Sukses

Info

Indonesia Ditunjuk Jadi Negara Penerima Teknologi Vaksin mRNA dari WHO

Fimela.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperluas transfer teknologi vaksin mRNA ke 15 negara, salah satunya Indonesia. Perluasan transfer vaksin ini dilakukan untuk menanggulangi penyakit yang berpotensi menjadi epidemi hingga pandemi, vaksin mRNA di Indonesia dipegang oleh PT Bio Farma Tbk. 

Dilansir dari Liputan6.com Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan perluasan teknologi vaksin mRNA ini ditandai dengan didirikannya MRNA technology transfer Hub di Afrika Selatan, kemudian perluasan teknologi ini sudah mulai dijalankan ke 15 negara penerima dengan fokus dapat diperluas untuk teknologi lain di masa depan.

“Kemudian membangun inisiatif pelatihan tenaga kerja biomanufaktur di Republik Korea (Korea Selatan). Sementara ini, fokus awal adalah teknologi mRNA, nanti dapat diperluas ke teknologi lainnya di masa depan.” kata Tedros. 

Selain itu, WHO juga melakukan kerja sama dengan regulatory agencies atau perwakilan suatu negara sebagai otoritas yang berwenang. Kerja sama ini dilakukan untuk memperkuat kapasitas dalam memutuskan dan memberikan kualifikasi kelayakan sebuah vaksin atau produk biologis lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasokan regional dan global. 

Keinginan WHO untuk memperluas transfer teknologi mRNA juga sejalan dengan  fokus agenda Presidensi G20 Indonesia dalam ‘3rd Health Working Group’ yang ingin memperluas dan mengembangkan kapasitas pusat riset di seluruh negara. Tujuannya sebagai siaga untuk menghadapi pandemi yang mungkin terjadi di masa depan. WHO berharap negara anggota G20 dapat berpartisipasi dalam kesepakatan untuk memperluas kapasitas pusat riset dan manufaktur. 

“Saya berterima kasih kepada Indonesia atas kepemimpinannya selama Presidensi G20 dan semua negara anggota G20 atas dukungannya yang murah hati. Hanya dengan bekerja sama dalam solidaritas, kita dapat mengendalikan pandemi dan mendorong pemulihan yang benar-benar inklusif dan berkelanjutan,” ucap Tedros dilansir dari Liputan6.com.

Negara Penerima Vaksin mRNA

Dari data WHO, terdapat 15 negara yang menerima teknologi mRNA dari pusat transfer WHO. Masing-masing dari negara tersebut memiliki perusahaan atau industri yang bertanggung jawab sebagai penerima dan pemasok vaksin mRNA.

Adapun 15 negara tersebut, antara lain:

  1. Argentina diwakilkan oleh perusahaan Sinergium Biotech
  2. Brasil diwakilkan oleh perusahaan Bio-ManguinhosMesir: BioGeneric Pharma S.A.E
  3. Kenya diwakilkan oleh perusahaan badan hukum yang bekerja sama dengan Aga Khan Development Network (AKDN)
  4. Nigeria diwakilkan oleh perusahaan Biovaccines
  5. Nigeria diwakilkan oleh perusahaan Limited
  6. Senegal diwakilkan oleh perusahaan Institut Pasteur de Dakar 
  7. Tunisia diwakilkan oleh perusahaan Institut Pasteur de Tunis
  8. Bangladesh diwakilkan oleh perusahaan Incepta Vaccine Ltd
  9. Indonesia diwakilkan oleh perusahaan Bio Farma 
  10. India diwakilkan oleh perusahaan Biological E (Bio E)
  11. Pakistan diwakilkan oleh perusahaan National Institute of Health 
  12. Serbia diwakilkan oleh perusahaan Institut Torlak 
  13. Afrika Selatan diwakilkan oleh perusahaan Biovac 
  14. Ukraina diwakilkan oleh perusahaan Darnitsa
  15. Vietnam diwakilkan oleh perusahaan Polyvac

Tedros mengatakan bahwa WHO berkomitmen untuk mendukung peningkatan produksi lokal, salah satunya dengan mendirikan mRNA technology transfer hub di Afrika Selatan. Kegiatan ini merupakan salah satu kemujuan yang bisa dilakukan, ditambah dengan adanya kerja sama yang dilakukan oleh WHO dan 15 negara sebagai penerima teknologi vaksin mRNA.

“Kami tetap berkomitmen penuh untuk membangun WHO yang lebih akuntabel,” ucap Tedros dalam pertemuan 72nd Session of the Regional Committee for Africa 2022.

Siaga Hadapi Situasi Darurat Kesehatan

Belajar dari pandemi Covid-19 yang hampir berlangsung selama 3 tahun, perlu dilakukan persiapan untuk menghadapi situasi darurat kesehatan yang bisa saja terjadi di masa depan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan mempersiapkan akses vaksin dan manufaktur, termasuk terapeutik dan alat diagnosis untuk menangani masalah darurat kesehatan. 

Saat awal pandemi Covid-19, banyak negara terutama yang memiliki penghasilan menengah mengalami kesulitan, ditambah mereka harus bersaing dengan negara menengah ke atas untuk mendapatkan kebutuhan obat-obatan dan alat kesehatan lainnya. Selain itu, pandemi ini juga membuat negara pemasok obat-obat terpaksa melakukan lockdown sehingga negara lain kesusahan untuk mendapatkan pasokan vaksin dan obat-obatan. 

Melihat itu, Tedros mengatakan bahwa kehadiran pandemi Covid-19 menyadarkan untuk membangun kembali pertahanan dunia terhadap keadaan darurat kesehatan. Hadirnya pandemi juga menciptakan ketidakadilan di dalam maupun antar negara lain karena banyak masyarakat yang tidak percaya pada pemerintah dan lembaga untuk menangani atau merespon pandemi ini. 

“Negara juga tidak siap dalam situasi keadaan darurat kesehatan skala besar, kurangnya kesetaraan, dan kurangnya berbagi vaksin, terapeutik, alat diagnostik sangat menghambat respons global.” tambah Tedros. 

Oleh karena itu, WHO dan mitra melakukan kerja sama dengan 15 negara untuk memperluas kapasitas negara yang memiliki penghasilan dan rendah untuk memproduksi sendiri vaksin, alat terapi dan diagnosis untuk Covid-19 dan penyakit lain yang berpotensi sebagai endemi dan pandemi baru. 

 

Penulis: Angela Marici Dessi

#Women for Women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading