Sukses

FimelaMom

Bagaimana Cara Membantu Balita Mengekspresikan Kemarahan dengan Cara yang Lebih Sehat

ringkasan

  • Kemarahan adalah emosi alami balita yang sering muncul karena keterbatasan komunikasi dan kontrol diri, sehingga membutuhkan bimbingan orang tua.
  • Orang tua berperan penting sebagai teladan ketenangan, mengajarkan literasi emosional, dan menyediakan teknik menenangkan diri yang sehat untuk balita.
  • Penerapan batasan konsisten, konsekuensi jelas, serta rutinitas harian dapat mencegah tantrum dan membantu balita mengekspresikan kemarahan secara konstruktif.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, kemarahan adalah emosi alami yang dialami oleh setiap individu, termasuk balita. Tantrum, atau ledakan emosi yang kuat, merupakan bagian yang lumrah dari fase perkembangan balita.

Fenomena ini seringkali muncul karena balita belum memiliki kemampuan komunikasi yang memadai atau keterampilan sosial untuk mengungkapkan perasaan serta kebutuhan mereka. Pada usia sekitar dua tahun, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk menyatakan ide dan keinginan pribadi.

Namun, mereka belum memiliki kesabaran, pemahaman tentang menunggu, atau kemampuan mengendalikan emosi. Akibatnya, mereka cenderung bertindak reaktif ketika keinginan tidak terpenuhi atau kebutuhan tidak tercukupi, yang bisa bermanifestasi sebagai tangisan, melempar barang, berteriak, atau bahkan memukul.

Memahami Emosi Balita dan Peran Penting Orang Tua

Kemarahan pada balita adalah emosi yang wajar, bukan sesuatu yang "buruk". Penting bagi kita sebagai orang tua untuk mengajarkan anak bahwa kemarahan adalah bagian dari spektrum emosi manusia. Orang tua harus menunjukkan bahwa mereka nyaman dengan kemarahan anak, tanpa meremehkan atau berusaha menenangkan mereka secara instan dari perasaan tersebut.

Salah satu cara terbaik untuk membantu balita mengelola emosinya adalah dengan menjadi teladan ketenangan. Anak-anak belajar bagaimana merespons situasi stres dengan mengamati orang dewasa di sekitar mereka. Jika orang tua tetap tenang saat anak marah, hal itu membantu anak merasa lebih aman dan tidak terlalu kehilangan kendali.

Ketika balita marah, mereka membutuhkan co-regulasi dari orang tua. Ini berarti orang tua perlu tetap tenang dan menawarkan kenyamanan fisik, seperti memeluk atau memegang tangan. Sistem saraf orang tua yang lebih tenang akan membantu tubuh kecil anak mengatur emosi besar yang sedang mereka rasakan.

Mengajarkan Literasi Emosional dan Teknik Menenangkan Diri

Membantu anak belajar kata-kata untuk emosi mereka adalah langkah krusial dalam mengembangkan literasi emosional. Ketika anak dapat mengenali dan menjelaskan perasaannya, mereka bisa menggunakan kata-kata untuk menyampaikan frustrasi alih-alih perilaku marah. Misalnya, saat anak frustrasi, katakan, "Kamu marah karena harus berbagi mainan."

Membaca buku bergambar adalah cara efektif untuk memperkenalkan berbagai cara merespons perasaan. Pilihlah buku yang karakternya menghadapi perjuangan dan menyelesaikan masalah emosional. Ini membantu anak memahami bahwa orang lain juga merasakan hal yang sama dan ada solusi untuk setiap masalah.

Ajarkan anak-anak cara menenangkan diri, seperti mengambil napas dalam-dalam bersama. Orang tua dapat menyarankan berbagai aktivitas fisik seperti berlari atau melompat, beristirahat, mencoret-coret, atau melukis gambar yang menggambarkan kemarahan mereka. Sediakan juga ruang tenang, seperti "sudut menenangkan diri" dengan selimut lembut, buku, atau boneka favorit, tempat anak bisa "mendinginkan diri" saat marah.

Penting untuk mengajarkan balita menggunakan kata-kata, bukan perilaku agresif. Berulang kali katakan, "Tidak apa-apa untuk marah, tapi kita tidak boleh menyakiti siapa pun." Beberapa cara cepat dan aman untuk membantu anak mengekspresikan kemarahan termasuk merobek kertas, memencet bubble wrap, meremas playdough, melompat di trampolin, atau melakukan push-up dinding.

Batasan, Konsekuensi, dan Pencegahan Tantrum

Menetapkan batasan yang jelas, sederhana, dan konsisten sangat penting. Jangan menyerah pada tuntutan anak hanya untuk menghentikan tantrum, karena ini akan mengajarkan mereka bahwa kemarahan dapat menghasilkan apa yang mereka inginkan. Tetaplah teguh namun lembut, ini mengajarkan bahwa mengekspresikan kemarahan tidak selalu berarti mendapatkan keinginan.

Ketika anak berperilaku buruk, berikan konsekuensi yang konsisten disertai penjelasan. Ini membantu anak belajar bahwa ada hubungan langsung antara perilaku mereka dan respons yang diterima. Konsistensi dalam penerapan aturan akan membangun pemahaman yang kuat tentang batasan.

Untuk mencegah tantrum, pertahankan rutinitas harian sebanyak mungkin. Rutinitas memberikan rasa aman dan prediktabilitas bagi balita. Antisipasi dan persiapkan perubahan dalam rutinitas atau lingkungan balita, seperti memberitahu mereka terlebih dahulu tentang rencana perjalanan atau perubahan jadwal.

Berikan balita pilihan untuk membantu mereka memiliki rasa kendali atas beberapa keputusan, seperti memilih baju atau camilan. Gunakan pengatur waktu untuk aktivitas seperti bergantian mainan, waktu tenang, atau saat harus pergi. Ini membantu mereka memahami konsep waktu dan transisi dengan lebih baik.

Kapan Mencari Bantuan Profesional?

Sahabat Fimela, meskipun tantrum adalah hal normal, ada saatnya Anda perlu mempertimbangkan untuk mencari bantuan profesional. Konsultasikan dengan dokter anak jika balita Anda secara teratur mengalami beberapa ledakan kemarahan per hari.

Anda juga perlu mencari bantuan jika tantrum balita Anda secara teratur berlangsung sangat lama, meskipun Anda sudah berusaha mengelola perilaku tersebut. Kekhawatiran bahwa mereka akan melukai diri sendiri atau orang lain selama tantrum juga merupakan indikasi untuk mencari saran medis.

Mencari bantuan profesional dan intervensi dini dapat membantu anak Anda mengelola kemarahan dengan lebih baik seiring waktu. Ini adalah langkah proaktif yang menunjukkan kepedulian Anda terhadap kesejahteraan emosional si kecil.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading