Sukses

Parenting

Jangan Anggap Remeh! Waspadai Dampak Orangtua yang Sering Berbohong pada Anak

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, setiap orangtua tentu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, termasuk melindungi mereka dari kenyataan yang dianggap terlalu berat. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan mengatakan "kebohongan kecil" atau little white lies, seperti, "Kalau nggak makan nanti dokter suntik, lho” demi membuat anak menurut atau “Ini nggak dijual. Ya kan, Mas?” agar anak berhenti merengek meminta suatu barang di toko. Meskipun terlihat sepele, kebiasaan ini ternyata bisa berdampak serius bagi perkembangan anak.

Meski bertujuan menjaga perasaan atau menghindari konflik, ternyata berbohong pada anak dapat merusak fondasi penting dalam hubungan orangtua dan anak, yakni kepercayaan. Saat mereka menyadari bahwa orangtuanya jarang berkata jujur, rasa percaya mereka bisa terganggu dan hubungan emosional pun ikut terpengaruh.

Maka dari itu, penting bagi orangtua untuk memahami bahwa setiap ucapan dan tindakan punya efek yang membekas dalam diri anak—terutama yang menyangkut kejujuran. Fimela akan membahas beberapa dampak yang ditimbulkan jika orangtua sering berbohong pada anak—dilansir dari sciencedaily.com.

1. Menurunnya Kepercayaan Anak

Ketika anak menyadari bahwa orangtua tidak jujur, mereka mulai meragukan semua kalimat yang keluar dari mulut orangtua. Hal ini dapat mengikis kepercayaan anak terhadap orangtua dan membuat mereka enggan berbagi atau mendengarkan nasihat di masa depan.

2. Anak Cenderung Meniru Perilaku Berbohong

Anak-anak selalu belajar dari contoh yang diberikan oleh orangtua. Jika mereka sering melihat orangtua berbohong, mereka mungkin menganggap bahwa berbohong adalah perilaku yang dapat diterima. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang sering dibohongi oleh orangtuanya cenderung lebih sering berbohong saat dewasa dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri secara sosial dan psikologis.

3. Dampak Psikologis Jangka Panjang

Kebiasaan berbohong dari orangtua dapat menyebabkan anak mengalami perasaan bersalah, malu, dan kesulitan dalam mengatur emosi. Mereka juga mungkin akan tumbuh dengan sifat manipulatif dan egois sebagai mekanisme pertahanan.

4. Konflik Internal dan Kebingungan Moral

Ketika anak diajarkan bahwa kejujuran adalah nilai penting, tetapi melihat orangtua mereka berbohong, mereka mengalami konflik internal. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan moral dan kesulitan dalam membedakan antara benar dan salah.

Alternatif untuk Menghindari Kebohongan

Daripada berbohong, orangtua disarankan untuk memberikan penjelasan yang sesuai dengan usia anak. Misalnya, jika anak meminta sesuatu yang tidak dapat diberikan, jelaskan alasannya dengan jujur dan sederhana. Pendekatan ini membantu membangun kepercayaan dan mengajarkan anak tentang realitas dengan cara yang konstruktif.

 

Jadi, yuk kita mulai untuk berkata jujur dan terbuka agar hubungan kita dengan anak selalu sehat dan penuh kepercayaan!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading