6 Cara Berkomunikasi yang Membuat Anak Tumbuh Cerdas

Endah WijayantiDiterbitkan 10 November 2025, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kadang, rasanya balita yang tak pernah berhenti bergerak itu seperti tidak bisa diam sejenak, apalagi untuk belajar hal baru. Tapi, jangan khawatir Moms, justru di usia inilah si kecil sedang berada dalam masa emas perkembangannya. Di balik semua aktivitasnya yang begitu aktif, otaknya sedang menyerap banyak hal baru setiap hari.

Yuk, temukan enam cara sederhana tapi efektif yang dilansir dari laman Baby Center yang bisa Moms lakukan untuk membantu anak tumbuh cerdas, percaya diri, dan bahagia sejak dini. Simak uraiannya berikut ini, ya.

2 dari 7 halaman

1. Ajak Si Kecil Bicara Sebanyak Mungkin

1. Ajak Si Kecil Bicara Sebanyak Mungkin./Copyright depositphotos.com

Moms mungkin terkejut mengetahui bahwa anak belajar sekitar satu kata baru setiap minggu saat berusia 18 bulan hingga 2 tahun. Bahkan, di usia dua tahun, anak bisa menguasai hingga 100 kata! Menurut Tracy Cutchlow, editor Brain Rules for Baby, semakin sering Moms berbicara dengan anak, semakin cepat ia menambah kosakata.

Cobalah untuk menarasikan kegiatan sehari-hari. Saat Moms menyiapkan sarapan, katakan, “Sekarang Mama potong pisang, warnanya kuning, ya.” Hal sederhana seperti ini membantu anak mengenal kata dan konsep baru.

Jangan lupa juga untuk membacakan buku setiap hari. Gunakan nada suara dan ekspresi yang berbeda agar si Kecil tertarik dan ikut berimajinasi. Tapi, pastikan sumber bahasanya berasal dari interaksi langsung, bukan dari layar. Tayangan video sering kali terlalu cepat dan pasif, sehingga kurang efektif membantu anak belajar bahasa.

Dengan menjaga percakapan tetap hidup dan penuh kosakata baru, Moms sedang membantu anak membangun dasar kemampuan membaca, menulis, dan berkomunikasi yang kuat di masa depan.

3 dari 7 halaman

2. Ajarkan Anak Mengenali Emosi

2. Ajarkan Anak Mengenali Emosi./Copyright depositphotos.com/geargodz

Menurut Ross Flom, profesor psikologi dan ilmu saraf dari Brigham Young University, kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. Anak perlu belajar mengenali dan memahami perasaan, baik milik sendiri maupun orang lain.

Misalnya, saat anak bermain di taman dan tanpa sengaja ditabrak anak lain, Moms bisa membantu dengan mengatakan, “Tidak apa-apa, itu tidak sengaja, ya.” Dengan cara ini, anak belajar memahami situasi dan tidak mudah berprasangka negatif.

Begitu juga untuk emosi positif. Saat anak berbagi mainan, Moms bisa berkata, “Lihat, teman kamu senang sekali waktu kamu mau berbagi.” Kalimat sederhana ini membantu anak memahami hubungan antara tindakan dan perasaan orang lain.

Melatih empati dan pemahaman emosi sejak dini akan membentuk si Kecil menjadi pribadi yang hangat, penyayang, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

4 dari 7 halaman

3. Gunakan Permainan untuk Melatih Fokus dan Kendali Diri

3. Gunakan Permainan untuk Melatih Fokus dan Kendali Diri./Copyright depositphotos.com/geargodz

Permainan sederhana ternyata bisa menjadi cara efektif untuk menstimulasi kemampuan berpikir dan mengendalikan impuls. Cutchlow menyarankan permainan “berlawanan.” Misalnya, saat Moms menunjukkan gambar matahari, minta anak menjawab “bulan.”

Kalau anak belum siap bermain kata, coba permainan ritme. Moms pukul meja satu kali, dan anak perlu membalas dengan dua kali pukulan. Tujuannya adalah melatih anak berhenti sejenak, berpikir, lalu merespons dengan cara yang tepat.

Kemampuan menahan impuls ini berkaitan erat dengan keterampilan akademik, termasuk matematika, serta membentuk dasar dari executive function, kemampuan otak untuk merencanakan, fokus, dan mencapai tujuan.

5 dari 7 halaman

4. Ciptakan Ruang Kreatif di Rumah

4. Ciptakan Ruang Kreatif di Rumah./Copyright depositphotos.com/220Selfmadestudio

Moms tidak perlu membeli mainan mahal untuk menumbuhkan kreativitas si Kecil. John Medina, ahli biologi molekuler dan penulis Brain Rules for Baby, mengatakan bahwa lingkungan yang mendukung imajinasi adalah kunci utama.

Kotak kosong, beberapa krayon, atau kain bekas bisa menjadi alat eksplorasi yang seru. Biarkan anak berkreasi dan menciptakan dunianya sendiri.

Moms bisa menyiapkan beberapa area kecil di rumah untuk kegiatan kreatif, seperti satu sudut untuk menggambar, satu untuk musik, satu untuk membangun dengan balok, dan satu lagi untuk bermain peran.

Ruang yang mendorong rasa ingin tahu akan membantu anak belajar menemukan solusi, berimajinasi tanpa batas, dan membangun kepercayaan diri dalam mengekspresikan diri.

6 dari 7 halaman

5. Fokus pada Usaha, Bukan Hasil Akhir

5. Fokus pada Usaha, Bukan Hasil Akhir./Copyright depositphotos.com/havucvp

Moms pasti bangga melihat anak menunjukkan kemampuan barunya. Namun, daripada memuji dengan kata “pintar,” cobalah mengatakan, “Wah, kamu bekerja keras, ya!”

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering dipuji atas usahanya memiliki semangat belajar yang lebih tinggi dibanding yang sering dipuji karena kepintarannya. Pendekatan ini menumbuhkan growth mindset, keyakinan bahwa kemampuan bisa berkembang dengan latihan dan kerja keras.

Menurut Cutchlow, anak dengan growth mindset lebih tangguh menghadapi kegagalan. Mereka tidak takut mencoba lagi, bahkan menganggap kesalahan sebagai tantangan untuk diselesaikan. Moms pun bisa menanamkan sikap positif ini dengan terus memberi dukungan dan semangat setiap kali si Kecil berusaha.

7 dari 7 halaman

6. Gunakan Bahasa Tubuh: Tunjuk, Lihat, dan Ceritakan

6. Gunakan Bahasa Tubuh: Tunjuk, Lihat, dan Ceritakan./Copyright depositphotos.com/1stfootage

Sejak usia sembilan bulan, anak mulai memahami arah telunjuk Moms dan belajar mengenali benda yang ditunjuk. Saat Moms menunjuk truk di jalan sambil berkata, “Itu truk warna merah,” anak sedang belajar menghubungkan kata dengan benda nyata.

Aktivitas ini disebut joint attention, yaitu kemampuan anak untuk berbagi perhatian terhadap suatu hal bersama orang lain. Kegiatan sederhana ini memperkuat komunikasi dan membangun dasar bagi perkembangan bahasa, sosial, serta kognitifnya.

Saat berkunjung ke kebun binatang, misalnya, Moms bisa menunjuk beruang kutub sambil berkata, “Lihat, bulunya tebal supaya dia tidak kedinginan.” Satu momen sederhana seperti ini bisa jadi pelajaran besar untuk si Kecil.

Mendampingi balita agar tumbuh cerdas bukan soal memberikan pelajaran rumit, Moms. Justru yang terpenting adalah menghadirkan interaksi penuh kasih, rasa ingin tahu, dan kebersamaan dalam keseharian.

Setiap kali Moms berbicara, bermain, atau mendampingi si Kecil mengeksplorasi dunia, di situlah proses belajar yang sebenarnya sedang terjadi.

Nikmati setiap tahapnya, karena masa kecil hanya datang sekali, dan dengan cinta, kesabaran, serta perhatian yang tulus, Moms sudah menjadi guru terbaik bagi si Kecil.