Sukses

Lifestyle

Review Buku Melogika Rasa

Fimela.com, Jakarta Pernahkah mendapat saran untuk selalu berpikir positif ketika dihadapkan pada keadaan sulit? Tapi begitu kamu mencoba untuk berpikir positif, keadaan tak kunjung membaik lalu kamu malah merasa tertekan dan makin bingung dengan perasaanmu sendiri. Bisa jadi penyebabnya karena kurang memahami dan mengelola emosi serta perasaan dengan tepat. Bisa jadi ada hal-hal yang masih belum dipahami dengan baik sehingga dalam mengelola rasa masih kurang tepat.

Memahami perasaan sendiri memang tak selalu mudah. Mengikuti saran dan masukan dari orang lain untuk bisa menjaga prasangka baik pun tak semudah kelihatannya. Meskipun begitu, kita selalu punya kesempatan untuk belajar mengelola rasa. Bahkan kita masih punya peluang besar untuk memahami diri sendiri dengan lebih bijaksana. Melogika Rasa, buku yang satu ini pun bisa menjadi salah satu referensi yang bagus untuk belajar memahami perasaan, membangun kesadaran diri yang positif, bahkan memberi panduan praktis dalam memulihkan diri atau menuju keseimbangan.

 

Melogika Rasa

Judul: Melogika Rasa

Penulis: Rosyiid Gede Prabowo

Penyunting: Eka Saputra, Nurjannah Intan

Perancang sampul: Ferdiansyah, Musthofa Nur Wardoyo

Ilustrasi isi: regedaily

Pemeriksa Aksara: Nurani Puspitosari, Fitriana

Penata aksaran: Nurzzaman

Penerbit: Bentang Pustaka

"Nggak pakai logika sih, jadinya kebawa perasaan terus, kan?"Pernahkah kalian mendengar nasihatsemacam itu?

Kebanyakan dari kita menganggap bahwa terlalu menggunakan rasa justru akan membuat hidup kita kian sulit.

Gampang baper, gampang emosian, nggak bisa melihat segala sesuatu dengan jernih. Padahal, mau nggak mau, hidup kita memang didominasi oleh perasaan.

Pada dasarnya, perasaan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Justru dengan mengoptimalkan kekuatan rasa, segala hal yang nggak mengenakkan dalam hidup bisa kita hindari, kendalikan, bahkan kita manfaatkan untuk mendapatkan berbagai keberuntungan.

Melogika Rasa akan mengajak kita untuk membangun kesadaran demi mengolah penderitaan menjadi energi yang memberdayakan.

***

"Orang-orang yang terbiasa husnuzan, kalau dihadapkan pada suatu peristiwa yang menggelisahkan hati, dari dalam dirinya akan ada pergerakan untuk mencari kemungkinan terbaiknya. Alhasil, seandainya keadaan di luar sana benar-benar kurang baik, dengan husnuzan yang dominan realitasnya bisa berubah 180 derajat."

"... karena punya kesadaran, semua benda atau materi jadi mampu menangkap getaran kita dan memilih mau menjauh atau mendekat. Jadi, berhentilah mengejar, mulailah melepas ketakutan-ketakutan dan rasa ingin mengendalikan. Dari situ justru apa pun yang kamu harapkan perlahan-lahan akan mendekat, karena mereka mulai merasa aman."

"Kalau yang membuat energi keluar adalah banyak melihat dan memperhatikan ke luar, maka di sini kamu perlu memperbanyak melihat dan memberi perhatian ke dalam diri. Di antaranya dengan memperbanyak merenung, berdialog dan mendengarkan diri sendiri atau Tuhan, hadir di saat ini dan mengamati diri ketika berdoa, berzikir, bermeditasi, membaca buku, atau apa pun yang mampu membuat kita beristirahat dari melihat ke luar diri. Dari sanalah energi di dalam diri kamu akan mulai terpenuhi."

"Kita merasa ragu itu karena melihat kemampuan diri sendiri. Ketika perhatian kita sudah bukan pada kemampuan diri, tetapi kepada sosok Yang Maha Mampu, seketika keraguan itu entah ke mana. Dan, ketika keraguan meniada, keterkabulan lebih besar peluangnya."

"Mengubah pikiran berdampak mengubah perasaan dan fisiologi atau posisi tubuh. Dengan mengubah perasaan, pikiran, dan fisiologi tubuh bisa berubah. Begitu juga kalau kita mengubah posisi tubuh, pikiran dan perasaan seketika bisa berubah."

"Semakin berani menyelami ada apa di balik ketakutanmu, ketakutan itu bisa jadi bukan apa-apa dan justru membuat kamu mampu berdamai dengan ketakutan itu sendiri."

Selama ini kita mungkin memusuhi perasaan negatif. Padahal diri kita membutuhkan keseimbangan dalam menjalani keseharian. Hal-hal yang tak nyaman memang akan datang silih berganti dengan semua hal yang memberi rasa nyaman. Yang perlu kita lakukan adalah berupaya mengelolanya sebaik mungkin.

Terdiri dari empat bab utama, yaitu Membangun Kesadaran, Memberi Harapan, Pemulihan, dan Menuju Keseimbangan, buku ini memberi panduan praktis tentang memahami diri sendiri dengan lebih baik. Bahkan kita akan diajak untuk masuk ke dalam jiwa dan batin kita sendiri demi memahami apa saja yang kita butuhkan dan apa saja yang perlu kita lakukan demi menjalani hidup yang lebih bermakna.

Banyak konsep-konsep menarik tentang membangun kesadaran diri yang positif di buku ini. Bahkan hal-hal yang terkait dengan cara berdoa dan mengusahakan keinginan bisa terwujud dengan baik pun dibahas melalui konsep-konsep yang mudah dipahami. Kalau selama ini kita merasa doa-doa kita tak pernah terwujud, bisa jadi ada getaran atau frekuensi yang perlu kita selaraskan lagi. Menyelami batin dan jiwa memang butuh kesabaran dan proses yang bisa bersifat sangat personal pada setiap individu.

Sedang dalam proses move on atau pemulihan diri dari suatu masalah atau luka di hati? Tips-tips praktis di buku ini bisa diikuti. Ada banyak rangkuman konsep menarik yang bisa diadopsi dalam memahami diri dan perasaan lebih baik lagi.

Melogika Rasa, buku ini bisa jadi rekomendasi yang tepat bagi Sahabat Fimela sekalian dalam membangun kesadaran diri yang lebih baik. Serta bisa menjadi referensi menarik untuk membangun kualitas hidup yang lebih sejahtera dengan hati yang lebih damai.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading