Sawunggaling, Persembahan Didi Budiarjo Atas 25 Tahun Masa Berkarya

Fimela diperbarui 13 Apr 2015, 16:16 WIB

Didi Budiarjo mendapatkan kehormatan sebagai bagian terakhir dari trilogy perayaan 25 tahun berkarya dengan Sawunggaling miliknya. Saat ditemui pada peresmian peresmiannya, Didi menjelaskan pola batik Sawunggaling lahir setelah kemerdekaan Indonesia melalui tangan Go Tik Swan (KRT Hardjonegoro). Presiden Soekarno meminta beliau untuk menciptakan batik Indonesia atau juga dikenal sebagai batik Republik. Konon Sawunggaling diciptakan berdasarkan dua regalia Raja Raja Jawa yang berwujud Sawung (ayam jantan) dan Galing (merak jantan).

"Suatu hari Go Tik Swan secara tidak sengaja melihat corak burung pada kain prada yang dikenakan Raja Karang Asem, Bali, Gusti Jelantik. Terinspirasi dengan konsep regalia Raja Jawa, konsep spiritual sabung ayan dan corak Gusti Jelantik, Go Tik Swan menceritakan idenya kepada Ngabehi Atmosupomo, seorang Empu penatah wayang, sehingga lahirlah pola Sawunggaling," kata Didi Budiardjo di Senayan City Jakarta Pusat beberapa hari yang lalu.

Didi memilih untuk menggali kembali batik Sawunggaling agar dimaknai oleh masyarakat dan dapat dilihat dari sudut pandang serta bentuk yang berbeda, menginspirasi masyarakat untuk kembali mengingat kekuatan budaya Nusantara.

"Didasari oleh pemikiran pengembangan motif batik yang adiluhung, sehingga motif ini saya anggap sudah lama sekali diam tidak bergerak," jelasnya.

Menurutnya, sebuah kebudayaan akan survive apabila dapat berevolusi sesuai zamannya.

Pameran tersebut merupakan karya nunggak semi Didi Budiardjo, istilah ini sebagaimana menggambarkan berseminya tanaman dari tunggak atau bagian yang tersisa dari tanaman lama, seperti suatu proses perubahan yang menghasilkan inovasi namun bertumbuh dari sisa-sisa yang lama sudah melapuk. Sebagai wujud kecintaan terhadap budaya Nusantara, bersama Felix Tjahyadi sebagai pengarah artistik.

Maju terus desainer Indonesia!

(vem/yun/ivy)

Tag Terkait