Sukses

Parenting

Seperti Apa Dampak Anak Sering Dimarahi? Simak 5 Ulasan Berikut Ini

Fimela.com, Jakarta Meminta mainan, tidak mau makan, nangis tak henti-henti, hingga tidak mau diam, adalah serangkaian hal-hal yang dilakukan anak. Dalam situasi yang tak kondusif, terkadang hal ini membuat orangtua emosi. Bila tidak kuat menghadapinya, orangtua pun melampiaskan kemarahannya kepada si kecil.

Mulai dari memarahi lewat ucapan hingga memukul anak, hal ini biasanya dilakukan untuk mendisiplikan agar tidak melakukan hal negatif secara berulang. Namun tahukah, jika anak terus dimarahi akan mengakibatkan masalah pada diri si kecil.

Bukannya patuh, psikis anak justru akan terganggu? Lalu apa dampak anak sering dimarahi? Berikut penjelasaanya, dilansir dari berbagai sumber.

1. Tidak percaya diri

Anak yang selalu dimarah, apalagi menggunakan kata-kata negatif bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Hal ini dikarenakan anak merasa akan selalu salah dengan perbuatannya.

2. Menganggu fungsi berfikir

Anak pastinya merasa ketakutan jika orangtua membentak ketika marah. Anak menjadi takut, lalu produksi hormon kortisol atau hormon stres akan meningkat, yang dapat memutuskan sambungan neuron atau sel-sel otak. Hal ini mengakibatkan proses berpikir anak jadi terganggu, tidak bisa membuat perencanaan, sulit mengambil keputusan, dan tak bisa menerima informasi dengan baik.

3. Tidak memiliki semangat

Kemarahan orangtua yang emosional juga bisa membuat mood anak menghilang, inilah mengapa anak jadi malas dan tidak memiliki semangat dalam melakukan aktivitasnya.

4. . Gangguan Kesehatan dan Fisik

Anak yang sering dimarahi dapat mengalami depresi. Kadang pelampiasannya bisa ke makanan, bisa tidak nafsu makan atau makan berlebihan. Hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang, otot-otot, dan organ vitalnya. Jika hal ini terjadi, maka tubuh anak bisa makin lemah dan rentan mengalami gangguan kesehatan.

Serta fisik, saat dimarahi anak akan mudah khawatir dalam hal apapun. Di saat inilah akan muncul gejala-gejala fisik. Seperti, anak menjadi sulit tidur, mudah pusing, sakit perut, diare, mual, nafsu makan menurun, daya tahan tubuh melemah.

5. Anak Berisiko Menjadi Pecandu

Bila dampaknya sangat parah, anak bisa mencari "pelarian" yang lebih berbahaya. Dengan mengonsumsi alkohol atau bahkan obat-obatan terlarang bisa saja dilakukan untuk mengatasi rasa depresi yang dialaminya. Karena merasa dirinya sudah tak berguna, maka dia bisa melakukan hal sembrono tanpa memikirkan konsekuensinya.

#Changemaker

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading