Eksklusif, Armand Maulana Mencari Pintu Surga

Edy Suherli diperbarui 20 Jul 2015, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menyebarkan kebaikan dengan gaya konservatif seperti yang banyak dilakukan para pendakwah sudah biasa dan banyak dilakukan. Ketika ada terobosan dalam berdakwah dengan gaya yang santai, casual, bahkan apa adanya, umat seperti menemukan oase. Itulah yang kini dilakukan  Armand Maulana, vokalis band kondang Gigi.

***

Sudah dua tahun belakangan ini Armand Maulana terlibat aktif dalam aktivitas dakwah dan menyebarkan pesan kebaikan kepada mat. Di luar aktifitasnya seagaaii musisi, Armand tampil dalam di sebuah televisi jelang azan magrib selama bulan Ramadan, seperti dai kondang macam Prof. Dr. Quraish Shihab atau Ustad Yusuf Mansyur yang sering menjadi pengisi acara kultum (kuliah tujuh menit) menjelang berbuka puasa atau saat fajar menjelang.

Armand Maulana muncul ketika kegiatan para pendakwah di layar kaca relatif sama. Semua menyampaikan materi dan gaya yang mirip. Materi yang disodorkan --ayat suci Alquran dan Hadis Nabi-- disampaikan umumnya dengan cara ceramah. Penampilan para ulamanya juga khas berbaju koko plus kopiah.

Lihat  juga: Lebaran, Armand Maulana Cari Aman

Pemilik nama lengkap Tubagus Armand Maulana ini justru sebaliknya. Ia tak banyak menyitir ayat dan hadis. Yang diambil adalah kejadian yang kerap dialami publik sehari-hari. Penampilannya pun amat casual, seperti penampilan sehari-hari Armand yang seorang musisi.

Ternyata metode penyampaian ajaran agama seperti ini dengan model casual diminati publik. “Saya dan juga pihak televisi yang menayangkan acara kultum kaget sekali. Ternyata banyak sekali yang menyukai acara yang saya berikan. Secara pribadi saya senang karena bisa berbagi kebaikan pada publik,” ujar Armand yang juga mengumandangkan azan Magrib di NET.

Jauh sebelum didaulat untuk menyampaikan kultum jelang waktu berbuka puasa, suami artis penyanyi Dewi Gita ini sudah melakoni aktivitas seni yang mernuansa religi. Bersama Band Gigi, Armand sudah 12 tahun belakangan tanpa absen menggelar konser Ngabuburit. Di bulan Ramadan band Gigi memamg laris-manis menjadi pegisi berbagai acara. Yang dilantunkan pun tembang-tembang religi milik mereka.

Kepada Edy Suherli, Ruben Silitonga, Fathan Rangkuti dan Basyir Latifan dari Bintang.com ia bercerita banyak soal kegiatannya menebar kebaikan kepada umat dalam sebuah wawancara dan pemotretan khusus di rumahnya di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (15/7/2015). Inilah petikannya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Belum Siap Disebut Ustad

Armand punya alasan mengapa ia belum mau memenuhi permintaan ceramah meski sudah tampail di televisi. (Fathan Ragkuti/Bintang.com)

Meski sudah berani tampil menyampaikan kultum di televisi jelang berbuka puasa, Armand Maulana belum siap disebut seorang ustaz. Tak ayal dia dengan halus menolak permintaan publik untuk menjadi pengisi acara pengajian. Alasannya sederhana, ia belum memiliki kemampuan cukup untuk menjadi seorang ustaz.

Bagaimana awalnya Anda bisa menjadi pengisi acara kultum di televisi?

Awalnya, saya dengan manajemen saya yang lama Mas Dani Pete, punya konsep acara talkshow Ramadan-AN tahun 1990-an. Saat itu saya yang host. Topik yang diangkat adalah sisi lain dari sebua kejadian. Misalnya, fenomena tukang belewah yang muncul di bulan Ramadan, saat tidak Ramadan mereka dagang apa saja. Group musik Slank misalnya, selama Ramadan kan tak ada job, mereka ngapain aja. Dan banyak tema lain yang menarik.

Lihat juga: Lebaran, Armand Maulana Cari Aman

Ternyata?

Rating acara itu bagus. Soalnya, pada saat yang sama program televisi acaranya rata-rata sama, menampilkan kultum ustaz. Acara itu berlangsung selama tiga tahun di ANTV. Belakangan saat NET muncul, teringat lagi konsep acara Ramadan itu. Konsepnya saya menyampaikan renungan sejenak. Sumbernya bisa dari Quran, hadis, atau apa saja yang bermakna. Penyampaiannya tetap dengan gaya saya yang casual. Tempatnya juga enggak di masjid atau surau. Soalnya, saya bukan ustaz. Saat saya bawa konsep ini kepada Pak Wisnutama, dia setuju sekali.

Bagaimana dengan azan?

Dani Pete (manajer Gigi) nyeletuk gimana kalau azan sekalian. Pak Wisnutama juga setuju. Digaraplah saya azan yang sedang azan, syutingnya di lakukan di daerah kota tua. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya dilakukan syuting ulang seperti yang ditayangkan saat ini. Jadi, acara kultum dengan nama Renungan Sejenak dan azan itu satu paket. Ditayangkan perdana Ramadan tahun lalu.

Respon publik seperti apa?

Ternyata respon publik juga amat bagus. Ini benar-benar di luar dugaan kami. Apa yang kami suguhkan memang berbeda dengan apa yang ada di televisi lain pada jam yang sama. Karena bagus tahun 2015 ini dilanjutkan lagi dengan persiapan yang lebih matang. Uniknya, untuk acara ini iklan sudah antre sebelum ditayangkan.

Apa lagi kejadian unik setelah Renungan Sejenak ditayangkan pada tahun pertama?

Kejadian unik saat saya menjadi pengisi acara di Ini Talk Show. Di belakang panggung Yurike Prastica (co host) nyeletuk kalau acara Renungan Sejenak ratingnya tinggi banget. Dia tanya pada saya, itu acara apa ya? Dalam hati saya tertawa mendengarnya. Setelah berpura-pura tidak tahu akhirnya saya jelaskan kalau itu yang mengisi adalah saya. Dia kaget banget mendengar penjelasan dari saya. Terus yang lain di Twitter saya juga banyak ulang berkomentar positif atas acara saya.

Saingannya apa di jam yang sama?

Di jam yang sama saingannya acara kultum juga. Namun, penyajiannya seperti acara kultum kebanyakan. Disampaikan oleh ustaz dengan busana baju koko dan peci. Sedang Renungan Sejenak disampaikan oleh musisi, gondrong dan busana casual. Kan beda banget dengan yang disuguhkan televisi lain.

3 dari 3 halaman

Gaya Casual yang Mengena

Armand dengan band Gigi memang sudah lama menyampaikan pesan agama Islam lewat lagu. (Fathan Rangkuti/Bintang.com)

Sesuatu yang unik, beda dari kebanyakan memang akan menarik perhatian. Di tengah keseragaman, sesuatu yang beda akan menjadi unik. Itulah yang terjadi pada program yang dibawakan Armand Maulana. Gaya casual, santai dan tidak menggurui, ternyata mengena. 

Bukan kali ini saja anda terlibat dalam acara yang bernuansa keagamaan, sebagai musisi Anda sering merelease tembang religi?

Apa yang saya dan teman-teman Gigi lakukan juga membuat sesuatu yang unik dan beda. Dulu saat bulan Ramadan tidak pernah diizinkan kegiatan show musik. Sampai suatu saat kami membuat konsep acara Ngabuburit. Bahasa Sunda ini artisnya kira-kira menghabiskan sore menjelang berbuka puasa. Tahun ini sudah yang ke-12 kami melakukan konser Ngabuburit.

Bagaimana awalnya Anda dan teman-teman Gigi bisa membuat tembang rohani Islam, padahal ada personel Gigi yang beragama Hindu (Dewa Budjana)?

Kami terdorong untuk membuat tembang religi karena setelah Bimbo eksis dengan tembang-tembang seperti Sajadah Panjang, Aisyah, dan lain-lain, begitu membekas dalam hati saya. Namun setelah Bimbo bikin tak ada yang bisa membuat tembang yang begitu digemari publik. Saya dan teman-teman Gigi yang muslim lalu bilang ke Dewa Bujana. Ternyata dia tak ada masalah.

Baca juga: Jelang Ramadan, Gigi Keluarkan Album Berjudul 'Mohon Ampun'

Kalau misalnya Dewa Bujana tak setuju, skenarionya seperti apa?

Kalau Dewa Bujana enggak setuju, proyek akan tetap jalan namun tidak akan mengusung nama Gigi. Namun, skenario alternatif itu tidak jadi dilaksanakan karena Dewa Bujana setuju untuk ikut terlibat dalam penggarapan album religi. Kami akhirnya mengusung nama Gigi untuk tembang religi. Dewa Bujana amat profesional dalam bermusik.

Ternyata tembang-tembang religi milik Gigi disuka publik, tanggapan Anda?

Saya bersyukur banget ternyata musik yang kami bikin disuka. Konser Ngabuburit Ramadan pun terus belanjut. Kami sudah melakukan konser ini selama 12 tahun. Di tahun ke-10 konser Ngabuburit kami mendapat piagam dari MURI.

Setelah Gigi mengikuti jejak Bimbo banyak musisi lain yang secara rutin membuat tembang religi?

Alhamdulillah, ternyata gairah untuk menciptakan dan membuat tembang religi itu banyak dilakukan para musisi top yang juga mengeluarkan tembang religi. Ada yang rutin membuat tembang religi ada juga yang sporadis. Buat saya tak masalah, yang penting aksi mereka membuat tembang religi itu patut diapresiasi. Itu juga bentuk syiar Islam kepada umat Islam dan juga dunia.

Wawancara dan pemotretan yang dimulai sejak pukul 15.00 WIB, akhirnya usai dalam waktu sekitar 100 menit. Armand ternyata sudah bersiap-siap untuk menghadiri sebuah acara di senja menjelang malam. Ia yang sudah lama tak melakoni pemotretan merasa puas dengan sesi ini. “Saya minta dong hasil pemotretannya!,” serunya.