Colic, Penyebab Bayi Menangis Intens yang Kerap Membuat Bingung Orangtua

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 27 November 2025, 19:56 WIB

ringkasan

  • Kolik adalah kondisi tangisan intens pada bayi sehat yang memenuhi 'Aturan Tiga': lebih dari 3 jam sehari, 3 hari seminggu, selama 3 minggu, dan biasanya mereda pada usia 3-4 bulan.
  • Gejala kolik meliputi tangisan melengking, sulit ditenangkan, sering di sore/malam hari, disertai perubahan fisik seperti wajah memerah, tangan mengepal, dan kaki ditekuk.
  • Meskipun penyebab pasti tidak diketahui, penanganan kolik melibatkan berbagai strategi menenangkan seperti gerakan, suara putih, pijatan, serta perubahan diet jika relevan.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, mendengar tangisan bayi adalah hal yang lumrah, namun bagaimana jika tangisan itu berlangsung intens, berkepanjangan, dan sulit ditenangkan tanpa alasan jelas? Kondisi inilah yang dikenal sebagai kolik, sebuah fenomena umum pada bayi sehat yang seringkali membuat orang tua merasa frustrasi dan bingung.

Kolik didefinisikan sebagai tangisan yang memenuhi kriteria 'Aturan Tiga': berlangsung lebih dari tiga jam sehari, terjadi setidaknya tiga hari dalam seminggu, dan berlanjut selama lebih dari tiga minggu. Kondisi ini biasanya muncul saat bayi berusia 2 hingga 4 minggu, mencapai puncaknya sekitar usia 6 minggu, dan umumnya akan mereda sendiri saat bayi berusia 3 sampai 4 bulan, bahkan bisa hingga 6 bulan.

Penting untuk diingat, meskipun melelahkan, kolik adalah kondisi jinak yang tidak akan menyebabkan masalah medis jangka pendek atau panjang bagi si kecil. Memahami colic dan karakteristiknya dapat membantu Sahabat Fimela menghadapi fase ini dengan lebih tenang dan efektif.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Mengenal Gejala Khas Colik pada Bayi

Selama episode tangisan, bayi colik sering menunjukkan perubahan fisik yang jelas. Wajah mereka bisa memerah atau memerah tua, tangan mengepal, kaki ditekuk ke arah perut, atau bahkan punggung melengkung. /dok. Unsplash Zach.

Bayi yang mengalami kolik menunjukkan pola tangisan dan perilaku yang cukup spesifik, membedakannya dari tangisan biasa. Tangisan mereka seringkali terdengar lebih keras, melengking, bahkan seperti jeritan yang mengindikasikan rasa sakit yang mendalam.

Salah satu ciri paling mencolok adalah kesulitan luar biasa untuk menenangkan bayi, meskipun sudah berbagai upaya dilakukan seperti menggendong, mengayun, atau menyusui. Episode tangisan ini juga seringkali terjadi pada waktu yang dapat diprediksi, paling umum di sore atau malam hari, menciptakan rutinitas yang menantang bagi orang tua.

Selama episode tangisan, bayi kolik sering menunjukkan perubahan fisik yang jelas. Wajah mereka bisa memerah atau memerah tua, tangan mengepal, kaki ditekuk ke arah perut, atau bahkan punggung melengkung. Perut yang tegang atau kembung, serta sering buang gas atau bersendawa, juga menjadi indikasi, yang mungkin disebabkan oleh menelan udara saat menangis. Namun, di luar episode ini, bayi kolik tampak sehat, makan dengan baik, dan berat badannya bertambah normal.

3 dari 5 halaman

Misteri di Balik Penyebab Colik

Meskipun banyak penelitian telah dilakukan, penyebab pasti kolik pada bayi masih belum sepenuhnya diketahui, menjadikannya misteri yang membingungkan bagi banyak orang tua dan ahli medis. Namun, beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai kemungkinan pemicu atau kontributor kondisi ini.

Salah satu teori utama adalah sistem pencernaan bayi yang belum matang sepenuhnya, yang mungkin menyebabkan ketidaknyamanan. Ketidakseimbangan bakteri sehat dalam saluran pencernaan juga diduga berperan, bersama dengan kemungkinan alergi atau intoleransi makanan, seperti protein susu sapi pada formula atau yang ditransfer melalui ASI.

Faktor lain yang dipertimbangkan meliputi pemberian makan yang tidak tepat, seperti terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau jarang bersendawa. Sensitivitas bayi terhadap stimulasi berlebihan (cahaya, suara), kesulitan menenangkan diri, bahkan bentuk awal migrain anak usia dini juga menjadi hipotesis. Stres atau kecemasan keluarga, termasuk depresi pascapersalinan, serta paparan asap rokok, juga dapat meningkatkan risiko kolik pada bayi.

4 dari 5 halaman

Strategi Efektif Menenangkan Si Kecil

Menghadapi bayi colik memang menantang, namun ada berbagai strategi yang dapat Sahabat Fimela coba untuk menenangkan si kecil dan mengurangi stres. Gerakan ritmis seringkali efektif; menggendong, mengayun lembut, atau membawa bayi berjalan-jalan atau berkendara dengan mobil dapat memberikan kenyamanan.

Tekanan lembut pada perut bayi juga bisa membantu meredakan gas. Cobalah menempatkan bayi tengkurap di pangkuan atau lengan Anda, dengan tangan menopang perutnya. Suara putih atau white noise, seperti suara kipas angin, mesin pencuci piring, penyedot debu, atau aplikasi suara putih, dapat meniru suara di dalam rahim dan memberikan efek menenangkan. Memberikan empeng atau membantu bayi menemukan tinjunya untuk dihisap juga bisa menjadi solusi.

Teknik lain yang patut dicoba adalah membedong bayi dengan selimut lembut untuk memberikan rasa aman. Pijatan lembut pada perut searah jarum jam atau menggerakkan kakinya seperti mengayuh sepeda dapat membantu mengeluarkan gas. Pastikan bayi bersendawa setelah menyusu untuk mengurangi udara yang tertelan. Jika menyusui, ibu dapat mempertimbangkan perubahan diet setelah berkonsultasi dengan dokter, atau mencoba formula terhidrolisis jika menggunakan susu formula. Beberapa penelitian juga menunjukkan probiotik Lactobacillus reuteri dapat mengurangi waktu menangis pada bayi yang disusui.

5 dari 5 halaman

Kapan Harus Bertindak: Mencari Bantuan Medis

Meskipun colik pada umumnya adalah kondisi yang tidak berbahaya dan akan mereda seiring waktu, penting bagi Sahabat Fimela untuk tetap waspada. Ada beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa sudah saatnya untuk mencari bantuan medis profesional, terutama jika Anda merasa khawatir atau jika bayi menunjukkan gejala yang tidak biasa.

Segera hubungi penyedia layanan kesehatan jika terjadi perubahan mendadak dalam perilaku atau pola tangisan bayi Anda. Perhatikan juga jika bayi mengalami demam 100.4°F (38°C) atau lebih tinggi, terutama pada bayi di bawah usia 3 bulan. Muntah yang kuat, diare, atau adanya darah dalam tinja juga merupakan tanda bahaya yang memerlukan perhatian medis segera.

Tanda-tanda lain yang memerlukan evaluasi medis termasuk bayi yang kurang aktif atau lesu dari biasanya, tidak menyusu atau minum botol dengan baik, penurunan berat badan, atau tidak bertambah berat badan sesuai harapan. Tangisan yang terdengar aneh atau tidak seperti tangisan normal bayi, perut kembung, masalah pernapasan, tonus otot yang buruk, atau ruam yang tidak biasa juga harus segera dilaporkan kepada dokter. Terakhir, jika Sahabat Fimela merasa sangat kewalahan, memiliki pikiran untuk menyakiti bayi, atau tidak dapat mengatasi tangisan, jangan ragu untuk mencari dukungan profesional.