Sukses

Fashion

Diary Fimela: Rasa Cinta dan Kegigihan dalam Menggali Budaya Indonesia Menjadi Inspirasi Terciptanya Pithecanthropus Bali

Fimela.com, Jakarta Indonesia diperkaya dengan warisan alam dan budaya yang tidak pernah habis. Tiap-tiap jajaran daerah memiliki daya tariknya masing-masing. Salah satunya yang tengah populer di kalangan fashion adalah kain. Sebagai pecinta dan penikmat budaya Indonesia, hal ini membuat Micky Indra gigih untuk membangun jenama pakaian yang didasari oleh warisan alam nusantara. 

Batik adalah salah satu karya budaya Indonesia yang telah menjadi daya tarik banyak negara asing. Menjadi suatu kebanggaan, karya lokal mampu bersaing di pasar internasional. Namun ternyata, masih banyak karya-karya tersembunyi lainnya yang perlu digali untuk diperkenalkan ke masyarakat luas.  

Budaya tidak sekadar warisan nenek moyang yang hanya dipajang dalam sebuah sejarah, tetapi ini bagaimana kita bisa memanfaatkannya dan menikmatinya melalui sesuatu yang bisa dikenang serta diabadikan dalam kehidupan sehari-hari. Jawabannya adalah pakaian, seperti seluruh koleksi yang dikeluarkan Pithecanthropus Bali. Melihat banyaknya potensi budaya Indonesia yang masih tersembunyi, membuat Micky Indra ingin menggali, mempelajari, hingga membuktikkan bahwa betapa kayanya budaya tanah air kita. 

Rasa kecintaan dan kegigihannya dalam menggali budaya Indonesia

Parasnya kecantikan budaya Indonesia menjadi latar belakang alasan berdirinya jenama Pithecanthropus Bali. Asal mula jenama ini dibangun dengan rasa cinta dan penasaran terhadap peninggalan-peninggalan nenek moyang. Sejak tahun 1980-an Micky Indra telah berkecimpung di bidang batik, ia suka mengumpulkan batik-batik antik yang ditemukannya dari berbagai daerah. Hal ini yang membuatnya merintis jenama pakaian ready to wear dengan mengangkat warisan budaya Indonesia sebagai inspirasi.

“Sekitar tahun 1980-an muncul kecintaannya akan batik dan beliau mulai mengumpulkan bermacam-macam kain batik antik dari berbagai daerah. Hal ini yang menjadi awal mula munculnya inspirasi untuk mendirikan Pithecanthropus,” ujar Boby Eko, Brand Manager dari Pithecanthropus Bali. 

Seiring berjalannya waktu, membuat Micky Indra kian menelusuri bagian-bagian budaya Indonesia dari sisi yang bisa dipakai. Ini mencakup kain antik hingga aksesori antik, semuanya didapatkan dari berbagai daerah yang berbeda. Tak berhenti di situ, ia juga melestarikan bagian-bagian budaya Indonesia dari tempat tinggal, yakni rumah adat. Ini kemudian ia lestarikan sekaligus diubah menjadi tempat yang bermanfaat tanpa mengurangi rasa sejarahnya.

“Sejak beberapa dasawarsa, akhirnya beliau menyentuh bagian budaya Indonesia dari sisi apa yang ditinggali, yaitu preserve beberapa rumah adat. Ada yang sudah berhasil direnovasi sehingga bisa dikunjungi dan bisa dipakai untuk berbagai kegiatan,” lanjut Boby.

Dibuktikannya dengan menggelar pameran koleksi kain Sumatera Selatan pribadinya di rumah adat tersebut. Di tempat yang sama pun akan digelar kembali pameran dengan mengusung tema “Batik Pesisir” yang akan dibuka secara umum tanggal 17 Juni hingga pertengahan September 2023. 

Tak henti-henti memburu budaya dari sisi dipakai sampai ditinggali, pendiri Pithecanthropus Bali ini merambah ke budaya Indonesia dari apa yang dikonsumsi. Ia mendirikan tempat makan “Masa-Masa” di daerah Bali yang menyediakan berbagai macam hidangan peranakan dari masa lalu. 

Menciptakan karya melalui balutan pakaian

Pengambilan nama Pithecanthropus Bali merujuk pada manusia purba, yakni Pithecanthropus Erectus yang merupakan manusia tertua dari Afrika yang datang ke Pulau Jawa. Pithecanthropus Erectus merupakan manusia kera yang berjalan tegak lurus dan dikatakan sebagai kehidupan manusia yang pertama. Maka dari itu, memilih nama Pithecanthropus karena dengan adanya manusia lahirlah sebuah budaya. Lalu ditambahkan Bali karena memang jenama ini berlokasi di Bali. 

“Sesuai konsep Pithecanthropus yaitu menggali kembali kebudayaan yang ada di Indonesia, berarti ujung munculnya budaya sudah ada setua itu di wilayah Nusantara,” papar Boby.

Sesuai dengan konsep “Rediscovering Indonesian Culture”, mereka menciptakan karya dengan mengangkat warisan budaya Indonesia sebagai inspirasi. Pithecanthropus Bali sudah menghasilkan berbagai koleksi pakaian dengan style Modern Ethnic Clothing untuk untuk perempuan dan pria dewasa. Selain itu, ada juga koleksi untuk anak-anak di jenama yang terpisah, yakni Pithe Kids.

Seiring bertambahnya tahun, Pithecanthropus Bali pun kian berinovasi dengan mengeluarkan berbagai aksesori, seperti scarf, handbag, pouch, kalung, gelang, dan masih banyak lagi. Mereka juga menjual berbagai motif dan bahan kain secara meteran.

 

Banyaknya rintangan yang membuatnya terus beradaptasi

Setelah sekitar 33 tahun berdiri, tentunya banyak ups and downs yang dihadapi Micky Indra dan timnya dalam membangun Pithecanthropus Bali. Semua berawal pada awal tahun 1990, kendala dalam memilih dan melatih tim produksi untuk bisa menghasilkan karya sesuai dengan standar. Ini menjadi tantangan awal yang cukup besar dan memerlukan komitmen tinggi. 

Kemudian kesulitan mencari bahan baku yang di mana zaman dulu Indonesia masih dalam keadaan krisis ekonomi. Internet pun sempat menjadi kendala besar saat awal-awal merintis. 

“Awal tahun 1990-an internet belum menjadi sarana harian dalam memperoleh informasi, promosi dan tempat untuk berjualan, tidak seperti sekarang dimana internet sudah menjadi jaringan global. Saat itu masih memakai sarana analog seperti buku dan majalah yang jumlahnya terbatas, serta harus dibeli untuk memperolehnya, sehingga tidak semua masyarakat dapat melihat iklan yang kami tayangkan" tutup Boby. 

Sampai pada akhirnya presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono mencetuskan Hari Batik, sehingga peminat batik pun semakin membludak. Membuat Pithecanthropus Bali kian menyesuaikan diri dengan meningkatkan pelayanannya. 

Namun semua kendala dan rintangan tersebut, membuatnya terus belajar hingga telah mencapai kesuksesan saat ini. Dikenal banyak oleh masyarakat luas dan berhasil membawa budaya tanah air ke segala kalangan. Sejak April 2022 mereka memiliki toko pusat di lokasi yang sama dengan tempat makan yang dikelola Micky Indra “Masa-Masa” di daerah Gianyar, Bali.

 

*Penulis: Balqis Dhia.

 

#Breaking Boundaries

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading