Sukses

Relationship

Bukan Cuma Kecewa, Ghosting dalam Kencan Toxic Bisa Bikin Seseorang Alami PTSD

Fimela.com, Jakarta Kencan dengan seseorang tidak selalu mengukir cerita manis. Dinamika kencan memungkinkan seseorang terjebak dalam perasaan tidak menyenangkan akibat perilaku pasangan. Salah satunya adalah ghosting.

Secara umum, ghosting merujuk pada perilaku seseorang yang mendadak hilang layaknya hantu di tengah kencan. Perilaku ghosting biasanya dimulai dengan komunikasi yang hilang secara tiba-tiba tanpa ada keputusan yang tegas. Membuat seseorang yang ditinggalkan merasa hilang petunjuk dan hubungan cinta pun menguap begitu saja.

Bagi sebagian orang, perilaku ghosting saat berkencan menimbulkan rasa penasaran hingga kekecewaan. Namun ternyata, studi terbaru menunjukkan perilaku ghosting bisa memberikan dampak yang lebih buruk. Sebuah studio dari Joi AI yang dilansir dari VICE menyebut terjadi peningkatan yang signifikan terkait pencarian terkait kencan toxic pada September 2025.

Secara spesifik, kata kunci "Saya di-ghosting" melonjak hingga 200 persen. Sementara "mengapa orang-orang di-ghosting" meningkat hingga 150 persen.

Sejumlah ahli menjelaskan, lonjakan kata pencarian ini bukanlah kebetulan semata. Melainkan menjadi cerminan bagaimana penolakan tanpa penjelasan bisa membuat seseorang terjebak pada percakapan yang tidak pernah membuahkan hasil. Celakanya, fenomena ini tidak hanya sekadar meninggalkan kekecewaan yang mendalam, melainkan turut berkontribusi pada kondisi mirip dengan PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder.

 

Dampak psikologis akibat ghosting

Kondisi psikologis ini semakin mungkin terjadi ketika korban mengalami ghosting berulang kali. Lantaran korban menngalami kecemasan signifikan, penurunan harga diri, hingga kesulitan membangun kepercayaan pada hubungan ini. Hal tersebut memperjelas bahwa kebiasaan kencan yang toxic dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang serius terhadap kesehatan mental.

Adanya kebiasaan kencan yang toxic turut menjadi pemicu utama munculnya fenomena PTSD Ghosting. Pelaku ghosting kerap melakukan cara ini untuk menghindari komitmen, hubungan serius, atau kurangnya rasa ketertarikan terhadap lawan jenis tanpa memikirkan dampaknya pada orang lain.

Dampak yang signifikan dari ghosting terhadap kesehatan mental seseorang membuat para ahli mengklasifikasikannya sebagai bentuk kekerasan emosional. Lantaran pentingnya peran komunikasi yang terbuka dalam setiap interaksi hubungan cinta. Ketika komunikasi tidak berjalan mulus bahkan terhenti tiba-tiba membuat hubungan cinta yang lebih sehat dan suportif menjadi semakin sulit.

"Orang yang di-ghosting terbukti merasa cemas dan sangat waspada dalam kontak sosial; harga diri mereka anjlok," jelas Terapis Hubungan Jaime Bronstein.

 

Terapi yang dibutuhkan

Salah satu tanda ketika seseorang mengalami PTSD Ghosting adalah ketika pasangan terlambat membalas teks. Bagi korban, hal tersebut terasa seperti serangan pribadi. Hal ini terjadi karena adanya keraguan terus menerus yang membuat otak seperti langsung mengantisipasi penolakan.

Beberapa terapis menyebut PTSD Ghosting membuat percakapan tentang kencan menjadi sesuatu yang melelahkan dan tidak manusiawi. Sehingga Bronstein menyarankan agar korban mengambil jeda cukup lama untuk memastikan kondisinya membaik sebelum kembali ke dunia kencan.

Ia juga menyebut korban bisa berlatih percakapan untuk melatih otak agar bisa mendapatkan percakapan yang stabil dan sehat, daripada menghilang secara tiba-tiba.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading