Fimela.com, Jakarta Zhafirah Kirania Putri Main, balita penderita hydrocephalus itu telah pergi tuk selamanya. Ia menghembuskan nafas yang terakhir di RS. Fatmawati Jakarta Selatan, setelah azan magrib berkumandang pada Senin (8/5/2017).
Kabar duka itu disampaikan oleh Muhammad Zairin Main, ayah kandung sang bayi melalui sambungan telepon kepada saya. Dari ujung telpon Zairin mengabarkan soal kepergian sang buah hati dengan nada datar. "Zhafirah sudah pergi untuk selamanya," katanya lirih. Saat itu Zairin masih di RS. Fatmawati Jakarta Selatan untuk mengurus administrasi pengobatan sang anak.
Pasangan Muhammad Zairin Main dan Supriah, ayah dan ibu kandung mendiang Zhafirah sejatinya sudah menemukan tanda-tanda keanehan pada anaknya saat lahir di Serang, Banten, pada 2 Januari 2017 silam. Kepala sang bayi lebih besar dari kepala bayi kebanyakan. Namun ia tak bisa berbuat banyak karena keterbatasan secara ekonomi. Sehari-hari Zairin hanya berprofesi sebagai tukang urut panggilan yang penghasilannya tak menentu. Sedangkan Supriah hanya ibu rumah tangga biasa.
Mustinya bayi itu mendapat perawatan intensif, namun Zairin akhirnya membawa pulang karena tak mampu membiayai pengobatan. Hari berganti hari dan bulan pun berganti, ternyata kepala Zhafirah makin membesar. Zairin makin bingung, ia pun mencari bantuan kian ke mari untuk mengumpulkan biaya pengobatan anak keduanya itu.
Saya sebagai tetangga pun dimintai bantuan, namun kondisi kepala Zhafirah sudah amat besar. Beruntung teman-teman dari beberapa media cetak dan elektronik lokal dan nasional membantu memberitakan persoalan ini. Beberapa orang yang tergerak hatinya ikut membantu, seperti penyanyi Sisca Dewi. Perancang busana Anne Avantie juga menurunkan timnya untuk melihat kondisi Zhafirah. Serta beberapa rekan ikut memberikan sumbangan.
Saat dilakukan CT-scan di RS. Fatmawati dokter sudah tak membolehkan Zhafirah pulang. Mereka khawatir benjolan di kepala Zhafirah pecah dan akibatnya bisa semakin parah. Tim medis memutuskan kalau Zhafirah harus dioperasi segera. Operasi pertama untuk Zhafirah dilakukan pada Kamis (27/4/2017). Operasi ini dilakukan untuk membuat saluran dari kepala menuju lambung. Cairan yang ada di kepala akan dialirkan melalui selang yang terpasang di bawah kulit menuju lambung sang bayi. Cairan selanjutnya akan keluar melalui proses buang air besar dan buang air kecil.
Zhafirah Akhirnya Pergi Tuk Selamanya
Setelah dioperasi kondisi Zhafira Kirania Putri Main agak membaik. Sempat dirawat di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) beberapa hari, ia pun dipindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya jauh lebih baik jika dibandingkan ketika belum dilakukan operasi. Kepalanya yang sebelumnya membengkak mulai mengempis.
Zairin dan Supriah pun mulai berseri-seri melihat perkembangan sang bayi. Ia berharap kondisi Zhafirah semakin membaik sehingga proses operasi yang berikutnya bisa lebih lancar. Setelah operasi pertama, dijadwalkan lima operasi lagi untuk Zhafirah.
Namun keadaan Zhafirah kembali memburuk sejak akhir pekan yang lalu. Keadaan ini memaksa tim medis RS. Fatmawati kembali memindahkan bayi itu ke ruang PICU. "Kepalanya membengkak lagi, sehingga dokter memindahkan Zhafirah ke ruang PICU. Sepertinya ada sumbatan di selang yang sudah ditanam ditubuhnya lewat operasi kemarin," ungkap Zairin sembari menambahkan bersyukur anaknya sudah diikutkan dalam program BPJS Kesehatan. Biaya operasi dan pengobatan sudah tidak dia pikirkan lagi.
Senin (8/5/2017) kondisi Zhafirah agak membaik. Ia pun sempat memperlihatkan senyum manisnya kepada Zairin dan Supriah saat azan magrib berkumandang pada Senin (8/5/2017). Siapa sangka itu adalah senyumnya terakhir dari Zhafirah. Tak lama setelah azan magrib usai berkumandang ia pun menghembuskan nafas yang terakhir.
Malam itu juga Zairin membawa pulang jenazah Zhafirah. "Sebenarnya saya sudah tanya berapa biaya memandikan jenazah di rumah sakit, namun ternyata Rp 600.000. Mahal juga kan, lebih baik dimandikan di rumah saja," lanjut Zairin.
Setelah dimandikan dan dikafani di rumah kontrakannya yang bersahaja di bilangan Kampung Gedong, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan. Pada Senin (9/5/2017) siang jenazah Zhafirah dikebumikan di TPU yang tak jauh dari kediamannya.
Zairin, Supriah dan keluarganya tak bisa menyembunyikan kesedihannya ditinggal sang anak. Tapi ini mungkin jalan yang terbaik untuk Zhafirah Kirania Putri Main yang menderita hydrocephalus. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik. Allah SWT sayang pada Zhafirah. Kini tiada lagi rasa sakit, tiada lagi derita. Ia sudah kembali keharibaan Yang Maha Kuasa. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun.