Sukses

Parenting

Mengenal Selective Mutism, Gangguan Kecemasan sehingga Anak Tak Bisa Berbicara

Fimela.com, Jakarta Kecemasan bisa menjadi respons alami tubuh terhadap situasi yang dirasa tidak pasti dan mengancam. Namun, kecemasan yang berlebihan dan lebih intens dapat mengganggu aktivitas seseorang yang membuatnya menarik diri dan mungkin mengalami serangan panik. Keadaan tersebut dapat dikategorikan sebagai gangguan kecemasan.

Terdapat beberapa jenis gangguan kecemasan yang mungkin dialami sebagian orang, salah satunya selective mutism. Pernah kah Sahabat Fimela mendengar mengenai selective mutism? Dilansir dari cedars-sinai.org, selective mutism adalah kondisi ketika seorang anak tidak mampu berbicara dalam situasi tertentu, namun dapat berbicara dengan baik dalam situasi lain yang dirasa nyaman.

Kondisi tersebut umumnya berkaitan dengan gangguan kecemasan pada anak. Seorang anak dengan selective mutism mungkin merasa beberapa situasi sosial, seperti dihadapkan dengan banyak orang atau bersosialisasi dengan orang yang jarang ditemui, sangat menegangkan sehingga anak tidak dapat berbicara. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan sosial-emosional anak.

Penyebab Selective Mutism

Selective mutism bisa terjadi pada siapa saja, tetapi sering kali dialami pada anak-anak, sekitar usia 2 hingga 4 tahun. Jika kondisi ini tidak ditangani dapat berlanjut hingga dewasa. Tidak ada penyebab pasti dari selective mutism ini. Namun, terdapat beberapa faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya selective mutism, antara lain:

  • Gangguan kecemasan
  • Masalah dalam keluarga
  • Masalah psikologis yang tidak diobati
  • Masalah harga diri
  • Masalah dengan pemrosesan suara
  • Masalah berbicara atau bahasa, seperti gagap
  • Riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan
  • Pengalaman traumatis

Beberapa ahli menganggap selective mutism sebagai rasa takut atau fobia berbicara dengan orang tertentu. Jika anak memiliki gangguan berbicara dan bahasa atau masalah pendengaran, hal ini juga bisa membuat anak lebih stres saat berbicara. Sehingga mereka memilih untuk tidak berbicara dalam situasi tertentu. Selain itu, beberapa anak mungkin mengalami kesulitan memproses informasi sensorik seperti suara keras dan desakan saat dihadapkan dengan situasi ramai, yang membuatnya menutup diri dan tidak dapat berbicara.

Gejala Selective Mutism pada anak

Selective mutism sering kali tidak disadari sampai anak mulai berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya, seperti saat mulai memasuki sekolah. Dilansir dari www.nhs.uk, gejala utama anak mengalami selective mutism adalah kegagalan berbicara selama sebulan atau lebih hanya dalam situasi sosial tertentu. Beberapa anak dengan selective mutism mungkin menunjukkan tanda-tanda tambahan, seperti:

  • Gugup dan gelisah
  • Menarik diri dari lingkungan sosial
  • Rasa malu yang berlebihan
  • Gangguan obsesif kompulsif
  • Depresi
  • Keterlambatan perkembangan
  • Gangguan komunikasi
  • Mudah marah atau kasar
  • Keras kepala

Selain itu, anak dengan selective mutism lebih percaya diri untuk berkomunikasi dengan gerakan isyarat. Misal mengangguk untuk menyatakan “iya” atau menggelengkan kepala untuk menjawab “tidak”. Dalam kondisi yang lebih parah bahkan anak menghindari segala bentuk komunikasi baik lisan, tulisan, maupun isyarat.

 

Penulis: Maritza Samira.

#BreakingBoundariesNovember

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading