Sukses

Lifestyle

Keramahan Masyarakat Indonesia yang Tinggal di Desa Sungguh Menghangatkan Hati

Fimela.com, Jakarta Punya cerita atau pengalaman tentang rasa rindu kepada kampung halaman, berbagai macam makanan khas daerahmu yang menggugah selera, hingga objek wisata yang bagai surga dunia? Atau punya cara tersendiri dalam memaknai cinta Indonesia? Pada bulan Agustus kali ini, kamu bisa membagikan semuanya dalam Lomba Share Your Stories bulan Agustus dengan tema Cinta Indonesia seperti tulisan yang dikirim oleh Sahabat Fimela ini.

***

Oleh: Meliana Aryuni

Hidup di desa yang sederhana membuatku harus menjalaninya. Di masa awal kehidupanku di desa ini, aku merasa ini adalah cobaan yang cukup berat bagiku. Perbedaan kehidupan sangat drastis. 

Seiring berjalannya waktu, aku mulai beradaptasi dengan lingkunganku, termasuk dengan tetanggaku. Aku tahu bahwa tidak semua orang berpikiran sama denganku, termasuk dengan beberapa tetanggaku. Namun, sebagian besar tetanggaku adalah orang-orang dengan karakteristik yang sama, yaitu suka memberi.

Pernah di siang ketika aku hendak beristirahat siang, pintu depan rumah diketuk. Betapa terkejutnya aku saat seorang tetangga membawakan sekantong besar tomat kepadaku. Aku bingung karena di kota asalku, jarang sekali ada tetangga yang mau memberi, kecuali kita yang memulainya.

Ternyata di sini, keadaannya berbeda sekali. Aku belum mengenal si pemberi, tetapi dia sudah memberikan tomat sebanyak itu untuk kami. Aku merasa terharu. Perlahan aku mulai mengenal si pemberi dan aku mulai menjalin hubungan yang baik dengannya. Tak jarang gayung bersambut pun terjadi di antara kami.

Kejadian serupa pun kualami banyak kali setelahnya. Aku diberi kuali yang menurutku lumayan bagus di awal aku pindah ke sini. Kata tetanggaku, itu adalah bentuk penerimaan dari mereka terhadap keluargaku. Bagiku ini aneh sekali, tetapi ternyata itu kebiasaan yang memang dilakukan untuk menyatakan senang dengan kehadiran pendatang baru.

Berbagi tanpa Pamrih

Hampir semua penduduk di sini memiliki kebun, kalau bukan kebun kopi, pasti kebun merica, atau kebun sayur. Bagiku, memiliki tetangga yang mempunyai banyak kebun ternyata memberikan cerita tersendiri. Cerita ini kadang membuatku terbengong-bengong. Namun, itulah kenyataan yag terjadi di sini. Mereka tidak segan-segan memberi setandan pisang bila panen atau sekantong alpukat, sayuran kol, daun bawang, labu, terung, dan sebagainya.

Betul kiranya hadits,"Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian saling mencintai." (HR. Bukhari). Dengan memberi, aku mulai merasakan suka kepada mereka. Entahlah, tangan ini pun berusaha untuk mengikuti apa yang mereka lakukan. Memberi bagi mereka adalah tradisi yang baik, meskipun hanya bisa memberi sayuran.

Kehidupan di desa memang sederhana. Namun, dari kesederhanaan itu aku tahu bahwa mereka tidak pernah hitung-hitungan dalam memberi. Aku pun mencoba untuk mengikuti apa yang telah mereka lakukan. Aku memulainya dari yang terkecil dan yang aku bisa.

Bagi mereka, memberi sekantong tomat, labu, cabai, sayuran, dan setandan pisang tidak begitu sulit dilakukan. Prinsip mereka, ketika mereka mendapatkan kesenangan, berbagi adalah perilaku yang harus di dahulukan. Meskipun mereka hanya bisa memberi sayur, mereka sudah merasa senang melakukannya.

Aku bangga menjadi bagian dari desa ini. Aku bangga sudah mengenal alam, pribadi, pesona, dan kebiasaan penduduk di sini. Dari desa ini, aku banyak belajar. Terutama, aku belajar memberi tanpa melihat besar kecilnya pemberian. Dari desa ini, aku belajar bahwa memberi itu tidak pernah rugi.

Suatu ketika, aku sengaja memasak kue yang banyak. Aku bermaksud membagikannya kepada orang-orang yang telah memberikanku sayuran. Ya, aku coba bagikan kue itu disertai pempek yang kubuat. Mereka sangat senang menerimanya. Beberapa hari kemudian, aku diantarkan sekantong cabai, padahal saat itu harga cabai lagi mahal. Tentu saja aku menerimanya. Kebetulan, cabai di pekarangan rumah sudah habis karena sering dipetik.

Begitulah kisah penduduk di sini. Aku memiliki satu pedagang sayur langganan. Setiap kali aku ke pasar, aku pasti mengampirinya padahal aku tidak belanja banyak di sana. Namun, beliau pasti memasukkan banyak sayuran untukku. Ini bukan terjadi sekali atau dua kali saja. Aku bagaikan memiliki keluarga sendiri diri.

Rasa kesepianku dan kesedihanku yang merantau sirna. Sikap penduduk yang menerima dan saling memberi membuatku menyayangi mereka. Dengan sikap mereka seperti itu, aku yakin Indonesia akan tentram dan damai. Dengan sikap memberi yang kuat, aku yakin inilah kekuatan yang dimiliki oleh bangsa ini .

#ElevateWomen

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading