Sukses

Health

Mengenal Imunoterapi Sebagai Harapan Baru untuk Penyembuhan Kanker Paru

Fimela.com, Jakarta Kanker paru adalah kanker yang berasal dari paru-paru yang paling sering terjadi pada perokok. Berdasarkan data dari GLOBALCON 2020, kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia dengan 30.843 kasus yaitu setara dengan 84 orang meninggal dan 95 terdiagnosa setiap harinya. 90% kasus kanker paru ditemukan pada pria dan 80% pada perempuan yang memiliki riwayat merokok.

Melihat banyaknya kasus yang terjadi, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bersama Merck Sharp & Dohme (MSD) selaku perusahaan farmasi multinasional mengadakan webinar bertemakan “Mengenal Imunoterapi Sebagai Harapan Baru Bagi Pasien Kanker Paru” pada Selasa (30/08/22). Webinar ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat akan kanker paru. 

Mengenal Kanker Paru Bersama para Narasumber

DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-HOM sebagai salah satu narasumber pada webinar menjelaskan kanker paru tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia, namun juga remaja atau anak muda. Selain itu, ada banyak faktor yang menjadi penyebab seseorang terkena kanker paru seperti perokok aktif dan pasif, riwayat kanker pada keluarga, infeksi HIV, dan faktor lainnya dengan risiko terbesar dimiliki oleh perokok aktif.

Berdasarkan studi yang dilakukan pada 2019 menunjukkan hasil bahwa electronic cigarettes (vape) yang mengandung nikotin dapat menjadi penyebab terjadinya kanker paru. 

Apa Gejala Kanker Paru-Paru

Untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat sebagai dasar pengobatan kanker paru, periksa diri sedini mungkin untuk mendeteksi kanker paru pada tubuh.

“Gejala pada kanker paru seringkali tidak tampak pada stadium awal, ini berakibat di mana data saat ini menunjukkan bahwa 60% pasien kanker paru datang dalam stadium lanjut, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC. Dengan demikian penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang faktor, risiko, gejala, dan perawatan yang tersedia termasuk perawatan inovatif terkini sebagai harapan baru bagi pengobatan kanker paru.” Jelas Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP.

Adapun gejala awal kanker paru yaitu:

  • Batuk terus-menerus
  • Nyeri dada yang buruk
  • Suara serak atau sesak napas
  • Penurunan berat badan dan kehilangan nafsu makan
  • Batuk darah atau dahak berwarna coklat kemerahan
  • Infeksi persisten, seperti bronkitis dan pneumonia
  • Bunyi mengi saat bernapas

Lalu gejala lanjutan yang meliputi:

  • Nyeri tulang (terutama di punggung atau pinggul)
  • Penyakit kuning
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Perubahan neurologis misalnya sakit kepala, masalah keseimbangan, kejang, atau mati rasa pada tangan dan kaki

Imunoterapi Sebagai Harapan Baru Penyembuhan Kanker Paru

“Rata-rata pasien datang sudah dalam keadaan buruk karena sudah stadium lanjut,” jelas DR. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-HOM dalam webinar.

Walaupun demikian, kanker paru dapat disembuhkan bila terdeteksi pada stadium awal. Dengan berkembangnya sains pengobatan, kemoterapi bukan lagi satu-satunya pilihan terapi untuk pasien kanker paru, imunoterapi dapat menjadi pilihan lainnya.

Imunoterapi memiliki perbedaan cara kerja dengan kemoterapi. Pengobatan kanker dengan kemoterapi dapat memberi efek samping seperti menghentikan laju sel-sel sehat, rambut rontok, melemahnya memori, dan efek samping lainnya. Namun imunoterapi tidak memiliki efek samping yang menjadi keunggulannya. 

Dengan deteksi cepat dan pengobatan tepat, harapan hidup pasien kanker paru bisa bertambah 5 tahun lebih lama. Menurut Prof. Aru Sudoyo, imunoterapi telah tersedia di rumah sakit yang melayani pengobatan kanker. Namun, tidak semua jenis kanker paru dapat diterapi dengan imunoterapi. Pasien perlu berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan terbaik sesuai kondisi masing-masing pasien.

Apakah Covid 19 Dapat Meningkatkan Risiko Kanker Paru?

Covid 19 adalah infeksi virus yang sifatnya akut dan mematikan. Hingga saat ini belum ada laporan apakah Covid 19 meningkatkan risiko kanker paru. Tapi, menurut dr. Andhika Rachman hal tersebut bisa saja terjadi, namun hingga kini belum ada laporannya.

 

Gaya Hidup untuk Mengurangi Risiko Kanker Paru

Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi sedikit atau banyak batang rokok dalam sehari memiliki risiko yang sama untuk terkena kanker paru. Maka dari itu, tidak merokok sama sekali adalah cara utama untuk menurunkan risiko.

Selain itu, hidup sehat seperti rajin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, mengurangi karbohidrat dan gula, dan mengelola stres dapat membantu menurunkan risiko kanker paru.

“Kanker dapat disembuhkan bila ditemukan dalam stadium dini dan diobati dengan cepat dan tepat,”  tutupnya. 

Penulis : Mufiidaanaiilaa Alifah S.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading