Sukses

Lifestyle

Desa Wisata sebagai Alternatif Liburan Cerdas yang Ramah Lingkungan

Fimela.com, Jakarta Kamu mungkin sudah sering mendengar istilah eco travel atau wisata berkelanjutan. Nah, salah satu bentuk nyatanya bisa kamu temukan di desa wisata—tempat di mana keindahan alam, budaya lokal, dan kearifan warga berpadu menjadi pengalaman liburan yang tak hanya seru, tapi juga penuh makna. Menariknya, konsep ini bukan cuma tentang destinasi wisata yang cantik, tapi juga tentang bagaimana masyarakat menjaga keseimbangan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Berdasarkan data Jejaring Desa Wisata (Jadesta) per 21 Oktober 2024, tercatat ada 6.026 desa wisata yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 4.687 masih berstatus desa wisata rintisan, 992 desa wisata berkembang, 314 desa wisata maju, dan 33 sudah mencapai tahap desa wisata mandiri. Angka ini menunjukkan semangat luar biasa dari banyak daerah untuk mengembangkan potensi lokal tanpa merusak alam, sekaligus mendorong ekonomi masyarakat lewat pariwisata berbasis komunitas.

Liburan dengan Sentuhan Kearifan Lokal

Berbeda dari wisata konvensional yang biasanya berpusat di kota besar atau tempat komersial, desa wisata mengajak kamu untuk kembali pada kesederhanaan. Alam, budaya, dan gaya hidup masyarakat desa menjadi daya tarik utama. Tak sekadar menikmati pemandangan, kamu juga bisa ikut dalam aktivitas harian warga, seperti menanam padi, membuat kerajinan, atau belajar menari tradisional. Semua pengalaman itu dirancang agar kamu bisa lebih dekat dengan alam dan memahami nilai keberlanjutan yang dijaga warga setempat.

Sahabat Fimela, berikut adalah beberapa contoh desa wisata inspiratif di Indonesia yang sudah berhasil memadukan pesona wisata dengan prinsip ekonomi sirkular dan ramah lingkungan.

1. Desa Panglipuran, Bali: Simbol Kebersihan dan Keteraturan Dunia

Kalau bicara soal desa wisata yang identik dengan kebersihan, Desa Panglipuran di Bangli, Bali, pasti jadi salah satu yang paling populer. Desa adat ini diatur dengan konsep Tri Mandala, pembagian ruang tradisional Bali yang memastikan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.

Panglipuran sering disebut sebagai salah satu desa terbersih di dunia—dan itu bukan tanpa alasan. Setiap rumah diatur sejajar, jalan desa tertata rapi tanpa kendaraan bermotor, dan hampir tidak ada sampah berserakan. Masyarakat setempat menerapkan pengelolaan sampah ketat: setiap rumah wajib memilah sampah organik dan anorganik. Sampah organik dijadikan kompos untuk taman dan kebun, sementara sampah anorganik diolah kembali melalui bank sampah.

Pola hidup seperti ini bukan hanya menjaga keindahan desa, tapi juga jadi contoh nyata penerapan ekonomi sirkular, di mana limbah bukan akhir dari siklus, melainkan awal dari sesuatu yang baru dan bermanfaat.

2. Desa Pentingsari, Yogyakarta: Penerima Penghargaan Wisata Berkelanjutan Dunia

Tak kalah menarik, Desa Pentingsari di Sleman, Yogyakarta, termasuk dalam 100 besar destinasi berkelanjutan dunia versi Global Green Destinations Days. Desa ini masih mempertahankan nuansa pedesaan klasik dengan sawah, hutan bambu, dan sungai kecil yang mengalir di tengah permukiman.

Yang membuat Pentingsari unik adalah kesadaran warganya terhadap konservasi alam. Mereka mengelola sampah rumah tangga secara kolektif, menggunakan energi hemat, serta memanfaatkan sumber daya alam secara bijak. Para wisatawan yang datang diajak untuk belajar membuat kompos, menanam pohon, hingga ikut kegiatan eco trekking.

Dengan semangat gotong royong, warga Pentingsari membuktikan bahwa pariwisata bisa berjalan seimbang dengan pelestarian lingkungan.

3. Desa Tamansari, Banyuwangi: Smart Kampung yang Modern tapi Tetap Lestari

Desa Tamansari di Banyuwangi dikenal sebagai “Desa Wisata Berbasis Smart Kampung” sejak 2016. Meski mengusung konsep digitalisasi, desa ini tetap memegang teguh nilai keberlanjutan. Sistem smart village-nya bukan hanya soal teknologi, tapi juga bagaimana masyarakat mengelola potensi wisata dan kebersihan secara efisien.

Setiap jalur wisata dan area pertanian dijaga kebersihannya. Pengelolaan limbah dilakukan secara mandiri oleh warga, dan berbagai inisiatif ramah lingkungan terus dikembangkan. Saat kamu berkunjung, jangan lewatkan pengalaman menginap di homestay lokal yang nyaman namun tetap mempertahankan arsitektur tradisional.

Tamansari adalah contoh bagaimana desa bisa maju dan “cerdas” tanpa kehilangan akar ekologis dan budayanya.

4. Desa Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur: Desa di Awan yang Menjaga Alamnya

Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, Desa Wae Rebo terkenal dengan tujuh rumah adat berbentuk kerucut bernama Mbaru Niang. Pemandangan alam pegunungan yang hijau dan udara sejuk menjadikan desa ini destinasi impian bagi para pencinta alam dan budaya.

Namun di balik keindahannya, Wae Rebo juga menyimpan filosofi hidup yang ramah lingkungan. Masyarakat setempat hidup sederhana dan menjaga hutan sekitar sebagai bagian dari warisan leluhur. Akses menuju Wae Rebo memang cukup menantang, tapi mungkin justru di situlah pesonanya: desa ini tetap eksklusif, terjaga dari modernisasi yang berlebihan, dan menjadi oase keaslian di tengah dunia yang serba cepat.

Ketika Wisata Jadi Gerakan Sadar Lingkungan

Desa-desa wisata seperti Panglipuran, Pentingsari, Tamansari, dan Wae Rebo adalah bukti nyata bahwa liburan bisa tetap cerdas dan berkelanjutan. Mereka menerapkan prinsip ekonomi sirkular, di mana sumber daya digunakan secara efisien dan hasil akhirnya memberi manfaat bagi lingkungan maupun masyarakat.

Bagi kamu yang ingin berlibur tanpa meninggalkan jejak karbon berlebih, menjelajahi desa wisata bisa jadi pilihan tepat. Selain menikmati keindahan alam dan budaya, kamu juga ikut berkontribusi dalam menjaga bumi—sambil membawa pulang pengalaman yang lebih bermakna.

Karena pada akhirnya, liburan terbaik bukan hanya tentang foto-foto indah di media sosial, tapi tentang bagaimana perjalananmu bisa memberi dampak positif untuk alam dan sesama.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading