Wayang Orang Sriwedari Bakal Pentas di Jakarta

Puput Puji Lestari diperbarui 10 Feb 2016, 23:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Tri Ardhika Production bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, mendukung pementasan Wayang Orang (WO) Sriwedari. Pentas seni tradisional bertajuk ”Soma Brata” ini akan digelar di Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Jum’at (12/02/2016), pukul 20.00 WIB.

“Di tengah industri hiburan yang semakin kompetitif ini, kesenian Wayang Orang (WO) harus tetap mendapat tempat. Terlebih Wayang Orang (WO) Sriwedari yang memiliki ikatan historis, terutama kaitannya dengan sejarah seni dan budaya di Indonesia,” ujar pimpinan Tri Ardhika Production, Eny Sulistyowati SPd, SE kepada sejumlah wartawan, di Jakarta, Selasa (09/02/2016).


Pergelaran Wayang Orang (WO) ”Soma Brata” ini, melibatkan ratusan seniman dari grup Wayang Wong (WO) Sriwedari dari Surakarta. Sebuah grup kesenian tradisionil legendaris yang sudah ada sejak tahun 1910. Didukung para bintang panggung dari Alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, dan Yogyakarta, diantaranya; Agus Prasetyo yang juga bertindak sebagai sutradara. Eny Sulistyowati, selaku seniman yang juga pengusaha ini, akan terlibat langsung memainkan salah satu peran dalam pertunjukan ini.

Eny Sulistyowati berharap, pergelaran Wayang Orang (WO) ”Soma Brata” dapat memberikan kontribusi bagi pelestarian seni budaya adi luhung bangsa Indonesia. Memberi pencerahan hidup melalui seni budaya. Kesenian rakyat, menurutnya, semakin lama tidak memiliki ruang yang cukup memadai untuk berkembang secara alami. Kesenian rakyat akhirnya menjadi sangat tergantung oleh model-model pembangunan dan modernisasi.

“Padahal di tengah industrialisasi, apalagi secara faktual bangsa ini akan menghadapi era Asean Economy Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kesenian rakyat model Wayang Orang (WO) ini seharusnya tetap mendapat tempat untuk terus dieksplorasi. Kita ajak generasi muda supaya mencintai kekayaan budaya negeri sendiri. Membangun kreativitas dan memberikan wadah bagi seniman untuk senantiasa berkarya,” tuturnya.

 

Lakon Soma Brata mengisahkan Putra Mahkota Mandaraka yang sedang gundah. Sebagai pewaris tahta ia merasa belum matang dan punya bekal menjadi pemimpin. Hal ini membuat kedua orangtuanya merasa gagal mendidik sang Pangeran. Kebulatan tekad mendorongnya menjauh dari istana untuk menapaki nasibnya.

Perjuangan dan pengorbanannya membuahkan hasil ketika takdir mempertemukannya dengan Bagaspati, seorang Pandita Raksasa, serta pertemuannya dengan Pujawati, putri sang Resi yang kemudian menjadi dermaga tempat hatinya berlabuh. Dunia pun mencibir Narasoma, yang saat itu tangannya menjadi senjata bagi kematian sang Begawan gurunya.