Sukses

Lifestyle

Tes Kepribadian MBTI, Sekadar Tren Hiburan atau Berdasarkan Ilmu Psikologi?

Fimela.com, Jakarta Dalam beberapa tahun terakhir, tes kepribadian semakin digemari oleh banyak orang, terutama di era digital yang penuh dengan informasi instan dan tren viral. Salah satu tes yang paling sering diperbincangkan adalah MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Banyak orang dengan antusias mencoba tes ini untuk mengetahui tipe kepribadian mereka, bahkan membagikannya di media sosial. Tak jarang, hasil MBTI digunakan sebagai referensi dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari memilih karier hingga memahami dinamika hubungan interpersonal.

Popularitas MBTI tidak lepas dari daya tariknya yang seolah mampu menggambarkan karakter seseorang dengan cukup akurat. Dengan membagi kepribadian menjadi 16 tipe berdasarkan empat dimensi utama, tes ini membuat banyak orang merasa lebih memahami diri sendiri. Namun, di balik kepopulerannya, muncul pertanyaan, apakah MBTI benar-benar berbasis ilmu psikologi atau hanya sekadar tren hiburan yang belum tentu valid?

Beberapa orang menganggap MBTI sebagai alat bantu yang berguna dalam mengenali kepribadian, sementara yang lain meragukan keakuratan dan landasan ilmiahnya. Lalu, seberapa jauh MBTI dapat dipercaya? Apakah tes ini layak dijadikan panduan dalam kehidupan sehari-hari? Sebelum mempercayainya begitu saja, ada baiknya kita memahami lebih dalam mengenai asal-usul, metode, dan validitas MBTI. Melansir verywellmind.com, berikut adalah penjelasan mengenai tes kepribadian MBTI.

Sejarah dan Perkembangan MBTI

MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers dan ibunya, Katherine Cook Briggs, yang terinspirasi dari teori psikologi Carl Jung tentang tipe kepribadian. Jung mengemukakan bahwa individu memiliki kecenderungan psikologis tertentu yang mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak. Myers dan Briggs kemudian mengembangkan gagasan tersebut menjadi sebuah instrumen untuk membantu orang memahami kecenderungan kepribadian mereka. Selama Perang Dunia II, mereka mulai merancang indikator ini agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata, terutama dalam pemilihan karier yang sesuai dengan kepribadian seseorang.

Pada tahun 1940-an, Myers menciptakan versi awal dari kuesioner MBTI yang kemudian diuji coba pada keluarga dan teman-temannya. Dalam beberapa dekade berikutnya, alat ini terus mengalami penyempurnaan hingga akhirnya menjadi salah satu instrumen kepribadian paling populer di dunia. Hingga saat ini, MBTI digunakan dalam berbagai konteks, mulai dari pengembangan diri hingga manajemen sumber daya manusia di perusahaan besar.

Bagaimana MBTI Bekerja?

MBTI mengkategorikan kepribadian seseorang ke dalam 16 tipe berbeda berdasarkan kombinasi dari empat skala utama. Keempat skala tersebut adalah ekstrovert (E) atau introvert (I), sensing (S) atau intuitive (N), thinking (T) atau feeling (F), serta judging (J) atau perceiving (P). Hasil dari kombinasi ini menciptakan tipe kepribadian yang unik, misalnya INFJ, ENFP, atau ISTP.

Mereka yang memiliki kecenderungan ekstrovert lebih nyaman dalam interaksi sosial dan mendapatkan energi dari lingkungan luar, sedangkan introvert lebih menikmati waktu sendiri dan mendalami pemikiran mereka sendiri. Sensing dan intuitive berhubungan dengan cara seseorang memproses informasi; orang dengan preferensi sensing lebih mengandalkan fakta konkret, sementara mereka yang intuitive lebih suka melihat pola dan kemungkinan abstrak. Thinking dan feeling menentukan cara seseorang mengambil keputusan; tipe thinking lebih mengutamakan logika, sedangkan feeling lebih mempertimbangkan emosi dan nilai-nilai pribadi. Terakhir, judging dan perceiving menggambarkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia luar; tipe judging cenderung terorganisir dan menyukai kepastian, sementara perceiving lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan.

Keandalan dan Validitas MBTI

Meskipun MBTI sangat populer, keabsahan ilmiahnya masih menjadi perdebatan di kalangan psikolog. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tes ini memiliki tingkat keandalan yang tinggi, dengan sekitar 90% responden mendapatkan hasil yang sama ketika mengikuti tes ulang dalam jangka waktu tertentu. Namun, penelitian lain menemukan bahwa sebagian orang mendapatkan hasil yang berbeda saat mengikuti tes dalam periode berbeda, yang menunjukkan adanya kelemahan dalam konsistensi pengukuran.

Selain itu, beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa MBTI tidak cukup kuat sebagai alat untuk memprediksi kesuksesan dalam karier atau hubungan interpersonal. Salah satu kritik utama terhadap MBTI adalah bahwa pengelompokan kepribadian dalam kategori biner (misalnya ekstrovert atau introvert) tidak mencerminkan kompleksitas manusia yang sebenarnya. Kepribadian bersifat dinamis dan dapat berubah tergantung pada konteks serta pengalaman hidup seseorang.

MBTI, Ilmu Psikologi atau Tren Hiburan?

Banyak orang menganggap MBTI sebagai alat yang berguna untuk memahami diri sendiri dan meningkatkan hubungan interpersonal. Tes ini sering digunakan dalam dunia kerja untuk membantu tim memahami cara bekerja sama yang lebih efektif. Namun, tidak dapat disangkal bahwa MBTI juga menjadi bagian dari budaya populer, sering muncul dalam kuis daring dan media sosial sebagai hiburan semata. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah MBTI lebih banyak digunakan sebagai instrumen psikologi yang serius atau sekadar tren yang menyenangkan?

Meskipun MBTI memiliki dasar teoritis yang berasal dari pemikiran Carl Jung, penggunaannya yang luas dalam konteks non-akademik terkadang membuatnya kehilangan nilai ilmiahnya. Beberapa versi tes yang tersedia secara online tidak mengikuti standar yang ditetapkan oleh para praktisi resmi, sehingga hasilnya kurang akurat. Oleh karena itu, bagi Sahabat Fimela yang ingin memahami kepribadian melalui MBTI, sebaiknya mengikuti tes dari sumber terpercaya dan berkonsultasi dengan ahli jika ingin mendapatkan analisis yang lebih mendalam.

MBTI adalah alat yang menarik dan bermanfaat bagi banyak orang untuk memahami kepribadian mereka sendiri serta orang lain di sekitar mereka. Meskipun masih ada perdebatan mengenai validitas ilmiahnya, tidak dapat dipungkiri bahwa MBTI telah memberikan wawasan berharga dalam dunia psikologi dan pengembangan diri. Namun, penting bagi kita untuk tidak melihat MBTI sebagai satu-satunya cara dalam mengenali kepribadian, karena manusia jauh lebih kompleks daripada sekadar kombinasi empat huruf. Oleh karena itu, baik digunakan sebagai alat eksplorasi diri maupun sekadar hiburan, MBTI tetap menjadi salah satu instrumen kepribadian yang paling banyak dibicarakan hingga saat ini.

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading