Sukses

Parenting

Media Sosial, Remaja Yang Semakin 'Liar' dan Peranan Orang Tua

Jika ditelaah lagi, setiap zaman memiliki standar keren yang berbeda.

  • Zaman bapakku dulu, yang namanya media sosial itu adalah nge-break menggunakan radio amatir dengan nama panggilan aneh-aneh. Makin tinggi rig atau antena pemancar, makin kerenlah orang itu.
  • Zaman kakakku dulu, yang namanya media sosial itu adalah bawa koin seratus rupiah satu kresek besar dan mantengin telepon umum sambil berdiri. Kalau bisa menemukan telepon umum paling sepi dan bisa berdiri berjam-jam, makin kerenlah orang itu.
  • Zamanku dulu, yang namanya media sosial itu adalah telepon pacar dengan metode telepon tiga detikan. Waktu itu operator telepon selular menerapkan sistem telepon tiga detik pertama gratis. Kalau pulsa tidak terpotong dan bisa telepon tiga detik berkali-kali, makin kerenlah orang itu.
  • Zaman adikku dulu, yang namanya media sosial itu adalah terhubung ke internet dan buka MirC lalu ketik “ASL Pls” (Age, Sex, Location, Please). Kalau bisa window chat makin banyak makin kerenlah orang itu.

Sudah ah… masih ada YM, masih ada Friensdter, masih ada BBM, pokoknya banyaklah...

Media Sosial. salah satu hal yang membuat era teknologi saat ini menjadi lebih berwarna. Media sosial menjadi alat komunikasi modern untuk membina hubungan. Penggunanya bervariasi, mulai dari remaja hingga orang dewasa dengan kepentingannya masing-masing. Tidak jarang apapun yang ada di media sosial, juga menjadi sangat mudah untuk diketahui oleh banyak orang, tidak terkecuali para remaja yang sedang mengalami masa tumbuh kembang baik secara fisik maupun mental.

Dunia media sosial mengajarkan para remaja tersebut mengenai satu hal, yaitu kebebasan. Kebebasan untuk berekspresi, menunjukkan atau bahkan sekedar menyerap informasi. Kebebasan itu yang rupanya membuat beberapa remaja menganggap mereka bebas untuk melakukan segala sesuatunya tanpa memikirkan apa konsekuensi yang muncul dari segala tindakannya tersebut. Judgement dari masyarakat sekalipun dirasa tidak terlalu memberi efek jera atau malah terkadang sengaja dicari dalam rangka untuk semakin mencari perhatian dan sensasi dari khalayak ramai.

Foto: copyright thegeekparent.com

Penggunaan media sosial tidak selalu memberikan efek buruk bagi para remaja, tidak sedikit pula remaja yang meraih kesuksesan melalui media sosial. Lantas bagaimana agar situasi mencemaskan tersebut tidak terjadi kepada para remaja-remaja lainnya? Penanaman nilai serta pola asuh dalam keluarga menjadi salah satu hal yang paling krusial untuk membentuk karakter maupun kepribadian seorang remaja nantinya.

Berkembangnya teknologi memang menuntut penggunanya untuk lebih bijaksana dalam menggunakannya. Kemampuan untuk mengolah informasi yang diserap menjadi lebih penting ketimbang meributkan apa saja yang ada di media sosial saat ini. Kebebasan, termasuk kebebasan media sosial menjadi salah satu sahabat terbaik bagi remaja namun juga menjadi ancaman apabila tidak ditanggapi dengan bijaksana.

Fenomena yang sedang ditampilkan di media sosial baik melalui blog, gambar, foto, sindiran meme, animasi gif, video pendek 30 detik hingga versi vlog yang panjang dan media eksis lainnya inilah media ekspresi mereka. Sebagai orangtua Anda mau membatasi hak akses mereka? Silahkan. Tapi Anda juga mesti ingat ini era mereka, ini cara mereka untuk tampil. Buat Anda mungkin yang mereka lakukan tidak bermutu dan mengganggu tapi buat mereka ini penting.

Remaja saat ini jauh lebih hebat, dengan segala kreativitas mereka melalui media sosial, mereka mampu menghasilkan uang lho. Saya tidak yakin saat Anda seusia mereka Anda juga sudah punya kualitas kreativitas setajam mereka. Untuk itu hargailah upaya mereka.

Lalu, sebagai orang tua, bagaimana seharusnya Anda bersikap agar putera-puteri tetap bijaksana saat menggunakan media sosial dan bisa memilah baik buruknya segala hal yang ada di media sosial?

(vem/yel)

Sikap Anda Sebagai Orang Tua

Melarang anak menggunakan sosial media sudah tentu bukan jawaban atas kekhawatiran Anda. Inilah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:

  1. Ingatlah senantiasa bahwa perilaku anakmu itu adalah hasil didikanmu. Terlepas yang mendidik adalah pembantu, suster yang merawat tapi itu tetap adalah hasilmu mendidik anakmu yang Anda limpahkan pada orang lain.
  2. Menjadi remaja tidak pernah mudah. Menjadi orangtua dari remaja juga tidak mudah. Anda pernah jadi remaja tapi anakmu tidak pernah jadi orangtua. Anda yang harus lebih dulu memahami anak remaja Anda.
  3. Mestinya Anda juga ingat bahwa ketika Anda remaja, menjadi keren itu penting. Itu yang sedang terjadi dengan remaja Anda, dampingi mereka, luangkan waktu. Anda juga bisa kok jadi ortu keren yang gaul tanpa perlu menjadi norak.
  4. Sangat mudah pada usia remaja terjebak pada pola pikir yang salah. Kalaupun suatu saat mereka jatuh, tidak perlu menyalahkan, mereka juga punya nurani yang sudah menegur mereka dan semua bisa diperbaiki.
  5. Dukung mereka untuk memanfaatkan media sosial seluas-luasnya dalam arti yang positif. Dari titik ini tanamkan kepada mereka mengenai nilai kepercayaan. Buat mereka sadar betul bahwa kepercayaan itu mahal dan sangat rapuh, jadi jangan dinodai.
  6. Jadilah orangtua yang bijak. Silahkan stalking media sosial anak Anda, tapi jangan sampai Anda kepo dan membuat anak Anda malu di depan teman-temannya.
  7. Luangkan waktu sejenak untuk memahami berbagai macam media sosial lengkap dengan fitur dan fungsinya masing-masing. Belajarlah dari remaja Anda, kerendahan hati Anda akan membuat mereka respect kepada Anda.
  8. Kalau mereka menceritakan apa yang sedang mereka lakukan dengan media sosialnya, dengarkan! Ya. Cukup dengarkan saja. Berikan masukan bukan malah menghakimi. Menghakimi hanya membuat mereka kapok cerita kepada Anda. Pasang telinga dan hati Anda, kunci rapat mulut Anda.

Lalu jika yang membaca konten ini adalah remaja yang punya orang tua sangat cerewet soal media sosial, inilah beberapa hal yang harus kamu pahami.

Jika Orang Tua Kamu Cerewet Soal Media Sosial

Yang namanya orang tua, jelas wajar jika mencemaskan kehidupanmu saat ini. Apalagi di luar sana, ada banyak kasus kejahatan dan kenakalan remaja yang berawal dari media sosial. Memahami orang tua bisa menjadi PR untukmu. Inilah beberapa sikap yang harus kamu pahami sebagai remaja kekinian:

  1. Silahkan menjadi keren, keren karena menjadi diri sendiri. Ya keren itu penting, saya juga merasa begitu kok. Tapi jadilah keren yang berguna dan sesuai norma.
  2. Apakah kamu menganggap orangtuamu kuno, kolot, ga tahu apa-apa? Maka kamu benar, di jaman mereka nggak ada media sosial yang se hype ini. Bantu mereka memahami duniamu.
  3. Orangtua menentang, wajar! Mereka hanya sedang tidak paham apa yang sedang kamu lakukan! Ceritakan ke mereka apa yang sedang kamu lakukan. Selama Anda tidak sedang melakukan yang salah dan menentang norma, ngapain kamu malu untuk cerita. Siapa tahu mungkin ketika kamu cerita, justru dapat masukan atau bahkan suntikan modal gratis kan.
  4. Sempatkan berpikir sejenak untuk masa depanmu sendiri. Kamu mau melubangi telinga dengan diameter di luar kewajaran, mungkin itu keren saat ini di lingkunganmu. Tapi nanti ketika kamu dewasa, siapkah menerima konsekuensi daun telinga yang terlanjur melar?
  5. Di Internet segala hal beredar di sana, ada yang baik dan ada yang buruk; ada yang patut dan ada yang tak patut; ada yang benar dan ada yang salah. Kamu sudah tahu harus pilih yang mana.
  6. Yang keren belum tentu baik; yang baik belum tentu keren. Masih ada kok pilihan menjadi tetap baik dan kemudian menjadi keren. Kamu mungkin berpikir menjadi tidak baik supaya tampak keren, tapi ingat penyesalan akan mengikuti sampai kapanpun.

Bagaimanapun juga, berkeluarga tidak pernah mudah. Keluarga adalah tempat belajar terpenting untuk masa depan setiap anggotanya. Berkomunikasilah dan silahkan saling menghargai!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading