Sukses

Entertainment

Eksklusif, Filosofi Album Monokrom dan Mimpi-Mimpi Tulus

Fimela.com, Jakarta Karya yang otentik adalah modal utama Tulus, penyanyi solo yang mampu merebut hati masyrakat dengan keunikannya. Lirik puitis dan sudut pandang menarik yang ia sajikan dalam karya-karyanya bisa membawanya sejauh ini dalam karier di dunia musik.

Bertarung di jalur independen, Tulus mencoba membuat karya sejujur mungkin. Bersama manajemennya Tulus Co. penyanyi berdarah Minangkabau ini menjaga produktivitasnya dengan tiga album yang sudah dirilis.

***

 Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Album Tulus, Gajah dan yang terbaru, Monokrom membingkai cerita masing-masing. Ketiganya turut mengiringi perjalanan musik Tulus dari tahun 2011 hingga sekarang ini. Orang sudah dengan senang hati menerima wujud idealisme Tulus lewat tembang-tembang romantisnya.

Kurang lebih 5 tahun disambut baik oleh penikmat musik tanah air, Tulus mempersembahkan Monokrom sebagai wujud terima kasihnya. Meski secara harfiah diartikan hitam putih, album ini justru memiliki warna musik yang beragam. Bahkan single pertamanya, Pamit jadi lagu ballad yang ia tulis dan nyanyikan selama 5 tahun berkarier.

"Lagu Monokrom di album Monokrom ini bercerita tentang ungkapan rasa terima kasih yang saya sampaikan lewat lagu. Spirit keseluruhan dari album ini adalah bagaimana saya mencoba melakukan apresiasi balik terhadap orang-orang yang sudah memberi apresiasi terhadap musik saya sejauh ini," ungkap Tulus kepada Bintang.com (26/8).

Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Namun menariknya meski telah terbilang sukses di bidang musik dan industri entertainment, Tulus masih berusaha mencari-cari passionnya yang sesungguhnya. Ia merasa sejauh ini musik masih jadi yang terbaik baginya, dengan tak menutup kemungkinan untuk mencoba bidang-bidang lain.

Di sisi lain, ia masih memiliki keinginan untuk mengembangkan dirinya lebih jauh lagi. Jika masih diberi kesempatan, ia berkeinginan untuk menjajal ranah musik namun di balik layar. Tulus ingin mencoba menjadi seorang produser musik, yang cukup terbayang-bayang di benaknya selama ini.

Dalam wawancara eksklusif bersama Bintang.com, Tulus mengungkap keinginan-keinginan itu dengan bahasan tema lain yang juga menarik. Kepada Muhammad Nizar Zulmi, Hasan Mukti Iskandar dan Febio Hernanto, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari perjuangan Tulus bertahan dengan identitas musiknya. Simak selengkapnya di sini.

Serba-serbi Album Monokrom

Warna hitam dan putih identik dengan kenangan, masa lalu, dan serpihan cerita yang membekas di ingatan. Hal ini cukup mewakili pandangan Tulus di lagu dan album berjudul Monokrom. Foto hitam putih merekam orang-orang penting yang turut membantu kesuksesan karier Tulus.

Bagaimana perasaan Tulus akhirnya Monokrom dirilis?

Waktu menjelang dan hari rilisnya, justru lebih ke perasaan nggak sabar sih. Saya udah ingin albumnya cepet-cepet bisa dirilis, dan teman-teman bisa dengerin. Dan saat dirilis, saya lega sekali.

Sempat terharu saat perilisan album ini, maknanya sejauh mana untuk Tulus?

Kaarena buat saya album Monokrom adalah rasa terima kash terhadap banyak sekali nama-nama baik yang membentuk saya yang dulu, sekarang dan seterusnya. Nama-nama baik itu adalah orang-orang yang ada di sekitar saya, yang selama ini ada di hidup saya. Jadi waktu album ini dirilis pasti lah ada suatu keharuan tersendiri.

Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Apa alasan Monokrom dipilih sebagai judul album?

Lagu Monokrom di album Monokrom ini bercerita tentang ungkapan rasa terima kasih yang saya sampaikan lewat lagu. Spirit keseluruhan dari album ini adalah bagaimana saya mencoba melakukan apresiasi balik terhadap orang-orang yang sudah memberi apresiasi terhadap musik saya sejauh ini. Kalau teman-teman mengapresiasi musik saya dengan mendengarkan lagu saya, membeli karya yang legal, datang ke berbagai tempat pertunjukan. Sementara apresiasi yang saya berikan adalah saya ingin menunjukkan kalau saya berusaha untuk memiliki progress dari sisi musikalitas sehingga teman-teman yang mendengarkan merasa ada perkembangan dari mulai album pertama, kedua dan sampai sekarang album ketiga.

Di album ini mengandalkan lagu Pamit, apakah ini lagu ballad pertama Tulus?

Dengan segala keterbatasan pengetahuan musik saya, mungkin rasa-rasanya ini adalah lagu ballad pertama yang saya tulis. Dengan aransemen yang bener-bener hanya piano dan strings saja. Dan suasananya memang berbeda. 

Pertimbangan lagu ini jadi single pertama album Monokrom?

Lagu ini diperdengarkan terlebih dahulu ketimbang lagu-lagu lain ini adalah karena saya ingin teman-teman pemanasan terlebih dahulu sebelum album ketiga. Karena di album-album sebelumnya belum ada permainan string sections yang setebal seperti yang teman-teman temukan di album saya yang ketiga. 

Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com) 

Keterlibatan Tulus dan musisi Ceko di album Monokrom?

Pengerjaan album Monokrom ini dibuat di dua negara. Di Indonesia, setelah itu dibawa ke Ceko, di Praha. Ini salah satu bentuk eksplorasi aja yang ingin saya dan produser saya untuk mencoba musik ini bisa dikembangkan kemana lagi. Sedari awal memang saya ingin album ini ada string sections sebagai pembeda album ini dari sebelumnya. 

Pengalaman menarik apa yang dialami dalam prosesnya?

Yang menarik adalah bagaimana kita mentransfer pemahaman lagu yang kita tulis dalam Bahasa Indonesia, terhadap semua session player profesional di sana, kemudian mereka menerjemahkan dengan cara bermain, penjiwaan, dan emosi dalam musik yang mereka mainkan. Menurut saya itu yang paling menarik karena berbeda bahasa dalam lirik tapi musik itu sebenarnya satu. 

Perbedaan Monokrom dengan dua album sebelumnya?

Kalau perkembangan musiknya sejauh mana biar teman-teman pendengar yang menilai. Tapi kalau buat saya, saya mencoba berprogres aja, mencoba terus melakukan eksplorasi sehingga terus berkembang gitu. Kalau di album ketiga ini mungkin teman-teman belum pernah mendengar ukulele di lagu saya, tapi di sini ada. Terus string yang lebih tebal, ada suara harmonika, dan suasana-suasana yang terasa di ruang lebih luas, lebih ke rasa dan detailnya. 

Proses Kreatif Tulus dan Mimpinya

Tema cinta mungkin menjadi hal yang selalu dibahas dalam karya-karya para seniman musik. Namun Tulus punya cara berbeda dalam memandang sebuah permasalahan. Hal ini coba ia terjemahkan ke dalam nada-nada yang menurutnya pas dan otentik. Bicara soal proses kreatif, ternyata Tulus punya kebiasaan yang menarik.

Di album Monokrom ini bahkan seluruh lagu ditulis olehnya. Ia juga berperan sebagai co-produser yang memperhatikan detail pengerjaan album bersama sang produser, Ari Renaldi. 

Bagaimana proses kreatif Tulus dalam menciptakan sebuah lagu?

Kalau proses menulis lagu tuh agak unik, bukan agak lagi tapi sangat unik dan sangat sulit juga untuk dibahasakan. Karena beberapa kali mencoba benar-benar sengaja mencari inspirasi mau nulis justru nggak dapat sama sekali lagunya. Tapi di lain hal cuman diam di kamar bengong aja malah dapet. Jadi menulis itu nggak bisa dipaksakan, kondisinya juga tidak dibuat-buat. Inspirasi itu kaya kesambet, hehe. 

Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Judul atau lirik yang lebih dulu?

Biasanya sih lirik dulu ya, judul belakangan. Saya bahkan hampir seluruh lagu yang ada di album Monokrom ini judulnya baru ada terakhir-terakhir setelah di-mixing. Setelah selesai direkam baru ini judulnya ini, yang ini judulnya ini. Gitu sih.

Tulus dikenal dengan lirik puitis, memang disengaja?

Setiap seniman atau penulis lagu lebih spesifiknya pasti setiap karya yang keluar dari beda kepala beda hati itu kan otentik ya. Yang saya lakukan ya saya menulis lagu aja. Nggak sedari awal saya membatasi ruang kreativitas saya, kalau keluarnya memang bahasanya senada dalam beberapa lagu terasa satu nuansa wajar aja ya, keluarnya dari otak yang sama. Cuman dari awal nggak saya batasin sih, menulis lagu yang puitis untuk membentuk identitas. Cukup dengan hanya bicara dengan diri saya dan menyuarakan yang saya bicarakan dengan diri saya akan muncul sesuatu yang otentik sama seperti yang dialami orang lain.

Dengan banyaknya penyanyi baru, bagaimana cara Tulus menjaga konsistensi bermusik?

Kalau dalam berkesenian menurut saya lebih fokus ke karya sih. Lebih fokus ke diri sendiri aja, karena tiap orang itu terlahir berbeda-beda. Dan karya yang kita ciptakan juga akan berbeda. Terlepas dari sedikit atau banyaknya orang yang mendengarkan kan tergantung seberapa puas kita. Tapi karya yang keluar dari hati menurut saya pasti ada aja yang dengerin. Jadi yang perlu dilakukan untuk survive tidak ada, kecuali berkarya dari hati dan jadi diri sendiri.

Eksklusif Tulus (Foto: Febio Hernanto, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Setelah menjadi singer dan songwriter, apa lagi mimpi Tulus yang ingin dikejar?

Kalau memungkinkan saya ingin jadi produser nanti. Karena sekarang posisi saya di album pertama, kedua dan ketiga co-producer. Saya punya otoritas bisa memberi ide, masukan tapi saya belum memiliki kapabilitas untuk bisa memutuskan keputusan-keputusan yang major, yang berkaitan dengan musik. Saya ingin sekali bisa berkembang dan siapa tahu jadi produser, terlibat juga dalam perjalanan musik talenta-talenta lain. Saya melihat sahabat-sahabat saya yang jadi produser kok kayanya seru banget melihat musik yang belum didengarkan orang sama sekali kemudian sedemikian panjang perjalanan tiba-tiba lagu itu jadi lagu semua orang. 

Pertanyaan yang mendasar, passion Tulus bermusik sebesar apa, dan kenapa memilih musik?

Alasannya sangat sederhana sekali. Dari saya kecil sampai sekarang, saya mempelejari banyak hal. Bahkan saya sempat studi arsitektur juga. Sampai detik ini hal paling instan yang membuat hidup saya jadi lebih ringan adalah musik. Jadi saya ngerasa mungkin inilah passion saya. Saya masih bilang mungkin lho, karena saya masih mencari-cari. Sejauh ini rasanya ini adalah passion terbesar dalam hidup saya. Saya ingin menghabiskan hidup saya dengan melakukan apa yang benar-benar saya ingin lakukan. Seiring berjalannya waktu kan beberapa orang mengapresiasi karya saya, suara saya dan lain sebagainya, semakin saya menjalani perjalanan musik saya, karier saya, semakin juga saya menyadari kalau bakat yang ada dalam diri saya itu dititipkan tidak hanya untuk saya, tapi juga banyak orang. Karena lagu bisa didengarkan banyak orang. 

Bagaimana Tulus memaknai perjuangan karier?

Kalau buat saya sederhananya gini sih. Kalau dia tidak membuat kita jatuh bangun, sakit, senang, perasaan kita dipermainkan, kondisi fisik dipertaruhkan dan lain sebagainya, kalau nggak sampe dalam kondisi itu berarti bukan mimpi. Yang namanya mimpi itu harus begitu. Dan saya yakin semua orang juga pasti melaluinya termasuk saya. Sama aja sih semua profesi juga ada jatuh bangunnya, mungkin yang membuat saya semangat karena mungkin ini adalah passion saya, dan karena ini adalah bakat yang mungkin bisa bermanfaat buat orang lain.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading