4 Hal yang Dapat Merusak Pernikahan atau Hubungan Jangka Panjang dan Cara Menghindarinya

Vallerie Angelique EffendiDiterbitkan 20 Desember 2025, 09:45 WIB

Fimela.com, Malang Hubungan yang telah berlangsung lama bukan berarti bebas dari masalah. Justru, semakin panjang durasi hubungan, semakin besar kemungkinan munculnya pola-pola destruktif yang tidak disadari. Faktor seperti kurangnya komunikasi, pengaruh pihak luar, atau dinamika emosional yang berubah dapat membuat hubungan terasa renggang. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat membentuk jarak emosional yang makin sulit dijembatani. Memahami akar penyebabnya adalah langkah awal untuk mencegah hubungan rusak lebih jauh.

Beberapa pasangan tidak menyadari bahwa kebiasaan sehari-hari dapat melemahkan kualitas hubungan. Misalnya, menghindari percakapan serius, membiarkan pihak ketiga ikut menentukan keputusan, atau tidak mencari bantuan ketika ada masalah mendalam. Karena masalah ini muncul perlahan, banyak pasangan mengabaikannya hingga semuanya terasa terlalu berat. Ketidaksadaran ini membuat pasangan terjebak dalam situasi yang sebenarnya dapat dicegah. Dengan lebih peka terhadap pola-pola ini, pasangan dapat mengambil langkah perbaikan lebih dini.

Tidak ada hubungan yang bertahan lama tanpa komitmen dari kedua belah pihak. Untuk menghindari keretakan, pasangan perlu membangun komunikasi terbuka, menjaga batasan yang sehat, dan menyelesaikan masalah tanpa ditunda. Ketika kedua pihak sama-sama mau mengoreksi pola yang keliru, hubungan dapat kembali stabil. Kesadaran untuk berubah bukan hanya menyelamatkan hubungan, tetapi juga memperdalam kedekatan dan rasa saling percaya. Upaya bersama ini menjadi fondasi penting bagi hubungan jangka panjang yang sehat.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Komunikasi yang Buruk atau Tidak Ada Sama Sekali

Ilustrasi hubungan yang penuh ego masing-masing/copyright freepik.com/freepik

Komunikasi yang buruk dapat membuat pasangan merasa tidak didengar, direndahkan, atau diabaikan. Pola ini dapat berkembang menjadi emosi yang meledak karena perasaan terpendam terlalu lama. Selain menghindari pembicaraan penting, komunikasi buruk juga dapat muncul dalam bentuk serangan verbal atau stonewalling. 

Untuk mengatasinya, pasangan perlu memulai percakapan dari perspektif empati dan mencari hal yang bisa divalidasi dari perasaan pasangannya. Active listening atau mendengarkan secara aktif sangat penting untuk membuat pasangan merasa dihargai. Jika percakapan semakin memanas, ambillah jeda singkat agar emosi kembali stabil.

3 dari 5 halaman

Pengaruh Berlebihan dari Pihak Luar

Ilustrasi ekspektasi dalam hubungan/copyright freepik.com/jcomp

Meskipun dukungan keluarga dan teman penting, intervensi yang terlalu dalam dapat merusak hubungan. Ketika keputusan pasangan lebih banyak dipengaruhi orang lain, rasa percaya dapat terkikis. 

Hal ini terjadi karena salah satu pihak merasa pendapatnya selalu kalah oleh suara pihak ketiga. Untuk mencegahnya, pasangan harus menetapkan batasan yang jelas mengenai sejauh apa orang lain boleh terlibat. Setelah itu, komunikasikan batasan tersebut kepada pihak luar dengan cara yang sopan namun tegas. Pada akhirnya, hubungan adalah milik dua orang, bukan tiga.

4 dari 5 halaman

Tidak Mencari Bantuan saat Mengalami Perilaku adiktif

Mengatasi Konflik agar Hubungan Tidak Putus./Fimela/Adrian Putra  

Kecanduan tidak hanya terkait alkohol atau narkoba, tetapi juga dapat muncul dalam bentuk pekerjaan, belanja, media sosial, hingga permainan digital. Ketika seseorang mengalami kecanduan, fokus emosional dan waktunya bergeser jauh dari pasangan. Akibatnya, pasangan merasa diabaikan, bahkan sering kali menjadi korban perilaku tertutup yang muncul akibat rasa malu. 

Langkah pertama adalah menyadari dan mengakui adanya masalah. Setelah itu, bantuan profesional seperti terapi individu atau pasangan sangat dianjurkan agar proses pemulihan berjalan aman dan terarah. Terapi juga membantu menetapkan batasan yang sehat selama masa pemulihan.

5 dari 5 halaman

Tidak Sejalan dalam Hal Keuangan

Keduanya sama-sama mencari stabilitas dan kenyamanan dalam hubungan.(Foto: Pablo Heimplatz/Unsplash)

Perbedaan pandangan mengenai uang sangat umum, tetapi jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber konflik yang serius. Uang menyentuh hampir setiap keputusan sehari-hari, sehingga ketidaksepahaman akan menimbulkan ketegangan berulang. Cara terbaik untuk mencegah kerusakan hubungan adalah dengan berdiskusi terbuka mengenai nilai dan makna uang bagi masing-masing pihak. 

Pasangan perlu memahami gaya keuangan pasangannya dan mencari titik temu melalui kompromi. Diskusi yang sehat mengenai uang bukan hanya menyelesaikan masalah finansial, tetapi juga meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama.

Hubungan jangka panjang tidak rusak dalam semalam. Keretakan biasanya muncul dari pola yang dibiarkan tanpa diperbaiki. Dengan komunikasi yang sehat, batasan jelas, kesadaran terhadap perilaku adiktif, dan keterbukaan membahas keintiman serta keuangan, pasangan dapat menjaga hubungan tetap kuat.

Melalui upaya bersama, hubungan bukan hanya terhindar dari kerusakan, tetapi juga berkembang menjadi lebih hangat, stabil, dan penuh kepercayaan.