Sukses

Lifestyle

Cinta Tak Bersyarat Bisa Tercipta dari Kesederhanaan

Apakah ada sosok pahlawan yang begitu berarti dalam hidupmu? Atau mungkin kamu adalah pahlawan itu sendiri? Sosok pahlawan sering digambarkan sebagai seseorang yang rela berkorban. Mendahulukan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Seperti kisah sahabat Vemale yang diikutsertakan dalam Lomba Kisah Pahlawan dalam Hidupmu ini. Seorang pahlawan bisa berasal dari siapa saja yang membuat pengorbanan besar dalam hidupnya.

***

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, arti kata pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; atau  pejuang yang gagah berani. Jauh dari arti tersebut, buatku sosok pahlawan adalah kedua orangtuaku. Mereka mungkin bukanlah orang yang begitu menonjol dan berkorban demi orang banyak, dan mereka mungkin bukanlah sosok pejuang yang gagah berani, tapi mereka berarti segalanya bagiku. Merekalah alasan aku bisa menjadi seperti diriku yang sekarang, tangguh namun juga lemah lembut, tak terkalahkan namun punya sifat mengalah. Ya, ayah dan ibuku lah pahlawanku.

AYAHKU
Ayahku atau kami berlima biasa memanggilnya “Papah” atau “Babe” walaupun tidak ada sedikit pun darah betawi yang mengalir di tubuh kami. Ayahku adalah keturunan suku dayak asli yang tinggal di Pulau Kalimantan. Beliau adalah sosok seorang ayah yang keras namun juga berhati lembut dan baik hati yang mengajarkan kami bukan dengan nasihat atau kata-kata tapi melalui tindakan dan perbuatan nyata. Ada sebuah kalimat yang dengan tepat menggambarkan ayahku. Seorang ayah selalu mengorbankan apa yang ia inginkan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, itulah yang selama ini dilakukan ayahku.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/hai phung

Terlahir dari keluarga miskin di pertengahan tahun 70an, ayahku merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, ibunya yaitu nenekku meninggal sesaat setelah melahirkannya. Tidak lama kemudian kakekku menikah lagi sehingga ayahku kemudian memiliki banyak saudara tiri. Di masa remajanya ayahku bercerita bahwa keinginan terbesar beliau dan saudara-saudaranya adalah menempuh pendidikan sampai jenjang tertinggi di masa itu, walaupun dengan keterbatasan biaya mereka tetap berusaha supaya bisa mengenyam pendidikan. Beruntungnya ayahku, dengan modal tekad dan otak cerdasnya, beliau bisa mendapatkan beasiswa untuk menempuh pendidikan keperawatan yang sampai saat ini menjadi profesinya. Sementara itu, saudara-saudara ayahku yang lain pun mampu menempuh pendidikan dan menjadi orang yang cukup berhasil dan sukses.

Demi melanjutkan mimpi ayahku untuk melihat kami anak-anaknya berhasil menempuh pendidikan tinggi, bahkan setinggi-tingginya, beliau menyekolahkan kami anak-anaknya di sekolah-sekolah swasta terbaik, bahkan ketika kami kuliah pun kami dikuliahkan di luar Pulau Jawa, karena ayahku berpendapat kampus-kampus terbaik ada di sana dan menurut beliau, ketika kami tinggal di tempat yang jauh dari rumah, maka di situlah kami ditempa dan dibentuk agar tahan uji dan menjadi manusia sukses dan tangguh. Menyekolahkan kami berlima jauh dari rumah bukanlah perkara yang mudah bagi beliau.

Tak jarang, kami perlu uang untuk keperluan kuliah dalam waktu yang bersamaan, saat kami menelpon Papah dan mengatakan keperluan-keperluan kami, beliau selalu menjawab, “Papah sudah siapkan uangnya, jangan khawatir, kalian tak usah pikirkan dananya, tugas kalian adalah belajar." Padahal kenyataannya adalah, untuk mendapatkan uang itu, beliau harus berkorban, dan berusaha sana-sini. Uang hasil pekerjaannya mengobati orang di kampung tentu saja tak cukup , sehingga beliau harus punya usaha sampingan demi menyekolahkan kami, beternak dan menjual hasil hutan pun tak jarang dilakukan beliau bersama ibuku.

Ayahku juga selalu mengajarkan kami untuk berbuat baik kepada semua orang, memberikan tumpangan bagi orang yang membutuhkan, memberikan makanan untuk orang yang lapar, ramah kepada orang tua dan ajaran-ajaran lain yang tak diajarkannya lewat berbagai nasihat tapi dengan tindakan nyata seperti yang selalu dilakukannya. Beliau sangat percaya bahwa hukum tabur tuai itu berlaku, saat beliau menabur kebaikan suatu saat pasti akan menuai kebaikan pula, dan harapan Papah kebaikan yang dilakukannya akan kami anak-anaknya tuai sebagai kebaikan pula.

IBUKU
Ibuku atau biasa kami panggil Mamah. Kehidupan masa kecil ibuku tak jauh berbeda dari ayahku, beliau pun  terlahir dalam keluarga miskin. Beruntungnya ibuku, waktu kecil beliau diadopsi oleh “kakekku” yang pada saat itu berprofesi sebagai guru, sehingga ibuku cukup merasakan kehidupan yang nyaman dan berkecukupan. Kendati demikian, masa remaja dan masa sekolahnya pun penuh dengan perjuangan, karena harus tinggal dan menumpang di rumah orang lain demi melanjutkan pendidikan. Namun beliau mengatakan dari situlah ibuku banyak belajar, dan oleh karena itulah beliau mampu menyelesaikan pendidikannya.

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/kyle sudu

Ibuku telah mengajariku banyak hal, sosoknya yang selalu sabar dan penuh kasih dalam mendampingi ayahku. Ibu yang selalu memikirkan kami dimanapun kami berada, bahkan ketika kami semua sudah berkeluarga, beliau selalu mengutamakan kami anak-anaknya. Dulu pernah saat kami berlima harus kembali ke Pulau Jawa ketika liburan semester kami berakhir, semalaman penuh beliau tidak tidur karena sedih harus berpisah dengan anak-anaknya.

Ah ibu, seandainya saja beliau adalah sosok yang egois, bisa saja kami tidak disekolahkan jauh-jauh di Pulau Jawa supaya kami selalu dekat dengannya, tetapi beliau bukanlah orang yang seperti itu. Beliau mengorbankan perasaaannya demi melihat kami berhasil, beliau berkorban apa saja demi melihat kami bahagia. Ibu, sungguh tak mampu kami membalas apa yang sudah kau lakukan demi kami anak-anakmu.

Terima kasih Mamah Papah, terima kasih ayahku dan ibuku. Terima kasih untuk cinta yang tak bersyarat, cinta yang tak terbatas, cinta yang selalu penuh untuk kami anak-anakmu.

Terima kasih untuk pengorbananmu bagi kami semua. Kalian mungkin bukanlah sosok orangtua yang sempurna, tapi kalian adalah orangtua yang terbaik yang kami miliki. Manusia memang tidak bisa memilih untuk dilahirkan dalam keluarga manapun, tapi jika boleh memilih kami tetap selalu ingin dan tetap selalu akan menjadi anak-anakmu.

Semoga Tuhan memberkati kalian berdua dengan kesehatan dan umur panjang supaya kami anak-anakmu bisa membalas pengorbanan kalian. Terima kasih pahlawanku, terima kasih ayah ibuku.







(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading