jika dulu koleksi Balinese-inspired masih menitikberatkan pada interpretasi literal, kini Auguste menyatukan elemen tradisional dengan western high-end resort wear. Ia menangkap kontras dua gaya hidup yang hadir bersamaan di Bali masa kini, rradisi dan modernitas, yang hidup berdampingan meski tak pernah benar-benar menyatu.

Koleksi bertajuk “Archipelago Cruise” ini menghadirkan sederet busana smart casual hingga formal, dirancang untuk iklim tropis. Mulai dari setelan sutra, parka linen, hingga sarung tenun Bali yang dipadukan dalam sentuhan tailoring khas KRATON. Garis desainnya tetap konsisten dengan estetika reductionist: bersih, minimal, dan fokus pada presisi potongan.

Auguste menegaskan bahwa setiap koleksinya bukan sekadar eksplorasi musiman, melainkan bagian dari proses panjang yang berkesinambungan. “Meneliti untuk satu musim hanya menggores permukaan. Butuh bertahun-tahun percobaan untuk benar-benar memahami. Karya ini tak pernah selesai; satu koleksi selalu membangun di atas koleksi sebelumnya, menambah dan mengurangi, dalam usaha menuju kesempurnaan yang mungkin tak pernah tercapai,” ungkapnya.

Dengan “Archipelago Cruise”, Auguste kembali mengangkat pesan yang telah lama ia perjuangkan: mengembalikan martabat Indonesia pascakolonial dalam lanskap dunia fesyen global yang kian terbaratkan.

4 dari 4 halaman

Love Letter to Friendship: StudioMoral di Plaza Indonesia Fashion Week 2025

Sejauh Mata Memandang, KRATON, dan Studio Moral Hadirkan Narasi Mode Berbeda. [Dok/Plaza Indonesia].

Kenangan masa lalu selalu punya cara untuk kembali hidup, terutama masa berseragam sekolah yang begitu membekas di ingatan. Nostalgia inilah yang menjadi inspirasi utama Studio Moral dalam menghadirkan koleksinya di ajang Plaza Indonesia Fashion Week 2025.

Dalam peragaan busana kali ini, StudioMoral meramu elemen khas seragam sekolah menjadi bahasa mode yang segar dan penuh gaya. Loafers hitam dengan kaos kaki panjang, tas ransel klasik, trench coat yang dipadukan di atas celana pendek, hingga dasi sebagai aksen utama, semuanya tampil kompak dalam balutan busana pria maupun wanita.

Perpaduan ini bukan sekadar permainan styling, tetapi juga sebuah "love letter" untuk persahabatan dan memori yang lahir di masa remaja. Koleksi ini mengingatkan kita bahwa momen sederhana seperti berjalan bersama teman sekolah atau bercanda di lorong kelas bisa menjadi sumber inspirasi yang begitu kuat dan abadi.

StudioMoral berhasil membuktikan bahwa nostalgia tak hanya bisa dihadirkan dalam cerita, tetapi juga dalam bentuk mode yang relevan untuk masa kini.