Sukses

Lifestyle

Diary Fimela: Dari Seni Menjadi Inspirasi, Intip Kisah Thomas Balducci Kembangkan Kolaborasi Market

Fimela.com, Jakarta Usaha UMKM dibidang seni dan kreatif menjadi salah satu bidang yang digeluti terutama pada saat pandemu COVID-19. Berbagai seniman berkumpul dan bekerjasama untuk menunjukkan berbagai karya yang diciptakan. Terlebih dengan adanya teknologi serta platform media yang tersebar luas saat ini membuat mereka sukses menarik para pecinta seni untuk membeli barang-barang yang diusahakannya. 

Mengutip dari berbagai sumber yang beredar, pelaku industri kreatif diyakini dapat menumbuhkan perekonomian nasional. Dunia juga melihat Asia Tenggara sebagai potensi pasar terbesar akan industri kreatif dan seni digital yang semakin berkembang. Pemerintah Indonesia juga turut andil berpatisipasi memajukan industri kreatif Indonesia dengan memberikan pengembangan ekonomi kreatif seperti menciptakan peluang startup, hingga meningkatkan kapasitas usaha.

Selain itu data pendukung dari Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan subsektor ekonomi kreatif memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian nasional dengan menyumbangkan 7,44% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), 14,28% tenaga kerja, dan 13,77% ekspor.Data pun mencatat, ada sekitar 8,2 juta usaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fesyen, dan kriya, sehingga 3 subsektor ini juga memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Ekonomi Kreatif. 

Salah satu usaha kriya ini juga turut dilakukan oleh Thomas Balducci, seorang seniman sekaligus pendiri dari Kolaborasi Market menciptakan inovasi melalui barang-barang antik hingga mengkombinasikan antara kedai kopi dengan galeri. Berikut adalah cerita bagaimana Thomas menjalankan dan mengembangkan Kolaborasi Market. 

1) Didirikan sebagai wadah untuk para pelaku usaha kreatif 

Sesuai dengan namanya Kolaborasi Market didirikan sebagai wadah untuk mewadahi para pelaku usaha kreatif dan terbuka untuk siapa saja yang ingin berpatisipasi, bergabung, serta tumbuh bersama. Berlatarbelakang pandemi COVID-19 di mana semua orang kehilangan pasar dan kebiasaan yang menciptakan kebiasaan baru.

"Karena pandemi COVID-19 yang sangat berdampak inilah membuat Kolaborasi Market berusaha mencari celah dengan berkolaborasi dengan para pedagang, pelaku usaha, seniman, UMKM, event organizer, bahkan pengelola mall. Dapat dilihat jika Kolaborasi Market dapat berkolaborasi secara horizontal maupun vertikal." Cerita Thomas Balducci, owner dari Kolaborasi Market. 

2) Berfokus pada barang-barang dan kriya antik 

Kolaborasi Market berfokus pada barang seni zaman dulu atau yang dikenal dengan barang-barang maupun seni antik sehingga memiliki market sendiri. Memang sebagian besar anak muda tidak tertarik, namun Thomas  mengemasnya dengan baik untuk menarik anak muda. Misalnya melalui vinyl atau alat pemutar musik sebelum datangnya radio atau dapat memutar musik pada gawai masing-masing seperti sekarang, ia mampu membuat anak muda untuk melihat-lihat barang vinyl ini serta membuat anak muda mencari tahu fungsi dan kegunaan dari vynil tersebut.

Kolaborasi Market juga memanfaatkan media sosial serta berbagai influencer untuk memperkenalkan. Thomas juga mengatakan apa yang market miliki belum tentu disukai olehnya dan apa yang disukai Thomas juga belum tentu disukai market, simpelnya selera dari kedua pihak berbeda. Maka dari itu riset  data dan kebutuhan pasar dilakukan oleh Thomas. "Uniknya seni kriya ini adalah recycle, barang-barang yang didaur ulang misalnya radio lama dimodifikasi dan disulap menjadi radio baru dengan teknologi baru seperti bluetooth." ceritanya. 

 

 

 

3) Menciptakan kolaborasi Galeri dan Kafe 

Anak muda harus melek dengan perkembangan seperti perkembangan ekonomi, teknologi  kebiasaan, hobi, kalau memang ingin menjadi enterpreuner sejati. Thomas bercerita ia sudah tertarik untuk berkecimpung di dunia kopi dan kopi menjadi satu poin plus yang dimana kedai kopi miliknya dapat menyatu dengan Kolaborasi Market. Dengan konsep galeri dan kafe, orang-orang tidak hanya melihat kriya dan barang retro saja tetapi juga dapat menikmati kopi. Dengan nama Kakak Adik Kopi, kedai kopi tersebut memiliki alat seduh tersendiri. 

Tidak hanya dengan kopi saja, produk-produk Kolaborasi Market juga sudah dapat melebarkan sayapnya ke luar hingga diliput oleh media. Thomas bersyukur karena dapat memberikan kesempatan teman-teman untuk berkarya. Ke depannya juga ingin Kolaborasi Market ada di mall-mall lain sehingga memberikan kesempatan untuk teman-teman UMKM untuk berkarya.

Ke depannya juga Thomas akan mengadakan Kolaborasi Market Expo di Pulau I Senayan Park dengan tema Nostalgia ke Pasar Tanah Abang yang akan diadakan pada 10 sampai 12 November 2023. Tentu saja Kolaborasi Market juga akan memudahkan pengunjung untuk berpatisipasi secara mudah.

"Berlatarbelakang cerita-cerita dari pedagang di sana serta peristiwa sebelumnya inilah yang membuat kami ingin membuat Little Tanah Abang. Dan kami juga berharap dapat memberikan manfaat pada pelaku UMKM lainnya serta masyarakat dengan acara ini serta kedepannya." Kata Thomas. 

4) Ingin mengenal lebih kriya serta barang-barang antik, ada pesan dari Kak Thomas untukmu

Thomas berpesan, "Tidak hanya seni kriya saja, semuanya harus dimulai dari ketertarikan maka semua hal yang dilakukan untuk berkembang. Khususnya untuk kriya, barang seni, maupun barang antik memiliki market sendiri. Terlebih pencapaian tertinggi adalah memiliki hal yang tidak dimiliki oleh orang lain."

Thomas juga menambahkan, "Misalnya kita berbicara barang branded, dengan memiliki uang akan mudah untuk mendapatkannya. Berbeda dengan barang seni atau kreatif serta antik uang saja belum cukup untuk menunjang nilai barangnya. Ketika orang-orang memiliki kesempatan untuk mengoleksi barang antik, itu akan menjadi kepuasan tersendiri." 

 

Penulis: Tisha Sekar Aji

Hashtag: #Breaking Boundaries 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading