Sukses

Lifestyle

Bangkit dari Keterpurukan, Menjadi Ibu Rumah Tangga Memberiku Harapan Baru

Fimela.com, Jakarta Kita bisa bersinar melalui setiap pilihan hidup yang kita buat dalam hidup. Baik dalam hal pendidikan, karier atau pekerjaan, dan pilihan soal impian serta cita-cita. Setiap perempuan bisa menjadi sosok tangguh melalui setiap pilihan hidup yang diambil. Seperti dalam tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Oktober 2020: Menjadi Lady Boss Versimu ini.

***

Oleh:  Mia Yusnita

Bangkit dari keterpurukan, memilih menjadi ibu rumah tangga memberi harapan baru karena setiap manusia punya jalan ceritanya sendiri. Seandainya dulu aku kuliah di kampus ternama, lalu lulus dengan nilai cum laude, dan dengan berjuta keberuntungan menaungi kehidupanku, mungkin saat ini aku telah bekerja di perusahaan yang mentereng dan bonafide di kota besar. Dan dengan santainya tinggal menerima gaji berjuta-juta, kemudian hidup bahagia karena serba tercukupi.

Ternyata tidak seperti itu cerita hidup yang kulalui. Semakin bertemu banyak orang. Semakin menjadi pengepul cerita. Akhirnya sadar bahwa hidupku lebih banyak yang layak disyukuri. Tidak semua yang lulus dari kampus ternama setelahnya menerima akhir yang manis.

Lepas dari kuliah aku mencoba peruntungan, pergi ke ibu kota, magang di perusahaan multinasional selama 6 bulan. Dan ternyata keputusanku ini berbuah manis, dari pengalaman magangku ini aku gunakan untuk melamar di perusahaan dari Jerman, tanpa harus melewati tes dan interview. Hari pertama aku dipanggil ke kantor langsung perkenalan dan mulai training kerja selama seminggu.

Lingkungan kerja yang menyenangkan, kawan-kawan dan atasan yang selalu support, kekompakan antar divisi membuat semakin betah bekerja, entah memang dibuat seperti itu atau memang orang-orang di sana semenyenangkan itu, aku tidak tahu yang jelas aku sangat menikmatinya. Kerja lebih bersemangat dan tentu saja menjadi lebih produktif.

Resign dari Perusahaan

Seiring berjalannya waktu, bertambahnya umur dan keinginan untuk berumah tangga. Kuputuskan harus segera keluar dari zona nyaman, mencoba peruntungan menjadi pengusaha. Seperti keinginanku dulu, menjadi ibu rumah tangga sembari mengelola usaha. Aku berhenti bekerja ketika masih sayang-sayangnya.

Aku mengikuti kursus kecantikan, body therapist, tata rambut, dan rias wajah dengan sangat bersemangat. Aku tidak tahu apakah aku berbakat. Yang kutahu aku hanya perlu mencoba. Setelah lulus mengikuti kursus aku diberi kesempatan magang di salah satu salon terkenal di kota Malang. Sampai aku beranikan diri memutuskan untuk membuka salon sendiri. Berbekal ilmu dan pengalaman yang aku miliki.

Berbagai kenyataan tak mengenakkan kuhadapi di awal memulai usaha. Yang tak terpikirkan sebelumnya selain tempat usaha, bakat keterampilan dan modal yang harus dimiliki, aku harus mencari pelanggan dan mempunyai izin usaha. Bagaimana aku harus menggaji karyawan atau apakah aku jalan sendiri dulu, bagaimana membayar tagihan listrik, air sedangkan semua tabungan sudah terkuras untuk biaya kursus, renovasi tempat, membeli peralatan, produk dan lainnya? Iuran keamanan lingkungan yang mengatas namakan izin parkir dan sengaja ‘memalak’ pelaku usaha. Aku hanya mencoba menangani masalah yang bermunculan diawal membuka usaha satu persatu.

Sampai akhirnya, berjalan seperti apa yang aku harapkan. Karyawan bertambah seiring berjalannya waktu. Salonku pun terkenal dan banyak sekali pelanggan yang loyal. Bekerjasama dengan brand shampoo ternama ketika mengadakan event di Malang. Salonku menjadi tamu tetap untuk mengisi materi di salah satu SMK di kota Malang. Tiap minggu aku memilih salah satu karyawan untuk mewakiliku jika aku berhalangan hadir untuk memberikan materi yang sudah aku siapkan sebelumnya.

Aku bisa menguliahkan salah satu karyawan yang berprestasi dan loyal dalam bekerja meski tak sampai lulus. Karena dia memutuskan berhenti kuliah di tengah jalan untuk membuka salon sendiri, aku senang ternyata ilmu keterampilan yang kuberikan bermanfaat. Menjadi tempat karyawan memperoleh kredit kepemilikan barang, seperti HP, kosmetik, fashion, atau sepeda motor yang semua itu bermanfaat untuk mereka. Untuk menunjang mereka dalam bekerja dan bersosialisasi.

Kehidupan setelah Menikah

Terlalu giat bekerja aku melupakan satu hal yang menjadi tujuan awal, yaitu menikah. Aku selalu menunda karena belum ingin melepas kesenangan ini. Mengumpulkan pundi-pundi uang, membeli sesuatu yang aku inginkan, dan memiliki lebih banyak waktu luang yang tak  kumiliki ketika bekerja di perusahaan. Timku benar-benar solid, kompak, dan menyenangkan. Aku merasa bahagia dan berguna sehingga lupa tujuan awalnya apa.

Lima tahun setelahnya, aku memantapkan niat untuk menikah dan memberikan tanggung jawab usaha ke salah satu karyawan yang aku anggap bisa mengemban tugas. Aku fokus dengan niatku berkeluarga, menghabiskan banyak waktu di rumah. Dan ternyata aku salah langkah.

Usahaku lama kelamaan mengalami penurunan pemasukan terus menerus sampai untuk membayar listrik dan air tidak sanggup. Mengalami kebangkrutan dan akhirnya tutup. Tak apa mungkin bukan rezekiku. Aku menikah di tengah musibah kebangkrutan, impian menikah ala putri dongeng tak pernah menjadi nyata. Selalu membesarkan hati sendiri dengan berpikir yang penting niatnya bukan pestanya.

Setelah menikah kuputuskan totalitas menjadi ibu rumah tangga seperti keinginan semula, menjadi ibu dan istri yang patuh pada suami. Aku tiap hari membantu usaha suami karena itu adalah sumber pendapatan kami. Membuatku sedikit demi sedikit melupakan kebangkrutan pahit yang aku alami. Aku merasa bahagia dan penuh dengan peran baruku ini. Senyum bahagia anakku menjadi penyemangatku. Semua masalah rumah tangga bisa aku lewati satu per satu. Aku merasa berarti dengan cinta suami dan anak kepadaku. Rasa-rasanya ini adalah rezeki yang tak terkira yang harus aku syukuri.

Suamiku seorang pengusaha. Sengaja mencari yang sefrekuensi karena pasangan butuh teman bicara yang satu bahasa. Yang mengerti pembicaraan tanpa harus mengawamkan diksi. Sekadar berbagi cerita ringan tentang keseharian. Karena berbicara satu bahasa itu mewah.

Bayangkan saja kalau kita tidak ‘nyambung’ ngobrol dengan pasangan dengan bahasa yang berbeda di aktivitas pekerjaan dan dirumah? Pasti akan sedikit berat, walau bukan berarti tidak mungkin. Sekarang aku lagi menata keuangan untuk membuka usaha lainnya yang bisa aku jalankan sendiri sembari mengasuh anak yang sudah bertambah dewasa. Tidak ada salahnya bangkit lagi dari pengalaman pahit.

Setiap manusia dianugerahi jalan cerita dengan uniknya masing-masing. Ada yang diberi jalan cerita dengan kemewahan yang tiada tara. Ada yang diberi jalan cerita dengan sakit yang sungguh lara. Yang baik tak akan tertukar. Ujian pun tak akan terhindar.

Jika sudah sudah ditetapkan, mengapa harus berusaha lagi? Bahwa janji Tuhan satu, tidaklah manusia bisa mengubah nasibnya kecuali atas usahanya sendiri? Ada yang Tuhan lebih tahu, sehingga sudah ditetapkan. Ada pula yang manusia mau, sehingga sangat bisa diupayakan. Tugas kita hanya berusaha.

#ChangeMaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading