Sukses

Parenting

Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Sering Menangis dan Mengamuk

Fimela.com, Jakarta Menangis menjadi salah satu cara anak berkomunikasi dengan kita, apalagi bagi balita. Namun, jika menangis hingga mengamuk orangtua juga akan merasa kesulitan dalam mengatasi dan menghadapinya.

Biasanya menangis dan mengamuk pada anak disebut juga dengan tantrum. Tantrum termasuk bagian dari perkembangan anak yang normal karena ia sedang berusaha menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal. Secara tantrum umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan antara usia 1 hingga 3 tahun.

Ada banyak penyebab si kecil tantrum atau memangis dan mengamuk, melansir dari kidshealth.org, penyebabnya bisa ketika anak-anak lelah, lapar, atau tidak nyaman. Si kecil bisa kesal karena mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti mainan.

Tantrum sering terjadi selama tahun kedua kehidupan, ketika keterampilan bahasa mulai berkembang. Karena balita belum bisa mengatakan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan, pengalaman yang membuat frustrasi dapat menyebabkan amukan. Saat keterampilan bahasa meningkat, amukan cenderung menurun.

Balita menginginkan kemandirian dan kendali atas lingkungannya, lebih dari yang sebenarnya dapat mereka tangani. Hal ini dapat menyebabkan perebutan kekuasaan ketika seorang anak berpikir "Saya dapat melakukannya sendiri" atau "Saya menginginkannya, berikan kepada saya." Ketika anak-anak mengetahui bahwa tidak dapat melakukannya dan tidak dapat memiliki semua yang mereka inginkan, mereka mungkin akan menangis hingga mengamuk.

Ketika anak menangis dan mengamuk, jangan memperumit masalah dengan rasa frustrasi atau amarah dirimu sendiri. Ingatkan dirimu bahwa tugas membantu anak belajar tenang. Jadi orangtua juga harus tenang.

Tantrum harus ditangani secara berbeda tergantung pada mengapa anak marah. Terkadang, mungkin perlu memberikan penghiburan. Jika anak lelah atau lapar, inilah waktunya untuk tidur siang atau makan camilan. Di lain waktu, sebaiknya abaikan ledakan atau alihkan perhatian anak dengan aktivitas baru.

Jika amukan terjadi untuk mendapatkan perhatian orang tua, salah satu cara terbaik untuk mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya. Jika amukan terjadi setelah anak ditolak, tetaplah tenang dan jangan memberikan banyak penjelasan mengapa anak tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Lanjutkan ke aktivitas lain bersama anak.

Menghindari Tantrum

Lantas, bagaimana caranya menghindari atau mencegah anak tantrum? 

1. Berikan banyak perhatian positif

Biasakan untuk memuji anak sebagai anak yang baik. Berikan perhatian untuk perilaku yang positif, sesekali berikan hadiah karena sikap baik si kecil.

2. Cobalah memberi balita kendali atas hal-hal kecil

Tawarkan pilihan kecil seperti "Apakah ingin jus jeruk atau jus apel?" atau "Apakahingin menyikat gigi sebelum atau sesudah mandi?" Dengan cara ini, anak akan merasa memiliki tanggung jawab atasan pilihannya. Dan merasa memiliki kuasa akan dirinya.

3. Jauhkan objek terlarang dari pandangan dan jangkauan

Hal ini membuat perjuangan menjadi kecil kemungkinannya. Jelas, hal ini tidak selalu memungkinkan, terutama di luar rumah yang lingkungannya tidak dapat dikendalikan.

4. Alihkan perhatian anak

Manfaatkan rentang perhatian singkat si kecil dengan menawarkan sesuatu yang lain sebagai pengganti apa yang tidak dapat mereka miliki. Mulailah aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas yang membuat frustrasi atau terlarang. Atau cukup ubah lingkungan. Ajak balita keluar atau masuk atau pindah ke ruangan lain.

5. Ajarkan keterampilan baru

Bantu anak-anak belajar melakukan sesuatu. Puji si kecil agar merasa bangga dengan apa yang dapat dilakukan. Juga, mulailah dengan sesuatu yang sederhana sebelum melanjutkan ke tugas yang lebih menantang. Dan  pertimbangkan permintaan tersebut dengan hati-hati ketika anak menginginkan sesuatu.

 

 

 

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading