Sukses

Fashion

Makna Rahasia di Balik Saputangan

Vemale.com - Oleh: Ivana Okta Riyani Anda mungkin punya pikiran kalau saputangan hanya berupa kain linen bermotif kotak-kotak yang biasa digunakan untuk menyeka hidung atau air mata saja. Sekarang tidak lagi, saputangan kini memiliki banyak motif, model serta telah menjadi bagian dari fashion. Namun, tahukah Anda bahwa ternyata saputangan juga bisa dikaitkan dengan seks, darah, dan kematian? Ketika Black Death (wabah penyakit di mana kulit penderita menjadi menghitam karena pendarahan subdermal) memusnahkan setengah dari Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14, penduduk Eropa berjalan dengan selalu membawa rempah berbalut saputangan untuk menangkal penyakit. Saat itu saputangan menjadi "wabah" dan harus dimiliki oleh setiap orang. Pada era Victoria (1837-1901), saputangan menjadi simbol dari seks. Seorang wanita akan menjatuhkan saputangannya di depan pria untuk memberi kesempatan agar saputangan tersebut diambil, dikembalikan, dan dimulailah suatu hubungan antara keduanya. Saputangan mulai dikaitkan dengan seks lagi pada tahun 1980-an, ketika pria gay menciptakan 'kode saputangan'. Geng motor di California pada tahun 1948, ternyata juga mengenakan saputangan pada kepala untuk mencegah panas matahari. Pramuka mengenakan saputangan bukan untuk nampak bodoh. Namun, sebagai penanda saat mereka kehilangan jejak saat penjelajahan. Nama saputangan pun berbeda-beda di setiap tempat. "Kerchief" berasal dari bahasa Perancis "couvre-chef", yang berarti penutup kepala. Namun, "bandanna" berasal dari bahasa India yang berarti "mengikat." Nah, di Indonesia saputangan biasanya identik dengan kain persegi bermotif kotak-kotak, kita lebih mengenal saputangan dalam fashion sebagai scarf yang sering mendukung penampilan kita. (vem/meg)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading