Nila Tanzil, Memberi Inspirasi Dengan Dirikan Taman Bacaan Pelangi Untuk Anak-Anak Indonesia

Fimela diperbarui 13 Agu 2014, 18:30 WIB

Ladies, mungkin sebagian dari Anda sudah tidak asing lagi mendengar nama Nila Tanzil. Wanita cantik bertubuh mungil ini merupakan pendiri Taman Bacaan Pelangi. Di usianya yang masih muda ini, ia tergerak memberikan jalan bagi anak-anak di Flores dengan memberikan pengetahuan dari membaca buku.

Berawal ketika Nila bekerja sebagai Communication Consultant pada sebuah lembaga konservasi lingkungan hidup dan pariwisata di daerah Manggarai Barat, Flores Nusa Tenggara Timur, membuat Nila banyak menghabiskan waktu bersama masyarakat Flores. Dari sinilah ia sangat terkesan dengan masyarakat setempat terutama pada anak-anak.

Pada saat itulah, akhirnya Nila memutuskan untuk membangun Taman Bacaan Pelangi yang berisi aneka buku-buku koleksinya serta dari teman-teman dekatnya. Hal ini didasari atas dasar peduli dan karena melihat antusias anak-anak Flores untuk membaca. Setelah sukses membuka Taman Bacaan Pelangi di Flores, Nila pun membuka  taman bacaan di daerah-daerah terpencil lain di wilayah Indonesia Timur.

“Tujuannya adalah untuk menemukan minat baca anak-anak yang tinggal di desa terpencil, dan juga untuk menyediakan akses buku-buku bacaan berkualitas untuk anak-anak yang tinggal di desa-desa pelosok Indonesia Timur,” tutur Nila saat ditemui oleh tim Vemale di acara Sosok Merdeka di Artotel Jakarta Senin 11 Agustus 2014 lalu.

Taman Bacaan Pelangi pun sudah berjalan hampir lima tahun lamanya. Dalam empat setengah tahun, Nila sudah membuka Taman Bacaan Pelangi di banyak daerah Indonesia. Semua itu antara lain dengan membuka 26 taman bacaan, 26 lokasi, 26 desa dan 11 pulau yang ada di Flores, Sumbawa, Lombok, Timor, Sulawesi, dan pulau Banaera. Ia juga berencana akan membuka Taman Bacaan Pelangi di Alor, Halmahera Selatan dan Papua.

“Kita bekerjasama dengan masyarakat setempat, jadi pengelolaannya diatur oleh masyarakat yang tinggal di desa-desa itu. Bisa guru, kepala desa atau kepala adat, dan semuanya secara sukarela tidak dibayar. Konsepnya, semua buku-buku kita rotasi secara berkala supaya anak-anak dapat koleksi buku terbaru setiap bulan sekali,” ungkap Nila.

Selama menjalankan tugas yang mulia ini, tentu tidak ada penolakan yang terjadi di masyarakat setempat. Namun tantangan terbesar yang harus Nila hadapi sampai saat ini adalah masalah transportasi. Untuk pengiriman buku-buku yang tidak sedikit dan berat, ia banyak mengalami kendala sehingga biayanya pun tidak murah.

“Tantangan terbesar adalah transportasi, karena pulau di Indonesia Timur itu jauh-jauh ya, dan kalau dari Jakarta biayanya cukup tinggi. Selain itu biaya pengiriman buku kan berat, jadi cukup tinggi,” jelasnya.

Baginya, dengan menghadapi tantangan tersebut, Nila justru tidak mudah menyerah. Sebaliknya, membuatnya menjadi semangat untuk menghantarkan buku-buku bacaan yang sangat berguna untuk anak-anak.

“Semakin jauh lokasinya, justru anak-anak di situlah semakin membutuhkan buku-buku tersebut. Kita justru tidak boleh menutup mata karena lokasinya yang jauh. Justru semakin jauh usahanya harus semakin lebih lagi,” tutup Nila dengan semangat.

Gimana Ladies, apakah Anda jadi tergerak ikut berpartisipasi seperti Nila? Sungguh inspiratif, bukan? Jika mau memilih Nila Tanzil, maka Anda bisa memberikan suara ke http://sosok.merdeka.com/.

(vem/yun/feb)
What's On Fimela