Sukses

Relationship

Lebih dari Sekadar Janji Nikah: Memahami Bentuk Keseriusan dalam Relationship

ringkasan

  • Komitmen dalam hubungan memiliki spektrum luas yang melampaui pernikahan, melibatkan niat berkelanjutan dan tindakan nyata untuk mempertahankan hubungan.
  • Tiga jenis komitmen utama adalah Personal (keinginan), Moral (kewajiban), dan Struktural (faktor eksternal), dengan model lain seperti Rusbult dan Stanley yang juga menjelaskan motivasi komitmen.
  • Indikator komitmen di luar pernikahan meliputi kohabitasi jangka panjang, keuangan bersama, kepemilikan aset, anak bersama, dokumen hukum, integrasi sosial, dan dukungan timbal balik.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, seringkali kita mengira bahwa komitmen dalam sebuah hubungan hanya bermuara pada ikatan pernikahan. Namun, tahukah Anda bahwa ada banyak bentuk keseriusan dalam relationship yang jauh melampaui status perkawinan? Pemahaman ini penting untuk menghargai setiap dinamika hubungan.

Para ahli dan berbagai studi menunjukkan bahwa definisi komitmen jauh lebih luas dari yang kita bayangkan. Komitmen sejati adalah niat berkelanjutan untuk mempertahankan suatu hubungan, bukan sekadar janji di atas kertas. Ini adalah pilihan sadar yang diwujudkan melalui tindakan nyata.

Fenomena ini semakin relevan di era modern, di mana beragam bentuk hubungan berkembang pesat. Lantas, bagaimana sebenarnya kita bisa memahami dan mengenali berbagai tipologi komitmen ini dalam kehidupan sehari-hari?

Mengurai Spektrum Komitmen: Tipologi Johnson

Untuk memahami lebih dalam mengenai komitmen tak selalu soal menikah, kita bisa merujuk pada Tipologi Tripartit Johnson yang banyak dikutip. Model ini mengidentifikasi tiga jenis komitmen fundamental yang membentuk fondasi sebuah hubungan. Setiap jenis memiliki motivasi dan implikasi yang berbeda bagi individu yang menjalaninya.

Pertama, ada Komitmen Personal, yaitu keinginan tulus untuk tetap berada dalam hubungan karena adanya ketertarikan mendalam. Ini melibatkan rasa identitas relasional yang berkembang seiring waktu bersama pasangan. Sahabat Fimela, komitmen ini murni berasal dari "ingin" bersama, bukan karena paksaan atau kewajiban.

Selanjutnya, Komitmen Moral muncul dari perasaan bahwa seseorang "seharusnya" tetap berada dalam hubungan tersebut. Hal ini seringkali didasarkan pada nilai-nilai pribadi, keyakinan etis, atau rasa kewajiban terhadap pasangan. Ini adalah tentang menghormati janji dan berperilaku konsisten sesuai moralitas yang dipegang.

Terakhir, terdapat Komitmen Struktural, di mana individu merasa "harus" bertahan dalam hubungan karena faktor eksternal. Faktor ini bisa berupa biaya sosial, finansial, atau emosional yang besar jika hubungan berakhir. Investasi yang sudah ditanamkan dalam hubungan juga menjadi bagian dari komitmen struktural ini.

Beragam Model Komitmen Lainnya yang Perlu Diketahui

Selain tipologi Johnson, beberapa model lain juga memberikan perspektif berharga tentang komitmen dalam relationship. Salah satunya adalah Model Investasi Rusbult, yang menjelaskan bahwa komitmen dipengaruhi oleh kepuasan, kualitas alternatif, dan investasi yang telah dilakukan. Semakin tinggi kepuasan dan investasi, serta semakin rendah kualitas alternatif, semakin kuat komitmen seseorang.

Scott Stanley, seorang ahli hubungan, juga mengidentifikasi dua jenis komitmen yang penting. Yang pertama adalah Komitmen Kendala (Constraint Commitment). Ini merujuk pada faktor-faktor eksternal yang membuat seseorang sulit untuk meninggalkan hubungan. Contohnya adalah hidup bersama, memiliki anak, atau dukungan sosial dari lingkungan.

Jenis kedua dari Stanley adalah Komitmen Dedikasi (Dedicated Commitment). Ini adalah keputusan sukarela untuk berinvestasi secara aktif dalam membangun dan mempertahankan hubungan. Komitmen ini melibatkan keinginan untuk masa depan bersama dan pandangan jangka panjang. Sahabat Fimela, dedikasi inilah yang seringkali menjadi kunci kebahagiaan jangka panjang.

Indikator Komitmen di Luar Pernikahan: Bukan Hanya Cincin

Bagaimana kita bisa mengenali bentuk keseriusan dalam relationship yang tidak melibatkan pernikahan? Ada banyak indikator nyata yang menunjukkan komitmen kuat. Salah satunya adalah kohabitasi jangka panjang, di mana pasangan memilih untuk tinggal bersama dalam waktu yang lama. Ini menunjukkan kesediaan untuk berbagi kehidupan sehari-hari.

Indikator lainnya termasuk pengelolaan keuangan bersama, seperti memiliki rekening bank gabungan atau mengajukan pajak bersama. Kepemilikan bersama aset besar seperti rumah juga merupakan tanda komitmen yang signifikan. Memiliki dan membesarkan anak bersama tanpa ikatan pernikahan juga merupakan bentuk komitmen mendalam yang tidak bisa diabaikan.

Selain itu, penunjukan sebagai pasangan atau penerima manfaat dalam dokumen hukum seperti surat wasiat atau asuransi jiwa menunjukkan pengakuan formal. Integrasi sosial, seperti memperkenalkan pasangan sebagai bagian dari keluarga dan lingkaran pertemanan yang berkomitmen, juga sangat penting. Dukungan timbal balik, seperti saling menjaga saat sakit atau melewati masa sulit, adalah inti dari komitmen sejati.

Bahkan, ada juga hubungan platonis yang berkomitmen, di mana keintiman emosional dan tanggung jawab hidup dibagi tanpa melibatkan romansa. Ini membuktikan bahwa komitmen bisa hadir dalam berbagai wujud dan tidak terbatas pada satu jenis hubungan saja.

Tantangan dan Nuansa Komitmen Modern

Meskipun komitmen tak selalu soal menikah, ada beberapa tantangan dan nuansa yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah "efek kohabitasi," di mana beberapa studi menunjukkan bahwa pasangan yang hidup bersama sebelum menikah mungkin memiliki tingkat komitmen yang lebih rendah. Ini terutama terjadi jika kohabitasi terjadi secara tidak sengaja, bukan keputusan sadar.

Fenomena lain yang menarik adalah Komitmen Asimetris, yaitu ketika salah satu pasangan jauh lebih berkomitmen daripada yang lain. Situasi ini dapat menyebabkan konflik, ketidakpuasan, dan kualitas hubungan yang lebih rendah. Penting bagi kedua belah pihak untuk memiliki tingkat komitmen yang seimbang demi keberlanjutan hubungan yang sehat.

Sahabat Fimela perlu diingat bahwa pernikahan itu sendiri bukanlah jaminan komitmen atau kebahagiaan. Status pernikahan tidak secara otomatis mencerminkan kedalaman cinta, rasa hormat, atau kepuasan hubungan. Komitmen adalah pilihan aktif yang harus terus-menerus dipupuk dan diwujudkan melalui tindakan nyata setiap hari, terlepas dari status hukum hubungan tersebut.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading