Sukses

Entertainment

Marischka Prudence: Menyadari Sebagai Perempuan Kuat Setelah Banyak Traveling

Next

Marischka Prudence

Mantan reporter, kini presenter

Saya sudah nggak membawakan hard news lagi. Tiga tahun sebagai reporter Metro TV, karier saya berjalan ke arah yang lain yaitu membawakan acara jalan-jalan. Nama programnya dulu Archipelago, namun sejak Januari tahun ini berubah menjadi Travelista. Saya bisa tercemplung ke dunia jalan-jalan ini diawali dari keikutsertaan saya di pelatihan diving, waktu itu saya salah satu reporter yang termasuk. Setelah itu, saya beberapa kali diajak untuk membawakan acara Archipelago karena membutuhkan reporter yang bisa diving disebabkan daerah yang dikunjungi adalah spot yang memang untuk itu. Sempat berada di dua program yang berbeda, akhirnya di pertengahan tahun lalu saya diputuskan untuk terjun total ke acara ini. Perubahan nama acara  pun lalu dilakukan seiring dengan memperbaharui konsep tayangan yang ingin mengangkat tema traveling dengan konsep yang lebih fun dan modern.

Bila dibandingkan antara hard news dan traveling, keduanya sama-sama seru karena saya tetap diharuskan untuk mobile. Yang membedakan, traveling menjadi lebih terasa berpetualangnya karena saya harus bisa berkomunikasi dengan penduduk lokal suatu daerah dan berkelilingi hampir se-Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Bisa dibilang saya menjalani dream job untuk kebanyakan orang. Pekerjaan saya kini berjalan-jalan dan saya menghasilkan uang dari situ. Senang banget. Rasanya saya sudah menemukan dunia saya di sini. Kalau pun nanti saya nggak bekerja di televisi lagi, saya sepertinya akan terus menjalani profesi di seputar traveling.

Next

Marischka Prudence

Saya bekerja di dunia traveling, bukan traveler

Menjalani profesi di bidang traveling, saya rasa saya belum menjadi traveler yang sesungguhnya. Saya berjalan-jalan dalam rangka bekerja dalam sebuah tim, sehingga ketika sampai di daerah tujuan kami setim sudah ditentukan akan pergi kemana dan melakukan apa. Beda ceritanya untuk seorang traveler betulan yang punya hak eksklusif untuk menentukan sesuka hati agenda perjalanannya. Sistemnya berbeda, namun sedikit banyak kehidupan saya memang seperti traveler yang menemukan hal-hal baru, harus pintar beradaptasi dengan macam-macam kondisi dan situasi, dan jadi jarang pulang hahaha…

Walaupun namanya bekerja, saya tetap bisa menikmati perjalanan kok. Pernah di kunjungan saya ke Pulau Dodola di Pulai Morotai, Maluku Utara, saya nekat untuk berenang di pantainya walaupun saat itu nggak membawa baju renang. Pulau itu indah dan bersih banget. Kehalusan pasirnya bahkan menyerupai bedak karena masih sangat murni. Pulau itu juga seperti memiliki kembaran dengan pulau di seberangnya dan ketika air sedang surut akan ada jembatan yang menghubungkan kedua pulau itu. Berkesan banget pokoknya.

Tapi, jujur di dalam hati, profesi yang saya jalankan sekarang ini belum terlalu memenuhi keinginan. Saya sebenarnya ingin menjadi travel writer karena menurut saya tulisan akan lebih tahan lama untuk bisa dibaca dan dinikmati oleh orang lain ketimbang tayangan televisi. Nggak semua orang menonton acara saya, lalu menyimpannya dan memutarnya berulang-ulang. Beda dengan tulisan yang bisa dicari dan disimpan, lalu bisa dengan mudah dibaca kembali ketika diinginkan atau diperlukan. Inginnya, perjalanan saya ini bisa menjadi referensi atau motivasi untuk orang lain, karena saya ingin apa yang saya kerjakan bisa bermanfaat untuk orang lain.

Next

Marischka Prudence

Saya bukan perempuan high maintenance

Mungkin juga karena atas dasar pekerjaan, penampilan saya lebih centil dibandingkan traveler beneran. Cat kuku saya berwarna cerah dan muka dipulas make up. Ini memang bawaan saya dari kecil, dimana saya terlahir sebagai anak bungsu dengan saudara yang semuanya perempuan. Saat menjadi reporter pun saya sudah berpenampilan rapi dengan tata rias wajah, yang ternyata kebiasaan ini tetap bisa dilanjutkan ketika membawakan acara jalan-jalan. Malah sekarang saya bisa lebih kreatif karena nggak harus berseragam lagi sehingga bisa menggunakan outfit yang lebih santai, girly, tapi tetap rapi dan sopan. Cerita lucunya adalah ketika saya ke Gunung Rinjani, saya tetap menyempatkan memakai pensil alis, sedikit eye show, blush on, dan lip gloss. Ketika keluar dari tenda, saya sudah berpenampilan full make up.

Tapi ini bukan hanya karena saya suka dandan, tapi juga untuk memenuhi tuntutan profesi yang mengharuskan saya untuk tampil menarik. Saya nggak mungkin cuek saja terlihat kucel dan pucat, namun juga nggak berlebihan berdandan ketika lokasi peliputan saya di atas gunung. Makanya, saya bisa bilang kalau saya bukan perempuan high maintenance. Penampilan saya yang berdandan ini, bukan berarti saya manja dan menuntut keistimewaan ketika bekerja. Ketika nggak banyak pilihan untuk toilet, makanan atau tempat menginap karena tempat-tempat yang saya datangi juga bukan termasuk situs wisata populer, saya nggak menjadikan itu hal yang merepotkan, dijalani saja. Kenyamanan itu bisa datang dengan sendirinya ketika saya nggak membuat itu ribet. Malah, dengan telah melewati banyak hal dan berkunjung ke berbagai tempat, saya jadi menyadari kalau saya ternyata perempuan yang kuat, secara fisik dan mental, bisa bertahan di berbagai kondisi dan situasi. Kalau saya manja, tentu saya nggak berada di pekerjaan ini lagi hingga sekarang. Cukup bangga juga dengan diri sendiri, karena dulunya saya adalah anak kota yang mainnya di seputar pusat kota saja, tapi ternyata tangguh juga untuk bepergian.

Next

Marischka Prudence

Chantal Della Concetta itu…

Adalah kakak yang lucu tapi suka gengsi untuk menunjukkan kalau dia menaruh perhatian dengan seseorang. Seringnya ia bertingkah cuek, padahal di belakang sikap itu malah sebaliknya. Seperti kalau dia ingin tahu bagaimana kabar saya, dia nggak bertanya langsung tapi malah bertanya kepada kakak saya yang lain. Dia juga yang memberikan saya keyakinan pertama kali ketika menerima pekerjaan di dunia jurnalisme. Setelah semua ini berjalan dan ternyata saya baik-baik saja, dia bisa melihat kalau adik bungsunya ini bisa. Malah, mungkin saya lebih tangguh daripada dia, karena dia nggak akan mau traveling kemana-mana seperti pekerjaan saya sekarang ini hahaha…

Di balik semua itu, dia adalah kakak yang baik. Pengalaman hidupnya berumah tangga terkadang membuatnya melontarkan pernyataan kalau saya harus bisa jadi perempuan yang mandiri. Tapi itu nggak dilakukannya tanpa mendoktrin atau menggurui. Dia hanya ingin kalau adiknya baik-baik saja. Bisa dilihat kan betapa perhatiannya dia?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading