Sukses

Lifestyle

Orang yang Paling Tulus pun akan Pergi jika Tak Dihargai Lagi

Fimela.com, Jakarta Setiap orang punya kisah cinta yang unik. Ada yang penuh warna-warni bahagia tapi ada juga yang diselimuti duka. Bahkan ada yang memberi pelajaran berharga dalam hidup dan menciptakan perubahan besar. Setiap kisah cinta selalu menjadi bagan yang tak terlupakan dari kehidupan seseorang. Seperti kisah Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba My Love Life Matters ini.

***

Oleh: GeminiGirl - Kupang

Cinta. Satu kata sederhana yang mampu membolak-balikan perasaan. Satu kata yang mampu mengubah nilai dan prinsip hidup bahkan kehidupan orang itu sendiri. Kira-kira begitulah definisinya.

Aku mengenalnya saat masa orientasi ketika menjadi MABA di kampus. First impression-ku kepadanya tidak bagus sebab menurutku, dia adalah laki-laki yang begitu cerewet. Bagiku, laki-laki yang cerewet itu sangat mengganggu. Bukan tanpa alasan aku menilainya seperti itu, aku sendiri lebih menyukai laki-laki yang kalem karena buatku mereka memiliki daya tarik sendiri. Tidak ada rasa suka sedikit pun yang timbul dari dalam hatiku untuknya, sebab aku bukanlah perempuan yang mudah jatuh cinta karena tampang ataupun materi. Bagiku yang penting dalam menjalin hubungan adalah kepribadian dari pasanganku sendiri.

Lagipula, aku memang jarang jatuh cinta lebih dulu pada laki-laki. Menurutku, perlakuan baik mereka, perhatian mereka, hanyalah sebagai bentuk ungkapan kasih sayang seorang teman kepada temannya yang lain. Aku tidak suka menyimpulkan seseorang menyukaiku, sampai orang itu mengakui lalu berjuang merebut hatiku. Karena bagiku hidup memang pilihan, dan setiap pilihan ada perjuangannya sendiri.

Singkat cerita, kami karena berada dalam satu kelompok yang sama selama masa orientasi, kami akhirnya berkomunikasi dan semakin lama semakin intens. Dia adalah orang yang terbuka dan tidak begitu neko-neko, karena dia langsung mengutarakan maksudnya untuk mengenalku lebih jauh dan jika aku bersedia dia ingin aku menjadi pacarnya. Aku tidak langsung menjawab iya. Aku mengajaknya untuk saling mengenal dulu, sampai kami berdua merasa bisa menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Kami saling mengenal kelebihan dan kekurangan masing-masing selama kurang lebih dua tahun, lalu kami mantap memutuskan untuk berpacaran. Dan ini artinya kami berpacaran untuk jenjang yang lebih serius karena bagiku berpacaran bukanlah ajang untuk saling mengenal tapi ajang untuk saling mempersiapkan bila kelak nantinya akan hidup bersama sebagai suami dan istri.

Masa kuliah menjadi masa yang penuh warna, karena aku akhirnya seperti menemukan prototipe-ku. Orang yang benar-benar memahamiku dan selalu berusaha membahagiakanku. Di mata teman-temanku aku adalah perempuan paling beruntung karena pasanganku begitu mencintaiku dengan tulus. Aku terlena dengan pujian-pujian tersebut, hingga akhirnya pujian-pujian tersebut memupuk kesombongan dalam diriku. Dimulai dari kehausan untuk dipuji lebih lagi, aku mulai tidak menghargainya di depan orang lain. Tujuannya hanya biar mereka melihat bahwa sekalipun aku semena-mena dia tetap mencintaiku dengan tulus.

Akibat Kesombonganku

Aku lupa bahwa orang yang paling tulus sekalipun akan pergi ketika ia tidak lagi dihargai. Hingga akhirnya suatu waktu, dia ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan lain. Dan hal itu aku tahu ketika kami sedang sibuk menyelesaikan skripsi dan tugas akhir. Betapa kagetnya aku, karena tidak pernah menyangka sebelumnya dia akan seperti ini. Bagiku, berselingkuh adalah jalan yang paling tidak mungkin dia lakukan mengingat begitu besar rasa cintanya untuk aku. Tapi ternyata aku salah besar.

Aku tersadar bahwa kesombonganku telah menuai hasilnya. Aku ketakutan. Aku kehilangan arah. Aku mengemis kepadanya untuk kembali ada di tempat yang paling indah di hidupku. Ia menolaknya. Lalu tiba-tiba duniaku yang terlihat indah berubah menjadi sangat kelam karena kepergiannya. Aku menunda skripsiku sampai satu semester karena rasa sakit yang begitu hebat menghujam seluruh jengkal kehidupanku.

Sampai akhirnya aku mengerti. Hidup tidak selalu memberikan apa yang kita mau. Selalu ada konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Apa pun yang diberikan kepada kita sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menjaga lalu merawatnya. Perihal dia akan menjadi milik kita selamanya ataupun hanya sekadar singgah untuk memberikan pelajaran dalam hidup kita tidak begitu penting. Karena yang terpenting adalah bagaimana bentuk tanggung jawab kita terhadap apa yang telah dipercayakan kepada kita. Memang selalu ada kekecewaan ketika apa yang kita rawat dengan baik pergi meninggalkan kita. Tapi kekecewaan karena kita sudah bertanggung jawab dan ketika kita tidak bertanggung jawab pahitnya berbeda.

Darinya aku belajar, bahkan daun yang jatuh pun, jatuh untuk memberikan kesempatan bagi kita untuk belajar. Memberikan kita ruang untuk memetik nilai-nilai kehidupan. Setiap orang berkesempatan yang sama, tapi tidak semua memanfaatkan kesempatan yang ada dengan baik. Aku kemudian bangkit, lalu jatuh cinta lagi. Tidak ada alasan bagiku membenci cinta karena semuanya itu bukan salahnya.

Bukan cinta yang salah, cara pandang kita, cara kita memperlakukannya itulah yang perlu diperbaharui. Aku tidak takut lagi menyambut cinta yang baru, karena kutahu setiap kepergian menyisakan pesan selebihnya menyisakan cerita dan kenangan untuk kita bagi di masa depan, atau untuk sekadar dikenang sebagai pemanis hidup.

#GrowFearless with FIMELA

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading