Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua, pasti kamu menginginkan yang terbaik untuk anak. Mulai dari pola asuh, asupan gizi, dan pendidikannya, semua itu mungkin sudah dirancang dari jauh-jauh hari supaya anak mendapatkan yang terbaik lebih dari kita dulu. Namun, tidak semua yang baik menurut kita juga baik untuk mereka, apalagi di masa sekarang ini dengan pesatnya perkembangan teknologi. Tantangan akan selalu hadir menyapa tanpa bisa dicegah bahkan pola asuh yang salah bisa berdampak buruk bagi psikologis mereka hingga dewasa.
Kata-kata dan tindakan kita sebagai orangtua akan menjadi contoh, entah baik atau buruk, yang kemudian membantu membentuk cara mereka betindak, berpikir, dan merasa. Sehingga, jika sampai salah dalam mengasuhnya akan dipastikan dapat menyebabkan hasil yang buruk. Oleh karena itu, pandailah memilih pola asuh ya! Jangan biarkan mereka tersakiti tanpa kita sadari. Karena dari perkembangan otak, masalah perilaku, hingga ketergantungan seumur hidup, pilihan yang dibuat orangtua sangat memengaruhi anak-anak mereka. Apakah kamu pernah melakukan salah satu kesalahan dalam mengasuh anak ini?
Nah, agar Sahabat Fimela terhindar dari permasalahan pola asuh yang salah, lebih baik kita sama-sama mengenali dulu dampak psikologisnya. Kami sudah merangkum dari davidwolfe.com. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Advertisement
Advertisement
1. Kecemasan
Orangtua yang terus-menerus mengawasi dan mengkritik setiap gerakan anak mereka dapat menyebabkan anak mengalami kecemasan, bahkan depresi ekstrem yang berbahaya. Memarahi dan mengkritik dapat menyebabkan anak meragukan diri mereka sendiri dan kemampuannya. Sebaliknya, perlindungan yang berlebihan dapat mendorong anak menjadi takut terhadap segala hal dan kurang mandiri. Di sisi lain, pengasuhan yang mendukung dapat mengurangi kecemasan.
2. Kecanduan yang Berbahaya
Jika orangtua terus-menerus memberi tahu anaknya tentang banyaknya masalah yang mereka timbulkan, anak tersebut kemungkinan besar akan menyimpulkan bahwa semua orang akan lebih baik tanpanya. Hal ini dapat menyebabkan perilaku yang merusak diri sendiri, seperti kecanduan minuman keras, obat-obatan, atau olahraga ekstrem atau perilaku yang lebih berbahaya lainnya. Anak tersebut akan mulai sengaja menempatkan dirinya dalam situasi berbahaya karena ia percaya bahwa dirinya tidak berharga.
3. Merasa Harga Diri Rendah
Setiap kali orangtua membandingkan anaknya dengan orang lain, mereka tanpa sengaja merendahkan harga diri anaknya. Kalimat seperti “Mengapa kamu tidak mendapat nilai 'A' pada ujian seperti kakakmu?” atau “Tono mencetak 2 angka pada pertandingan terakhir dan kamu tidak berhasil pulang sekali pun!” Nah, hal-hal seperti ini dapat bermanifestasi menjadi rasa rendah diri. Anak akan tumbuh dengan harga diri yang rendah, terus-menerus membandingkan dirinya dengan orang lain dan percaya bahwa dirinya tidak cukup baik dalam segala hal.
4. Masalah Kepercayaan
Meskipun mengajarkan “bahaya orang asing” mungkin dapat bermanfaat saat anak masih kecil, terus-menerus memberi tahu anak bahwa tidak ada seorang pun yang dapat dipercaya akan berdampak negatif pada kehidupan mereka selanjutnya. Mereka mungkin tidak akan pernah dimanfaatkan, tetapi mereka juga dapat mengembangkan masalah kepercayaan serius yang akhirnya berdampak serius pada hubungan mereka. Menariknya, masalah kepercayaan ini muncul dari orang yang memberikan kepercayaan, bukan orang yang dipercaya.
5. Penindasan Bakat dan Kurangnya Inisiatif
Tahukah kamu, kalau ternyata semua anak harus diizinkan untuk melamun, lho! Ketika orangtua memberi tahu seorang anak bahwa mereka tidak realistis, hal itu dapat menyebabkan anak tersebut menyerah pada impiannya. Menolak untuk mendukung atau mengejek apa yang diimpikan anak juga dapat menyebabkan anak menekan bakatnya, menyerah pada impiannya, dan menunjukkan kurangnya inisiatif di masa mendatang, karena takut ditertawakan. Lebih baik sebagai orangtua, kamu sepenuhnya mendukung impian tersebut dengan cara yang konstruktif.
6. Depresi dan Rasa Bersalah
Banyak orangtua yang mengorbankan banyak hal demi anak-anak mereka. Namun, orangtua yang terus-menerus mengingatkan anak-anaknya tentang apa yang telah mereka korbankan dapat menimbulkan perasaan bersalah dan depresi. Anak-anak mulai merasa bahwa mereka adalah masalah dan tidak pantas mendapatkan apa yang mereka miliki, entah itu pendidikan, rumah yang bagus, atau pakaian yang mereka kenakan. Perasaan tidak berharga ini dapat terus menghantui anak-anak hingga dewasa.
7. Penekanan Emosi
Ketika orangtua tidak menunjukkan kepekaan atau menyembunyikan emosinya, anak akan sering meniru perilaku orang tuanya. Terus-menerus mengatakan kepada anak untuk "Berhenti menangis" atau "Berhenti mengeluh" dapat menyebabkan mereka berpikir bahwa perasaan mereka tidak valid dan tidak boleh disalurkan. Mereka dapat menjadi tertutup terhadap orang lain dan menekan emosi mereka sendiri, yang dapat menyebabkan banyak masalah sepanjang hidup mereka.
Itulah tadi, beberapa dampak psikologis serius akibat dari pola asuh yang salah. Oleh karena itu, sebagai orangtua, Sahabat Fimela harus pandai-pandai untuk memilih pola asuh mengikuti perkembangan anak, ya!