Rahasia 12 Cara Efektif Membuat Anak Jadi Lebih Bertanggung Jawab Sejak Dini

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 22 Desember 2025, 22:33 WIB

ringkasan

  • Mengajarkan tanggung jawab sejak dini melalui teladan dan ekspektasi yang jelas membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki ketahanan emosional.
  • Memberikan tugas rumah tangga sesuai usia dan mendorong pengambilan keputusan membantu anak mengembangkan rasa kepemilikan serta akuntabilitas terhadap tindakan mereka.
  • Konsistensi dalam rutinitas, penerapan konsekuensi logis, serta umpan balik positif adalah kunci untuk menumbuhkan perilaku bertanggung jawab dan kemandirian pada anak.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, mengajarkan tanggung jawab kepada anak adalah salah satu fondasi penting dalam membentuk pribadi yang mandiri dan sukses di masa depan. Konsep tanggung jawab sendiri mencakup dua aspek utama. Pertama, menjadi warga negara yang baik, yaitu membuat pilihan bijaksana, mempertimbangkan orang lain, dan berkontribusi positif pada masyarakat. Kedua, akuntabilitas, yakni mengakui tindakan dan konsekuensi yang menyertainya.

Kualitas-kualitas ini secara bersama-sama membentuk dasar bagi anak untuk menjadi pribadi yang dapat diandalkan dan dipercaya. Tanggung jawab bukanlah sifat bawaan, melainkan sebuah keterampilan yang harus diajarkan dan dipupuk secara konsisten sejak usia dini.

Mengapa demikian? Anak-anak yang diajarkan tanggung jawab sejak kecil akan lebih siap menghadapi tantangan hidup. Mereka memiliki ketahanan emosional yang lebih tinggi, mampu bangkit dari kemunduran, dan mendekati masalah dengan pola pikir berkembang.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Menjadi Teladan dan Menetapkan Ekspektasi Jelas

Salah satu strategi paling efektif dalam mengajarkan tanggung jawab adalah dengan menjadi teladan. Anak-anak belajar banyak melalui observasi terhadap orang tua mereka. (unsplash.com/Jimmy Dean)

Salah satu strategi paling efektif dalam mengajarkan tanggung jawab adalah dengan menjadi teladan. Anak-anak belajar banyak melalui observasi terhadap orang tua mereka. Tunjukkan bagaimana Sahabat Fimela mengelola komitmen dan keuangan dengan bijaksana, serta berikan contoh integritas dan konsistensi dalam kehidupan profesional maupun pribadi.

Orang tua perlu secara konsisten memenuhi tanggung jawab mereka sendiri dan menunjukkannya kepada anak-anak. Misalnya, Anda bisa mengatakan, "Tanggung jawab saya adalah pergi bekerja, dan saya melakukannya hari ini."

Selain itu, penting untuk menetapkan ekspektasi yang jelas dan konsisten. Jika Anda berharap sedikit dari anak-anak, Anda akan mendapatkan sedikit. Namun, jika Anda berharap banyak, anak-anak akan lebih sering memenuhi tantangan tersebut. Pastikan mereka memahami aturan rumah tangga dan Anda konsisten dengan pesan yang disampaikan. Jika aturannya adalah pekerjaan rumah harus selesai sebelum menonton TV, maka patuhilah aturan tersebut.

3 dari 5 halaman

Memberikan Tugas Rumah Tangga Sesuai Usia

Tugas rumah tangga memainkan peran krusial dalam perkembangan anak. Ini mengajarkan mereka bagaimana berkontribusi pada unit keluarga, saling mendukung, dan memahami nilai kerja keras. Mulailah dengan tugas-tugas kecil yang jelas, dapat dicapai, dan sesuai dengan usia mereka.

Berikut adalah contoh pembagian tugas rumah tangga sesuai usia anak:

  • Usia 2-3 Tahun: Menyimpan mainan dan buku, memasukkan pakaian kotor ke keranjang, membantu memberi makan hewan peliharaan (dengan pengawasan), membantu menyeka tumpahan, membantu merapikan tempat tidur, menyimpan barang-barang kecil di mesin pencuci piring.
  • Usia 4-5 Tahun: Merapikan tempat tidur secara mandiri, membantu membersihkan dan menata meja, menyiram tanaman, membantu memasak dan menyiapkan makanan, membawa dan menyimpan belanjaan, menyortir cucian putih dan berwarna, menggunakan penyedot debu genggam untuk remah-remah.
  • Usia 6-9 Tahun: Menyapu lantai, membantu membuat makan siang, merapikan kamar tidur dengan pengawasan minimal, memuat dan mengosongkan mesin pencuci piring (kecuali barang tajam/rapuh), menyeka meja dan membersihkan tumpahan, membantu membuang sampah, mencuci piring dengan tangan (dengan pengawasan), menyimpan belanjaan, melipat dan menyimpan cucian mereka.
  • Usia 9-12 Tahun: Mencuci mobil, mencuci piring atau mengisi dan mengosongkan mesin pencuci piring, menyiapkan makanan sederhana, membersihkan bagian kamar mandi, menyapu daun, mencuci dan mengoperasikan mesin cuci dan pengering, mengeluarkan sampah, mengasuh adik (usia 11-12 tahun), mengelola jadwal mereka termasuk pekerjaan sekolah dan tugas, membersihkan kamar mandi termasuk wastafel, meja, cermin, dan toilet.
  • Usia 13-18 Tahun: Membersihkan kulkas, membantu membersihkan dapur secara menyeluruh (peralatan dan lemari), membersihkan toilet, wastafel, dan kamar mandi, mencuci jendela, mengasuh adik secara mandiri (untuk periode singkat), memotong rumput, merawat hewan peliharaan secara mandiri, membuat makanan yang lebih kompleks, menyetrika pakaian.
4 dari 5 halaman

Mendorong Kemandirian dan Pemecahan Masalah

Berikan kesempatan kepada anak untuk membuat pilihan yang sesuai dengan usia mereka. Ini akan mengembangkan rasa kepemilikan dan akuntabilitas mereka. Dukung mereka dalam membuat keputusan dengan mendorong mereka untuk berpikir kritis. Alih-alih langsung menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi anak, biarkan mereka memiliki kesempatan untuk berpikir kritis dan mencari solusi.

Menciptakan dan menjaga rutinitas harian juga sangat penting. Gaya hidup yang terstruktur berperan besar dalam membantu anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang percaya diri dan cakap. Rutinitas dan tanggung jawab akan memberi tahu anak apa yang diharapkan dari mereka.

Mendorong kemandirian berarti memberikan ruang bagi anak untuk melakukan hal-hal sendiri. Anak-anak yang merasa bertanggung jawab atas hidup mereka lebih mungkin mengembangkan rasa otonomi. Ini bisa diterapkan pada tugas sehari-hari, seperti rutinitas pagi dan malam.

5 dari 5 halaman

Menggunakan Konsekuensi dan Memberikan Umpan Balik Positif

Tanggung jawab harus dikaitkan dengan penghargaan dan konsekuensi. Ada dua jenis konsekuensi yang perlu dipahami. Pertama, konsekuensi alami, yang terjadi tanpa campur tangan orang dewasa dan merupakan hasil langsung dari perilaku anak. Misalnya, jika seorang anak menolak memakai jaket saat dingin, mereka akan kedinginan.

Kedua, konsekuensi logis, yang terkait langsung dengan perilaku dan diperkenalkan oleh orang dewasa untuk membantu anak-anak menghubungkan tindakan mereka dengan hasilnya. Contohnya, jika anak menolak melakukan tugas rumah tangga, konsekuensi logisnya mungkin adalah mereka kehilangan waktu layar. Konsekuensi logis membantu anak memahami bahwa tindakan mereka memiliki hasil yang dapat diprediksi. Penting untuk memastikan hubungan antara tindakan dan konsekuensi jelas, serta ditegakkan secara konsisten.

Selain itu, jangan lupakan kekuatan umpan balik positif dan pujian. Jika anak Anda melakukan pekerjaan yang luar biasa, pastikan mereka mengetahuinya. Jika mereka berusaha keras, pastikan Anda bangga pada mereka. Pujian yang tepat dan spesifik untuk tugas yang dilakukan dengan baik sangatlah penting untuk membangun kepercayaan diri dan motivasi mereka.

Terakhir, hindari terlalu memanjakan anak. Dengan tidak memenuhi kebutuhan mereka segera dan tidak memberi mereka semua yang mereka inginkan, Anda memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mentoleransi frustrasi, menunda kepuasan, menjadi kurang impulsif, dan kurang egois. Jangan melakukan hal-hal untuk anak yang bisa mereka lakukan sendiri. Ingatlah, kesalahan adalah kesempatan untuk belajar. Toleransi kesalahan dalam proses belajar dan ajarkan anak untuk melihatnya sebagai bagian dari pertumbuhan.