Fakta Unik: 3 Cara Menangani Sibling Rivalry yang Bikin Hubungan Saudara Makin Akrab

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 22 Desember 2025, 22:38 WIB

ringkasan

  • Mendorong individualitas setiap anak dan menghindari perbandingan atau favoritisme adalah kunci untuk mengurangi persaingan saudara kandung dan menumbuhkan rasa dihargai.
  • Mengajarkan keterampilan resolusi konflik yang konstruktif dan menetapkan aturan keluarga yang jelas membantu anak-anak mengelola perbedaan mereka secara adil dan efektif.
  • Orang tua berperan sebagai teladan perilaku positif dan mendorong kerja sama, menciptakan lingkungan rumah yang harmonis di mana anak-anak belajar saling menghormati dan mendukung.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, persaingan saudara kandung atau sibling rivalry adalah fenomena umum dalam keluarga yang memiliki dua anak atau lebih. Ini adalah bentuk hubungan antar saudara kandung yang bisa bersifat negatif, ditandai dengan kompetisi, kecemburuan, kemarahan, bahkan kebencian. Kondisi ini seringkali muncul karena perebutan perhatian orang tua, sumber daya, atau bahkan sekadar keinginan untuk menjadi yang terbaik.

Persaingan ini dapat terjadi antara kakak dan adik, atau sebaliknya, dan berbeda dari pertengkaran biasa yang terjadi sesama saudara. Sibling rivalry bisa dimulai bahkan sebelum anak kedua lahir dan berlanjut seiring pertumbuhan anak, bersaing untuk segala hal mulai dari mainan hingga perhatian. Jika tidak diatasi dengan baik, persaingan ini dapat memengaruhi emosional dan ikatan batin kakak beradik, bahkan terbawa hingga dewasa.

Meskipun tampak menantang, sibling rivalry sebenarnya merupakan bagian alami dari proses tumbuh kembang anak. Dengan pendekatan yang bijaksana, orang tua dapat membantu anak-anak mengelola persaingan ini secara sehat. Ada 3 Cara Menangani sibling rivalry yang efektif untuk menciptakan lingkungan rumah yang lebih harmonis dan mendukung perkembangan hubungan saudara yang positif.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Menumbuhkan Individualitas dan Menghindari Perbandingan atau Favoritisme

Mendorong setiap anak untuk merasa dihargai sebagai individu adalah strategi kunci dalam mengelola persaingan saudara kandung. /Photo by Hannah Busing on Unsplash.

Mendorong setiap anak untuk merasa dihargai sebagai individu adalah strategi kunci dalam mengelola persaingan saudara kandung. Anak-anak cenderung tidak akan bertengkar jika mereka merasa Anda menghargai setiap dari mereka sebagai individu. Penting bagi orang tua untuk menghargai keunikan setiap anak sesuai dengan karakter mereka, karena setiap anak memiliki sifat yang unik.

Orang tua harus memulai dengan menghindari label dan memastikan setiap anak tahu bahwa mereka istimewa dengan menghabiskan waktu bersama mereka secara individual. Penelitian mengkonfirmasi bahwa favoritisme yang terang-terangan terhadap satu anak dapat secara signifikan memperburuk persaingan saudara kandung. Hindari membanding-bandingkan anak, baik secara positif maupun negatif, karena hal ini dapat memicu perasaan persaingan dan permusuhan.

Memberikan waktu berkualitas secara individual kepada setiap anak, terlibat dalam aktivitas yang mereka nikmati, dan melakukan percakapan yang bermakna dapat mencegah favoritisme yang tidak disengaja. Rayakan kekuatan dan pencapaian unik setiap anak tanpa membandingkan mereka, sehingga mereka tidak merasa terus-menerus diadu satu sama lain. Fokus pada pencapaian individu dan puji usaha mereka berdasarkan standar mereka sendiri, bukan standar saudaranya.

3 dari 4 halaman

Mengajarkan Keterampilan Resolusi Konflik dan Menetapkan Aturan yang Jelas

Mengajarkan anak-anak cara menyelesaikan konflik secara konstruktif dan menetapkan aturan keluarga yang jelas adalah cara efektif untuk mengelola persaingan saudara kandung. Ini termasuk mendorong mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka, mendengarkan satu sama lain, dan menemukan solusi yang dapat diterima bersama. Orang tua dapat membantu anak belajar bagaimana mengajukan pertanyaan tentang konflik atau menyatakan perasaan mereka, serta membantu mereka mencari solusi.

Menetapkan aturan keluarga yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan resolusi konflik membantu menetapkan harapan dan mengurangi peluang konflik. Misalnya, aturan mengenai durasi penggunaan gadget atau kesepakatan tentang kepemilikan mainan dapat membantu. Konsistensi dalam menegakkan aturan-aturan ini sangat penting untuk memastikan keadilan di antara saudara kandung.

Saat anak bertengkar, orang tua sebaiknya tidak langsung memihak atau menjadi hakim, melainkan menjadi mediator. Validasi emosi anak, seperti menerima emosi yang mereka rasakan, namun tegaskan bahwa tidak semua perilaku diperbolehkan. Diskusikan bersama setelah anak tenang dan ajak mereka untuk melakukan problem solving dan resolusi konflik yang sehat.

Tidak semua konflik membutuhkan campur tangan orang dewasa; terkadang anak-anak bisa belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri. Namun, jika konflik memanas atau berpotensi membahayakan, orang tua perlu mengingatkan aturan dasar dan menawarkan alternatif yang aman.

4 dari 4 halaman

Mencontoh Perilaku Positif dan Mendorong Kerja Sama

Orang tua berperan sebagai teladan penting bagi anak-anak mereka dalam cara mereka berinteraksi. Bagaimana orang tua berinteraksi satu sama lain menjadi contoh bagaimana anak-anak harus berinteraksi. Mencontoh resolusi konflik yang sehat, komunikasi yang penuh hormat, dan kerja sama dapat mengajarkan anak-anak bagaimana berinteraksi satu sama lain. Anak-anak belajar keterampilan sosial dari mengamati orang dewasa dalam hidup mereka.

Melibatkan saudara kandung dalam kegiatan yang membutuhkan kolaborasi dan kerja sama dapat menumbuhkan rasa persatuan dan mendorong mereka untuk bekerja sama menuju tujuan bersama. Misalnya, ajak anak terlibat dalam rutinitas keluarga secara bersama-sama. Ciptakan suasana keluarga yang tidak saling berkompetisi, namun saling bekerja sama dan berempati.

Menciptakan lingkungan yang kooperatif di rumah, di mana orang tua menunjukkan cara-cara berkomunikasi yang penuh perhatian, sensitif terhadap kebutuhan satu sama lain, kooperatif, dan yang terpenting, saling menghormati, dapat membantu anak-anak mengembangkan hubungan yang sehat. Hindari perkataan yang mendorong persaingan antar saudara, seperti “Siapa yang bisa memakai baju paling cepat?” atau “Siapa yang nilai matematikanya paling baik?”.