Sukses

Lifestyle

Sinergi Kemendikdasmen dan Platform Digital dalam Mewujudkan Pendidikan Bermutu di Indonesia

Fimela.com, Jakarta Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia diajak kembali merenungi arti penting pendidikan melalui peringatan Hari Pendidikan Nasional. Bukan sekadar seremoni, momen ini menjadi pengingat akan cita-cita besar Ki Hadjar Dewantara: membentuk manusia merdeka yang utuh, berpikir kritis, dan bertindak dengan nurani. Di tengah perubahan zaman yang kian cepat dan dinamis, makna pendidikan pun turut berevolusi. Ruang-ruang belajar tak lagi terbatas pada bangku dan papan tulis; kini, layar-layar digital menjadi jendela baru untuk menyerap ilmu dan wawasan.

Tantangan dan peluang hadir silih berganti. Anak-anak Indonesia hidup dalam dunia yang penuh arus informasi, tetapi tidak semua arus itu membawa terang. Di sinilah peran negara dan pemangku kepentingan diuji. Bagaimana menjadikan teknologi sebagai kawan, bukan lawan. Dalam semangat Hari Pendidikan Nasional tahun 2025, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) pun tak tinggal diam. Bersama mitra dari ranah digital, yakni YouTube dan Google, mereka merancang langkah strategis demi mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan bermutu. Sinergi inilah yang membuka harapan baru: bahwa pendidikan Indonesia bisa melompat lebih jauh, tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.

Pendidikan Bermutu untuk Semua: Teknologi dan Kolaborasi Jadi Kunci

Di era digital saat ini, batas-batas ruang belajar telah melebur. Belajar tak lagi harus duduk di ruang kelas dengan papan tulis di depan. Kini, layar ponsel atau laptop bisa menjadi jendela ilmu yang tak kalah luas. Terutama dengan hadirnya teknologi kecerdasan buatan (AI), pendidikan makin terbuka untuk siapa saja, termasuk bagi Sahabat Fimela yang tinggal di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Sebagai wujud nyata dari semangat ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bersama Google dan YouTube menghadirkan dua inisiatif besar yang mengusung semangat “Pendidikan Bermutu untuk Semua”. Inisiatif tersebut bertujuan memberdayakan pendidik, pelajar, dan kreator konten agar mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal dalam dunia pendidikan.

Gemini Academy 2025, Mengintegrasikan AI ke Ruang Kelas

Program Gemini Academy 2025 resmi diluncurkan untuk mendukung guru dan siswa dalam mengintegrasikan kecerdasan buatan dalam proses pembelajaran. Melalui program ini, para guru dibekali keterampilan untuk memanfaatkan Gemini—sebuah platform AI—baik dalam perencanaan kelas, eksplorasi materi pembelajaran, hingga pengenalan coding.

Sejak peluncuran pertamanya, program ini telah menjangkau lebih dari 200.000 guru di seluruh Indonesia. Sebanyak 98% peserta mengaku lebih percaya diri menggunakan AI berkat pelatihan ini. Tak hanya meningkatkan efisiensi, AI juga membantu menciptakan pembelajaran yang lebih mendalam dan menyenangkan.

Akademi Edukreator, Melahirkan Kreator Edukasi dari Seluruh Penjuru Negeri

YouTube, bekerja sama dengan Kemendikdasmen, Kok Bisa, dan Senyawa+, terus memperluas kontribusinya dalam dunia pendidikan melalui Akademi Edukreator. Diluncurkan sejak 2020, program ini menjadi ruang belajar sekaligus inkubator kreator edukasi yang berdampak. Hingga kini, Akademi Edukreator telah melatih lebih dari 3.200 peserta dari 34 provinsi, melahirkan nama-nama inspiratif seperti Felicia Putri Tjiasaka, drumNDRUM, dan Zahid Ibrahim.

Tahun ini, program ini hadir lebih kaya dengan tiga materi baru:

  • Advanced Masterclass, program lanjutan untuk mengasah kemampuan kreator agar lebih maksimal dalam menciptakan konten berkualitas;
  • Digital Safety for Teens, yang menanamkan pentingnya lingkungan digital yang aman dan sehat untuk remaja;
  • Explore Gemini, sesi eksplorasi AI Google Gemini sebagai alat bantu kreator dalam mengembangkan konten edukatif yang kreatif dan relevan.

Danny Ardianto, Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah YouTube untuk Asia Tenggara dan Asia Frontier, menegaskan pentingnya peran YouTube dalam pendidikan global, “YouTube adalah tempat di mana dunia datang untuk belajar dalam setiap tahap kehidupan, dari matematika tingkat lanjut hingga olahraga di rumah. Kami membantu mewujudkan pembelajaran yang lebih merata, agar siapa pun di mana pun bisa mengakses pengetahuan.”

Lebih lanjut, ia menambahkan, “Kami telah berinvestasi dalam edukasi di YouTube sejak lama, termasuk melalui YouTube Learning Hub dan Akademi Edukreator. Tujuannya adalah membangun pengalaman belajar yang menyenangkan, inklusif, dan interaktif—di mana saja, kapan saja.”

 

 

Menginspirasi Lewat Teknologi, Cerita dari Tokoh-Tokoh yang Mendorong Perubahan dalam Pendidikan

Di balik keberhasilan Akademi Edukreator, ada banyak sosok yang membuktikan bahwa teknologi mampu menjembatani semangat belajar dan berkarya. Salah satunya adalah platform Kok Bisa, yang dikenal karena konten edukatifnya yang mampu membuat anak-anak penasaran dan terdorong untuk mencari tahu lebih jauh.

Aktris dan aktivis pendidikan Maudy Ayunda juga menjadi contoh nyata bagaimana YouTube bisa menjadi suplemen pembelajaran. Ia mengaku sangat terbantu oleh YouTube saat masih sekolah karena platform ini membuka peluang belajar di luar kelas dan menyediakan sumber belajar dari berbagai tempat, bukan hanya buku teks. Kini, Maudy juga aktif mengedukasi lewat kanal YouTube-nya, berbagi pengetahuan dan inspirasi yang mendalam tentang pendidikan dan pengembangan diri, yang pastinya menginspirasi banyak orang.

Di sisi pendidik, ada Mr. Klik, guru yang aktif memanfaatkan teknologi di dalam kelas. Menurutnya, YouTube telah menjadi sumber belajar andalan sejak pandemi dan kini berfungsi sebagai pelengkap pengajaran. “Anak punya cara belajar yang berbeda, dan YouTube memungkinkan mereka belajar sesuai caranya—misalnya di-pause dulu, atau  materi diberikan sebelum pembelajaran esok hari sehingga siswa dapat mempelajarinya terlebih dahulu,” jelasnya.

Sementara itu, Bu Elda, seorang guru di sebuah sekolah yang terletak di pinggir kota, berhasil memanfaatkan bantuan 200 Chromebook dari pemerintah untuk mentransformasi pembelajarannya. Ia menggunakan aplikasi Google Classroom sebagai pusat distribusi materi dan tugas, termasuk video dan dokumen digital. “Saya pakai Google Classroom untuk pemberian materi dan pengumpulan tugas siswa. Selain itu, saya juga pakai fitur Google Slides dan Forms untuk melaksanakan pembelajaran berbasis presentasi dan kuis. Jadi sekarang tidak perlu fotokopi soal. Ini hemat kertas, hemat anggaran, dan lebih menyenangkan bagi siswa,” ujarnya.

Seluruh cerita ini memperlihatkan bahwa teknologi bukanlah pengganti guru, melainkan pendamping yang memperkaya metode dan memperluas jangkauan pembelajaran. Dari kreator konten hingga pengajar di ruang kelas, Akademi Edukreator telah menjadi bukti bahwa pendidikan bisa hadir dengan cara yang relevan, inklusif, dan menyenangkan.

Menuju Ekosistem Pembelajaran Digital yang Lebih Kuat

Prof. Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia, menekankan pentingnya peran teknologi dalam mendistribusikan konten pembelajaran yang mudah diakses oleh masyarakat, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau secara geografis. Menurut beliau, “Peran teknologi seperti YouTube sangat membantu dalam mendistribusikan konten pembelajaran yang mudah diakses oleh seluruh masyarakat, terutama di daerah yang sulit dijangkau secara geografis. Pendidikan tidak hanya harus hadir di sekolah formal, tetapi juga melalui berbagai media digital yang menyediakan konten edukatif, menarik, dan bermanfaat. Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan konten yang positif dan membangun, serta mendorong penguasaan teknologi digital yang disertai etika dan tanggung jawab. Teknologi memungkinkan anak-anak belajar kapan saja dan di mana saja, bahkan di tengah ladang sekalipun, sehingga mendukung cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga kerja sama ini terus terjalin ke depannya sehingga bisa membangun pendidikan Indonesia menjadi lebih bermutu lagi.”

Melalui Program Digitalisasi Pembelajaran, Kemendikdasmen juga memberikan perhatian besar terhadap pemberdayaan guru dengan berbagai alat bantu ajar digital dan platform Ruang Murid. Program ini bertujuan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa. Selain itu, program ini juga mengenalkan pemrograman dan Kecerdasan Buatan (AI) sejak dini, sebagai upaya membekali generasi masa depan dengan literasi digital yang kuat. Pendekatan Pembelajaran Mendalam (deep learning) juga diterapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa serta mengasah kemampuan berpikir kritis mereka.

Untuk memperkuat ekosistem pendidikan digital yang lebih inklusif, kehadiran Akademi Edukreator diharapkan menjadi ruang belajar dan ruang berkreasi bagi para guru, siswa, serta kreator edukasi. Akademi ini tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan literasi dan numerasi, tetapi juga menjadi wadah yang menginspirasi, mengembangkan kompetensi, memperluas wawasan, dan mendorong kolaborasi di antara komunitas edukasi.

Lebih dari sekadar pelatihan, Akademi Edukreator kini menjadi ruang belajar, berkreasi, dan berkolaborasi bagi seluruh komunitas pendidikan. Sahabat Fimela yang tertarik, kini dapat mendaftar untuk Akademi Edukreator 2025 melalui situs resminya.

Bersama, Kita Bisa Wujudkan Pendidikan yang Lebih Bermakna

Sahabat Fimela, kemajuan teknologi seharusnya tidak menjauhkan kita dari nilai-nilai dasar pendidikan, melainkan justru mendekatkan. Dengan sinergi antara pemerintah dan platform digital, harapan akan pendidikan yang lebih merata, inklusif, dan bermutu kini bukan sekadar impian. Setiap guru yang terlatih, setiap konten edukatif yang tercipta, dan setiap anak yang terinspirasi adalah langkah kecil menuju perubahan besar.

Mari terus dukung dan sebarkan semangat belajar sepanjang hayat, kapan pun dan di mana pun. Karena di balik layar, ada masa depan Indonesia yang sedang dibentuk oleh para pendidik, kreator, dan tentu saja, oleh Sahabat Fimela semua.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading