Sukses

Lifestyle

Apa yang Salah dengan Status Lajang?

Next

“Nggak lah. Jomblo itu spesial! Kita perempuan berkualitas dan istimewa, itu yang bikin laki-laki segan dekat-dekat. Santai aja. Biasanya habisin waktu di luar kegiatan kampus ya dengan kumpul bareng teman. Kalau benar-benar sendirian biasanya browsing, chatting, intinya tetap komunikasi. Banyak teman menguntungkan, jalin relasi itu penting. Ujungnya ya sekarang ini, bisa magang jadi public relation perusahaan iklan di sela-sela kuliah." -Metta, 20 tahun-

“Jomblo itu asyik, lho! Saat-saat mahal yang paling dikangenin banyak pasangan. Kita bisa total berkarya ya waktu lajang. Rugi kalau ada yang buru-buru pengin lepas masa lajang. Aku banyak habisin waktuku di panti. Kebetulan aku aktif di kegiatan sosial, di sana aku lebih bisa berkembang dan merasa berguna ketimbang bingung cari pendamping."  -Yossi, 29 tahun- 

Seorang teman asal Jepang sampai malah berusaha mati-matian ke Spanyol untuk mencari laki-laki impiannya. Walaupun sampai sekarang keinginannya belum terwujud, dia sama sekali nggak menyerah. Sesekali dia juga berkeliling dunia, salah satu tujuannya jelas, sambil cari “kenalan baru”. Nggak semata cari pasangan, dia bisa seperti itu bukan karena iseng, tapi karena prestasinya. Kesungguhannya mengejar impian menemukan pendamping itu jadi motivasi, pengaruh positif untuk kehidupannya sendiri.

Next

“Nggak ada yang salah dengan status. Antara pilihan dan takdir sih. Tapi buat aku lajang itu seru. Kalau kelamaan ya jadi nggak seru lagi memang, ada yang hampa. Sampai sekarang sih 50:50 ya, ada saatnya happy, tapi nggak jarang juga bingung mau apa. Kalau lagi sendirian paling pilih lembur kerjaan yang banyak tertunda. Positifnya aku jadi lebih menghargai laki-laki dan banyak kasih advice buat teman-teman yang kadang jenuh sama hubungan mereka.” -Emira, 25 tahun-

“Nggak. Justru aku bisa menekuni bisnis iseng-isengan karena aku single. Dari isi waktu luang, sampai aku menemukan passion di aksesori batik ini bagiku anugerah banget. Anugerah jomblo! Sekarang bisnisku bukan lagi untuk isi waktu, tapi karena aku suka. Kesempatan ini nggak datang dua kali, kalau laki-laki biarin aja datang sendiri.” -Ita, 24 tahun-

Teman saya yang lainnya sibuk mantengin social media untuk berkenalan dan kencan demi menemukan the one-nya. Justru dari situ dia bisa share pengalamannya mencari laki-laki, dari yang ditipu sampai tak diacuhkan. Sepertinya sangat simple, tapi cerita-ceritanya masih terus saya ingat dan bisa saya bagikan ke orang lain, salah satunya lewat tulisan.

“Lajang bukan masanya susah dan galau, tapi masa di mana kita belajar jadi pribadi yang utuh dan mandiri. Banyak remaja, bahkan saya sendiri ketika remaja, sibuk cari gebetan. Tapi seiring bertambahnya usia saya makin sadar bahwa lajang adalah masa berharga sekaligus menyenangkan. Kita bisa 'mengisi' diri sendiri sebelum 'diisi' dan 'mengisi' hidup pasangan kita nantinya. Bagaimana bisa saling mengisi kalau kita tidak mengisi diri kita lebih dulu?” ujar Joana, Fimelova yang sedang menempuh program master Jurusan Developmental and Educational Psychology di Institute of Education University of London. “Buat kalian yang masih lajang, nikmati saja masa lajang untuk wujudin pribadi utuh. Kembangkan talenta, travelling sepuasnya, experience different cultures selama masih bebas. Menyenangkan!” tutupnya.

Yakin, banyak banget cara menikmati kesendirian. Jangan kamu kira saat-saat sendiri adalah saat paling nggak berguna dalam hidupmu. Justru dengan all out menunjukkan kualitas diri, kamu bisa eksis dan sadar kalau kamu punya dunia yang asyik. Setuju?

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading