Sukses

Parenting

Dokter Anak Soroti Dampak Siswa Masuk Sekolah Jam 6 Pagi

Fimela.com, Jakarta Setelah meluncurkan program pendidikan militer bagi remaja bermasalah yang akan dimasukan ke barak, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi kembali berencana mengeluarkan kebijakan yang menuai pro dan kontra. Ia menerbitkan Surat Edaran (SE) yang mengatur sejumlah kebijakan baru bagi pelajar tingkat dasar hingga menengah di seluruh wilayah provinsi tersebut.

Dalam kebijakan itu, diterapkan jam malam pelajar, penyeragaman hari belajar, serta waktu masuk sekolah mulai pukul 06.00 WIB. Dan yang paling mencuri perhatian ialah anak sekolah harus masuk jam 6 pagi.

Terkait hal ini, dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A, seorang dokter spesialis anak menyampaikan pendapatnya apa saja yang bisa ditimbulkan dari jadwal belajar terlalu pagi ini.

Saat ditemui, dr. Ian menyampaikan jika dirinya kurang setuju jika anak-anak sekolah harus masuk jam 6 pagi. Ia mengambil contoh sekolah di luar negeri tidak ada yang masuk dari jam 6 pagi.

“Di luar negeri sekolah tidak ada yang masuk jam 6 pagi. Jadi menurut saya ini ngga terlalu efektif,” kata dr. Ian

Menurut dr. Ian paling efektif masuk sekolah jam 7 pagi. Dan setiap dua jam sekali harus ada istirahatnya.

“Kalau menurut saya, paling efektif itu, sebaiknya sih tetap ya kalau bisa bangun jam 6 pagi, terus abis itu jam 7 baru mulai sekolah, itu sudah paling efektif lah. Tetapi tetap 2 jam sekali itu harus ada istirahat. Kalau bisa istirahatnya jangan cuma 15 menit, mungkin 20 menitan itu juga bagus,” ujar dr. Ian

Anak Kurang Tidur Memengaruhi saat Belajar

dr. Ian menyampaikan jika anak masuk jam 6 pagi, maka anak akan bangun tidur lebih pagi pula. Hal ini bisa-bisa membuat anak kurang tidur karena bangun terlalu pagi.

Salah satu bahaya Kurang tidur ialah membuat anak sulit mencerna pelajaran karena tidak konsentrasi

“Anak kurang tidur pasti dia punya otak nggak akan bisa istirahat dengan bagus, sehingga nanti bisa berisiko tinggi untuk mengalami gangguan perkembangan di kemudian hari, jam tidurnya salah satunya red flagnya tidak konsentrasi saat sekolah hingga tidak fokus dan tidak terserap dengan maksimal belajarnya,” ujar dr. Ian 

Selain itu, dr. Ian mengatakan prilaku anak kurang tidur lebih agresi, kemudian memengaruhi pergaulannya jadi kurang bertenaga.

Jam Tidur Anak Sekolah yang Baik

dr. Ia mengatakan jam tidur anak SD harusnya 10-12 jam perhari. “Kalau misalnya harus masuk jam 6 pagi, anak harus tidur dari jam 5 sore atau jam 7 malam untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup,” ujarnya.

 Untuk anak sekolah yang menginjak remaja, secara biologis membutuhkan waktu tidur antara 8 hingga 10 jam per malam.

American Academy of Sleep Medicine merekomendasikan tidur selama 9 hingga 12 jam untuk anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun.2 Selain menyebabkan energi rendah, kelelahan, dan suasana hati yang buruk,3 kurang tidur juga dapat memengaruhi anak-anak secara fisik dan mental.

“Tidur tidak hanya penting untuk menenangkan ingatan tetapi juga penting untuk membersihkan sisa metabolisme yang dihasilkan otak di siang hari. Bagi anak-anak, tidur adalah waktu puncak untuk mengeluarkan faktor pertumbuhan,” jelas Ze Wang, PhD, Profesor Radiologi Diagnostik dan Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran Universitas Maryland melansir Verywell

Dr. Wang adalah penulis utama studi baru yang meneliti peran kurang tidur terhadap kesehatan neurokognitif anak-anak, baik saat ini maupun di masa mendatang.

Saat kita melihat dampak tidur terhadap fungsi otak, kita meneliti seberapa pentingnya tidur malam yang baik, hambatan yang membuat anak-anak tidak cukup istirahat, dan bagaimana orang tua dapat memastikan bahwa pentingnya tidur bagi anak-anak tidak diabaikan.

Tak hanya Anak, Orangtua juga Ikut Kelelahan

dr. Ian juga menyampaikan jika anak masuk jam 6 pagi, bukan cuma anaknya mengalami kelelahannya, tapi orangtua juga. Hal ini dikarenakan orangtua harus menyiapkan sarapan, keperluan anak sekolah lainnya, hingga mengantar sekolah.

“Orangtua juga ikut kelelehan karena pasti bangunnya jauh lebih pagi. Jadi menurut saya nggak terlalu efektif sih," ujar dr. Ian

Waktu malam yang seharusnya bisa digunakan untuk berinteraksi hangat dalam keluarga kini dipenuhi oleh tekanan tidur lebih cepat, PR yang dikebut, dan stres karena takut bangun kesiangan.

Orangtua, terutama ibu yang juga bekerja, merasakan dampaknya secara langsung. Kurang tidur, migrain, kecemasan, dan kelelahan kronis mulai dirasakan setelah beberapa minggu kebijakan diberlakukan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading